Aisya Humaira gadis berjilbab dengan sejuta pesona, harus menelan pil pahit karena tiba-tiba calon suaminya memutuskan untuk membatalkan pernikahan mereka yang sudah di depan mata.
Hanya karena ia di nyatakan mandul, dan ternyata semua ini ulah dari Riska sahabat masa kecil dari calon suaminya sendiri.
Setelah mencampakkan Aisya, Adriansyah Camat muda yang tampan itu malah melanjutkan pernikahannya dengan Riska.
Aisya akhirnya memutuskan untuk kembali ke kota, karena tidak sanggup menahan malu setelah pernikahannya batal.
Hingga membawa Aisya pada sosok Satria Pratama Dirgantara. Seorang Komandan Elita yang sedang dalam penyamaran sebagai Kakek-kakek karena satu alasan.
Satria melamar Aisya dengan tetep menyamar sebagai seorang Kakek.
Apakah Aisya akan menerima si Kakek menjadi jodohnya di saat seorang Camat baru saja mencampakkan durinya?
Bagaimana Perjuangan Satria dalam mengejar cinta Aisya?
Bagaimana kisah mereka selanjutnya langsung baca aja ya kakak. Happy reading semua
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riniasyifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
"Oh, jadi bukan si kakek yang kemarin itu? Kalau gitu selamat ya Aisya, calon kamu keren banget loh. Oh ya! Kalau boleh tahu mas ini kerjanya apa, ya?" tanya salah satu ibu-ibu, matanya berbinar-binar penuh rasa ingin tahu.
"Saya tentara, lebih tepatnya Komandan elit," jawab Satria santai, namun mampu membuat para ibu-ibu itu berdecak kagum. Mereka menatap Satria dari atas sampai bawah, mengagumi postur tubuhnya yang nyaris sempurna, tegap dan rahangnya yang tegas.
"Wah! Keliatan sih dari postur tubuhnya. Gak papa batal nikah sama pak camat, kalau gantinya Komandan elit yang gantengnya subhanallah. Rejeki emang nggak ke mana!" Pujinya, disambut anggukan heboh dari ibu-ibu yang lain.
"Plus tajir melintir. Lihat mobilnya aja mengkilap begitu pasti harganya kayak harga ginjal!" ujar ibu yang lain, matanya berbinar melihat mobil sport mewah yang terparkir tak jauh dari tenda pengantin.
Aisya lagi-lagi hanya bisa mengulum senyum kikuk. Dia melirik sekilas kearah Satria. Pria itu tetap tenang tak ekspresif, memancarkan aura misterius yang membuat Aisya kesulitan menebak isi hatinya.
"Hadeh! Habislah kamu Aisya! Nih gosip pasti bakal nyebar cepat kayak virus. Terus pas hari H taunya yang ngelamar bukanya Oppa Satria malah si kakek-kakek. Dahlah pasrah aku." Keluhnya dalam hati sambil menghela nafas berat.
Kemudian ia mengalihkan pandangannya ke arah panggung. Di mana pasangan pengantin bersanding di pelaminan. Tatapannya langsung bertemu dengan keduanya. Riska dengan tatapan tajam dan sinis nya, menusuk Aisya seolah ingin menghancurkannya menjadi abu. Adrian dengan tatapan cemburunya, memancarkan penyesalan yang terlambat.
"Huuff! Kenapa kisah cintaku berubah jadi kisah cinta Datok zaman Siti Nurbaya sih! nikah sama kakek-kakek? Apa aku harus buka lowongan jodoh di OLX siapa tahu ada Oppa-Oppa yang lagi patah hati, terus cari jodoh lain di OLX juga," harap Aisya dalam hati.
Sementara di pelaminan, Adrian sedari tadi tak bisa fokus bahkan ia tak mendengarkan ucapan Riska yang sejak tadi menegurnya karena sedang terlanjur terbakar api cemburu pada sosok pria tampan di samping Aisya.
"Adrian!" panggil Riska lagi, suaranya meninggi karena merasa diabaikan sajak tadi.
"Apa?" jawab Adrian ketus, tanpa mengalihkan pandangannya dari Aisya dan Satria.
"Cubit aku coba!" pinta Riska, menarik lengan Adrian.
Adrian akhirnya mencubit pipi Riska dengan sedikit kasar. Hingga bedaknya menempel di tangannya, meninggalkan jejak krem yang menggelikan.
"Aw! Mas pelan dong! Sakit tahu?" protes Riska dengan wajah masam sambil memegang pipinya yang memerah.
"Aduh tanganku. Kamu pakai makeup tebalnya berapa cm sih Riska? Apa kamu mau jadi badut di pesta sendiri?"
"Ih! Malah nanyain makeup segala. Sakit nih Mas," cebik Riska, bibirnya sudah mengerucut seperti mulut bebek.
"Kan tadi kamu sendiri yang nyuruh cubit. Udah dicubit malah mereong!"
"memang iya, tapi kamu cubitnya terlalu kuat, sakit banget tahu!" desis Riska kesal. Bahkan ia masih merasakan nyeri di pipinya.
"Alah gak usah lebay deh! Malu diliat orang," tegas Andrian tanpa rasa bersalah.
"Oh ya Riska! Kamu tau nggak? Pria yang datang sama si Aisya? Perasaan tadi kamu nyebut nama deh!" tanya Adrian, dengan jiwa kepo-nya meronta-ronta.
"Dia Satria, temenku waktu sekolah dulu," jawab Riska, matanya menyipit mengingat sosok Satria di masa lalu.
"Oh ya? Emang dia sekaya itu, ya?" Adrian tak terima Aisya dapat yang lebih baik darinya, apa lagi sosok Satria Pratama yang mempunyai fisik nyaris sempurna. Tidak ada apa-apa jika dibandingkan dengan dirinya apa lagi dalam segi harta ia pasti kalah jauh. Egonya pak camat sangat terluka saat ini.
"Nggak ah, paling juga hasil rental atau minjem kali mobilnya," jawab Riska yakin, dengan ucapannya dan terkesan meremehkan Satria yang menurutnya hanya pria sederhana.
"Oh minjem. Kalo minjem mah, aku juga bisa," sungut Adrian, bibirnya mengerut menahan kekesalan.
Riska hanya memutar bola matanya malas. "Kalo Satria kaya raya, pasti aku lebih milih Satria dong. Udah cakep pakai banget, gagah, atletis, sayangnya kismin!" keluh Riska dalam hati.
Dari segi fisik tentu saja Riska lebih memilih Satria. Suaminya kalah jauh dari Satria. Tapi saat ingat kalau Satria hanya orang biasa yang pekerjaannya sangat biasa dan tak punya masa depan. Ah sudahlah Riska sangat merasa beruntung menikah dengan pak camat.
"Tapi Mas, kayaknya Aisya sengaja deh." Riska mulai mempengaruhi Adrian, menuangkan racun iri dengki ke dalam pikirannya.
"Sengaja gimana?" tanya Adrian, alisnya bertaut tanda bingung.
"Sengaja mau merusak pesta kita dong, Mas. Waktu itu dia sengaja bagi-bagi sembako. Dia manfaatin tuh kakek-kakek sampai semua tamu undangan kita antri ke rumahnya. Terus sekarang semua orang malah fokus ke mobil super mahal itu dan mendadak semua memperhatikan Aisya. Seharusnya kita kan Mas, raja dan ratu di sini!"
Adrian hanya diam, mencerna kata-kata Riska yang penuh dengan kekesalan. Riska yang tak mendapat respon dari suaminya berdecak kesal lalu beralih bergosip dengan ibu mertuanya, meninggalkan Adrian dengan kebingungannya.
Di bangku undangan, Satria menyadari kalau Riska memelototinya sedari tadi. Diam-diam dia merasa bersyukur Adrian membatalkan pernikahannya dengan Aisya. Dia juga sangat bersyukur Riska waktu itu menolak lamarannya. Siska sangat tidak cocok masuk dalam keluarga dirgantara.
"Mas ganteng, boleh foto nggak di depan mobilnya?" tanya tiba-tiba seorang cewek remaja, matanya berbinar penuh kekaguman.
Satria menatap Aisya seolah meminta persetujuan darinya. Aisya yang mengerti mengangguk sambil tersenyum.
"Boleh!" jawab Satria datar.
"Yeee! Kita bisa posting di medsos!" gumam si cewek pada temannya, dengan antusias.
Akhirnya remaja-remaja itu bergantian foto dengan latar view mobil sport Satria. Para ibu-ibu juga tak mau kalah mereka juga ikut megantri berfoto di depan mobil mewah itu. Sedangkan para bocah sibuk mengelus body mobil sambil berdecak kagum.
Riska yang menyaksikan dari kursi pelaminan sampai menghentakkan kakinya ke lantai panggung, menyalurkan kekesalannya. Bukannya berfoto dengan pengantin, orang-orang malah antri foto dengan mobil.
"Ini semua gara-gara Aisya. Dua kali dia mencuri perhatian tamu-tamuku. Awas aja kamu, Aisya!" geram Riska mengertakakkan giginya sangking geramnya. Tangannya sampai mencekram kuat bunga hias di tangannya, menahan amarah yang sudah di ubun-ubun.
Aisya yang melihat wajah Riska yang menahan kesal padanya membalasnya dengan senyum penuh kemenangan.
Seolah belum puas, Aisya berpikir keras hingga tiba-tiba ia punya ide untuk membuat Riska semakin kesal. Dengan yakin ia mendekat lebih dekat ke sisi Satria.
"Oppa, kita nyanyi yuk. Duet gitu, keluarin suara emasnya Oppa," bujuk Aisya, matanya berbinar penuh harapan.
Satria terdiam beberapa detik sebelum menyatunya.
"Nyanyi ya?" tanya Satria, alisnya terangkat sedikit ragu.
"Iya Oppa, kayak yang di panggung itu!" tunjuk Aisya ke arah seorang mak-mak yang menyumbangkan suaranya yang serak-serak tak tertolong lagi.
"Suaranya kayak knalpot motor rusak! Tapi pede banget! Kita harus lebih cetar membahana dari ibu itu!" bisik Aisya, penuh harap. Sambil membayangkan wajah kesal Riska.
Satria tersenyum tipis mendengar ucapan Aisya yang absurd. "Oke deh, demi kamu," jawab Satria, mengalah pada permintaan Aisya. "Tapi lagunya apa?"
Bersambung ....