Mati tertabrak truk? Klise.
Tapi bangun di dunia penuh sihir, monster, dan wanita cantik berbahaya?
Shen Hao tidak menyangka, nasib sialnya baru dimulai.
Sebagai pria modern yang tengil dan sarkastik, ia terjebak di dunia fantasi tanpa tahu cara bertahan hidup. Tapi setelah menyelamatkan seorang gadis misterius, hidupnya berubah total—karena gadis itu ternyata adik dari Heavenly Demon, wanita paling ditakuti sekaligus pemimpin sekte iblis surgawi!
Dan lebih gila lagi, dalam sebuah turnamen besar, Heavenly Demon itu menatapnya dan berkata di depan semua orang:
“Kau… akan menjadi orang di sisiku.”
Kini Shen Hao, pria biasa yang bahkan belum bisa mengontrol Qi, harus menjalani hidup sebagai suami dari wanita paling kuat, dingin, tapi diam-diam genit dan berbahaya.
Antara cinta, kekacauan, dan tawa konyol—kisah absurd sang suami Heavenly Demon pun dimulai!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZhoRaX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CH 28
Langit di atas Crimson Moon Sect tampak lebih cerah dari biasanya.
Awan-awan merah lembut berputar pelan, seolah langit pun ikut menghadiri peristiwa besar yang mengguncang seluruh dunia kultivasi.
Di tengah keheningan megah itu, suara langkah-langkah perlahan terdengar dari arah gerbang utama aula.
Semua mata — dari murid termuda hingga penatua tertua — seketika menoleh serentak.
Dan di sanalah ia—
Shen Hao.
Pria itu berjalan pelan di atas karpet merah panjang, wajahnya tampak sedikit tegang, bahkan canggung.
Namun, berbeda dari biasanya, rambut hitam yang biasanya berantakan kini diikat rapi ke belakang, menampakkan garis wajah yang tegas.
Pakaian pernikahan berwarna perak gelap dengan garis crimson halus di sisi lengannya tampak sangat cocok di tubuhnya, memancarkan aura elegan yang bahkan membuat beberapa murid perempuan tanpa sadar menahan napas.
Sorot matanya… masih sama seperti sebelumnya — jujur, polos, tapi dalam.
Ada ketidaktahuan dan kebingungan di dalamnya, namun entah mengapa, juga ada sedikit ketenangan yang sulit dijelaskan.
Para tamu berbisik, tak percaya dengan apa yang mereka lihat.
“Itu... dia?”
“Pria itu? Ranahnya bahkan tidak tinggi!”
“Tidak mungkin... tapi mengapa wajahnya begitu tenang?”
“Dia benar-benar akan menikah dengan Ketua Mei?”
Huo Lian menatap pemandangan itu, sedikit tersenyum geli.
“Menarik… setidaknya penampilannya tak mempermalukan Ketua kita.”
Sementara Hu Yue berdecak pelan.
“Hm, aku jadi penasaran... apakah dia tahu apa yang menunggunya setelah ini?”
Bai Zhenya hanya menatap tanpa ekspresi, sementara Mei Ling’er menatapnya dengan senyum hangat — ada rasa lega dan harapan di matanya.
Shen Hao sendiri melangkah dengan langkah yang agak kaku.
Sesekali matanya memandang ke kiri dan kanan, melihat begitu banyak orang dengan aura kuat yang bahkan membuat kulitnya merinding.
Ia mencoba tersenyum, tapi yang keluar justru ekspresi gugup bercampur bingung.
“Aku... benar-benar menikah hari ini? Aku bahkan tidak sempat sarapan...”
gumamnya pelan dalam hati.
Dan ketika langkah terakhirnya berhenti di depan altar,
ia mendongak perlahan — dan matanya bertemu dengan Mei Xian’er.
Seketika, seluruh dunia terasa hening.
Bahkan suara seruling spiritual pun seolah memudar dari udara.
Mei Xian’er berdiri di hadapannya, wajahnya setenang permukaan danau, mata crimson itu menatap lurus ke arahnya tanpa berkedip.
Namun di balik ketenangan itu, ada sesuatu yang sulit dijelaskan —
kehangatan halus yang berusaha disembunyikan oleh kebiasaannya yang dingin.
Dalam hati, Mei Xian’er sendiri terkejut.
Rambutnya yang kini rapi, aura yang lembut namun dalam, dan ekspresi yang tanpa sadar jujur — membuat hatinya bergetar pelan.
Ia bahkan nyaris tersenyum, namun buru-buru menahan diri.
“Tidak... aku hanya melihat penampilannya. Itu saja.”
batinnya, berusaha menepis perasaan yang muncul tanpa izin.
Shen Hao menunduk sedikit, berusaha sopan, tapi karena gugup, kata-katanya justru terdengar canggung.
“Ehem… jadi, ini… benar-benar hari pernikahan ku, ya?”
Beberapa penonton hampir tersedak mendengarnya.
Beberapa murid perempuan menutup mulut menahan tawa, sementara Hu Yue tampak nyaris tertawa terbahak.
Namun Mei Xian’er tetap diam — hanya bibirnya yang melengkung halus, seperti menahan senyum yang nyaris muncul.
Ia melangkah satu kali mendekat, lalu menatap Shen Hao dengan tatapan tajam namun lembut.
“Ya. Dan kau, Shen Hao...”
“Mulai hari ini, akan menjadi orang yang berada di sisiku.”
Sekeliling mereka kembali senyap.
Udara tampak berhenti bergerak.
Dan di tengah keheningan megah itu, Shen Hao hanya bisa berdiri diam — antara tidak percaya, canggung, dan takut.
Namun di dalam hatinya, satu hal jelas muncul:
“Aku... benar-benar menikah dengan wanita paling berbahaya di dunia ini.”
Langit di atas Crimson Moon Sect berubah warna.
Dari merah lembut menjadi crimson pekat, berpendar seperti darah yang menetes di langit malam.
Bulan merah besar menggantung di atas aula pernikahan, seolah menatap langsung ke dua sosok yang kini berdiri berhadapan di tengah altar suci sekte itu.
Suara lonceng spiritual berbunyi tiga kali.
Dari segala penjuru, formasi Qi menyala dengan pola berbentuk lingkaran besar, membentuk simbol “Heavenly Bond” — ikatan surgawi yang hanya digunakan dalam pernikahan tingkat tertinggi di dunia kultivasi.
Udara terasa berat, namun hangat.
Aroma dupa spiritual dan bunga crimson lotus memenuhi udara, melingkupi seluruh tempat dengan aura suci namun menenangkan.
Enam Penatua Agung berdiri di posisi mereka masing-masing, mengitari altar, membentuk lingkaran energi yang memantulkan sinar dari berbagai elemen — api, air, bayangan, petir, kematian, dan ruang.
Formasi itu adalah bentuk restu tertinggi dari sekte, sesuatu yang belum pernah dilakukan dalam seribu tahun terakhir.
Mei Xian’er melangkah perlahan maju.
Gaun merah gelapnya berkilau di bawah cahaya bulan, rambut hitam legamnya berayun pelan, dihiasi hiasan perak dan batu rubi yang membentuk simbol bulan sabit.
Ia terlihat seperti dewi malam — indah, misterius, dan berbahaya.
Di depannya, Shen Hao berdiri canggung namun tetap tegak.
Ia mencoba untuk tidak menatap langsung matanya terlalu lama — karena setiap kali ia melakukannya, hatinya bergetar tanpa sebab.
Mei Ling’er, yang bertugas sebagai saksi utama, melangkah maju dengan gulungan sutra spiritual di tangannya.
Suaranya lembut namun bergema jelas, mengandung Qi yang halus namun kuat.
“Hari ini, di bawah cahaya Bulan Merah, Ketua Mei Xian’er, pemimpin tertinggi Crimson Moon Sect,
akan mengikatkan sumpah hidup dengan Shen Hao — sosok yang telah dipilihnya sendiri.”
Bisikan pelan terdengar dari para tamu, namun formasi di sekitar mereka menelan suara itu, membuat tempat itu seolah berada di dimensi tersendiri.
Mei Ling’er melanjutkan,
“Dua jiwa akan disatukan dengan Heavenly Crimson Oath — ikatan roh yang menembus tubuh dan jiwa, mengikat takdir keduanya hingga akhir kehidupan.”
Seketika, sinar merah lembut turun dari langit dan mengitari mereka berdua.
Simbol bulan sabit muncul di lantai altar, bersinar di bawah kaki mereka.
Mei Xian’er menatap Shen Hao dalam-dalam, lalu mengulurkan tangannya.
“Genggam tanganku, Shen Hao.”
Ia menelannya pelan — gugup, tapi juga merasa ada sesuatu yang hangat dari permintaan itu.
Perlahan, ia menggenggam tangan Mei Xian’er.
Sentuhan itu lembut tapi kuat, seolah ada energi yang mengalir di antara keduanya.
Begitu jari-jari mereka bersatu, formasi spiritual di sekeliling mulai berputar cepat.
Bulan merah di langit memancarkan cahaya kuat, menembus tubuh keduanya.
Dalam sekejap, mereka berdua melihat kilasan aneh di benak masing-masing — potongan kenangan samar, emosi, dan fragmen kehidupan yang belum mereka pahami.
Mei Xian’er sedikit terkejut, matanya melebar sesaat.
Ia melihat sekilas bayangan Shen Hao… di tempat asing, dunia lain, dengan pakaian dan benda yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
“Apa itu…? Dunia macam apa itu?”
pikirnya cepat, namun sebelum ia sempat mencari tahu, formasi itu kembali menutup dan cahaya meredup.
Sinar terakhir dari langit menyatu ke dalam dada keduanya, membentuk jejak merah samar di tangan kanan mereka — tanda Heavenly Crimson Bond.
Mei Ling’er menunduk, lalu berkata dengan senyum bahagia,
“Mulai hari ini, dengan restu langit dan bumi…
kalian berdua adalah pasangan sah di bawah Bulan Merah.”
Tepat setelah kata itu terucap, seluruh aula bergemuruh dengan tepuk tangan dan seruan hormat.
Formasi spiritual berpendar satu kali terakhir, lalu perlahan memudar.
Namun, di tengah kegembiraan itu —
Shen Hao masih berdiri diam, menatap tangannya sendiri yang kini bersinar lembut.
“Aku… benar-benar menikah? Dengan wanita seperti dia…?”
Sementara Mei Xian’er menatapnya sekilas.
Di wajahnya masih sama — tenang, elegan, nyaris tanpa ekspresi.
Namun dalam hatinya, ada sesuatu yang sulit dijelaskan:
perasaan hangat yang perlahan tumbuh di tempat yang dulu hanya diisi kesepian dan dingin yang tak berujung.