NovelToon NovelToon
Aether

Aether

Status: sedang berlangsung
Genre:Dunia Lain
Popularitas:879
Nilai: 5
Nama Author:

Di dunia ini manusia terbagi menjadi beberapa golongan, yaitu fells, Aether, dan Halflings. Fells merupakan manusia biasa yang tidak memiliki kemampuan apapun, dan hanya menjalani hidup seperti manusia biasa Sedangkan Aether adalah manusia yang memiliki kemampuan pengendalian elemen, setiap orang hanya bisa mengendalikan 1 elemen. Namun ada spesies khusus di dalamnya yaitu dark dan light yaitu pengendali elemen kegelapan dan cahaya Halflings adalah manusia yang bisa merubah dirinya menjadi hewan Dan itulah penjelasan singkat tentang cerita ini selanjutnya akan dibahas didalam

Bagian 3

Kini waktu hampir menunjukkan jam tujuh sore. Ia berjalan menuju ruang pelatihan karena ia sudah mengadakan janji dengan Axel.

Ia terus berjalan menuju ruang pelatihan hibgga disana ia melihat Axel yang sudah memakai baju tempur dan sedang merapihkan sarung tangannya.

Tubuhnya yang memang lebih tinggi dari anak seusianya bahkan mungkin lebih dari laki laki yang usianya 18 tahun membuatnya tampak sangat gagah.

Tinggi 180 cm dalam umur 15 tahun memang terlalu tinggi bahkan untuk ukuran orang dewasa. Tapi memang Axel mengincar tinggi cepat karena perempuan pertumbuhan tulangnya berhenti diumur yang lebih muda dari laki laki.

Ia menatap Arsen dengan sedikit terkejut.

Seragam tempur memang disiapkan di ruang pelatihan namun ia terkejut dengan pakaian yang sedang Arsen pakai sekarang.

Kaos oversize dan celana pendek.

Axel berjalan dengan cepat menghampiri Arsen yang bersiap mengambil baju tempur.

Ia melingkarkan lengannya di pinggang Arsen yang membuat Arsen terlompat karena terkejut.

“Siapa yang sebenarnya ingin kau goda?” Bisiknya tepat di telinga Arsen.

“A-aku tidak berusaha menggoda siapapun” jawab Arsen.

“Lalu mengapa pakaianmu seolah mengatakan kalau kau ingin disentuh?” Tambahnya sambil mengelus pinggang Arsen.

Arsen pun yang merasa kurang nyaman langsung melepaskan tangan Axel dan menuju ruang ganti.

Sementara Axel menatap tangannya yang baru saja dihempas oleh Arsen.

Di dalam ruang ganti Arsen menormalkan nafasnya.

“Mengapa ia seperti itu?, apakah ia mencoba untuk membuatku berharap kemudian menjatuhkanku lagi?” Gumam Arsen

Tidak, Arsen tidak akan kemakan itu semua.

Ia sudah membulatkan tekadnya untuk tidak mementingkan apapun selain memperbaiki segala sesuatu yang kurang dalam dirinya.

///////////

Matahari sudah condong ke barat ketika Axel dan Arsen berdiri berhadapan di arena pelatihan belakang akademi. Tak ada penonton. Tak ada wasit. Hanya mereka berdua—dan udara yang perlahan-lahan terasa menegang.

“Kalau kamu mau ikut turnamen, kamu harus ngalahin aku,” kata Axel sambil menggulung lengan bajunya. Api menyala perlahan di telapak tangannya. “Tanpa keraguan, tanpa kasihan.”

”aku tidak butuh persetujuanmu dalam mengikuti turnamen, aku hanya kemari sebagai bentuk pembuktian diriku sendiri”, ia mulai menurunkan suhu sekitar. Embun membeku di rumput. Di matanya, terpampang bayangan seorang anak perempuan berambut acak-acakan yang dulu selalu membawakan roti ke panti.

“Kamu masih ingat waktu kecil?” tanya Axel tiba-tiba. Api di tangannya bergetar. “Kamu nggak pernah menang lawan aku saat main sparring di belakang dapur. Selalu kena banting, kan?”

Arsen menunduk sedikit, bibirnya bergerak seolah ingin tersenyum. “Kamu selalu menyerang duluan. Aku cuma anak panti yang kurus dan lambat.”

“Tapi sekarang kamu bukan anak panti yang kurus lagi,” ucap Axel. Api menyelubungi kedua lengannya. “Ayo, tunjukkan seberapa banyak kamu berubah.”

Axel maju lebih dulu. Satu lompatan, dan ia menghantam tanah dengan kepalan api. Gelombang panas memancar, membakar udara. Arsen menciptakan pilar es untuk menahan serangan. Pilar itu retak, tapi tak roboh.

Axel berputar, melemparkan lingkaran api horizontal. Arsen meluncur ke samping, lalu membalas dengan hujan bilah es. Axel membakar bilah-bilah itu dengan semburan api dari tangan kanannya.

“Gaya bertarungmu berubah,” kata Axel sambil menangkis. “Dingin… terukur… kamu bukan Arsen kecil yang dulu.”

“Aku tidak punya pilihan,” balas Arsen tenang.

Axel tersenyum lebar, lalu mendorong maju dengan tubuh diselimuti nyala merah menyala. Dia melompat tinggi dan menciptakan pilar api vertikal dari udara—jurus pamungkas yang dulu selalu membuat Arsen terjatuh saat kecil.

Tapi kali ini berbeda.

Arsen tidak menghindar. Ia mengangkat tangan ke langit. Tombak es raksasa terbentuk dari kelembapan udara, turun menembus pilar api, membelahnya dengan tenang.

Pilar api runtuh, menyisakan percikan hangus di udara. Axel jatuh berlutut, kelelahan. Nafasnya berat, wajahnya sedikit tergores es.

Arsen mendekat. Dengan satu gerakan tenang, ia menyentuh dada Axel—dan es tipis menjalar cepat, membekukan jaket Axel, menahannya tanpa melukai.

Selesai.

Axel mendongak pelan, dan melihat siluet Arsen berdiri melawan cahaya senja, dingin dan tenang seperti salju abadi.

“Kamu… menang…” Axel terdiam sejenak, lalu tertawa pelan. “Lucu ya. Dulu aku pikir kamu nggak akan pernah bisa berdiri sejajar denganku.”

Arsen diam, lalu berkata lirih, “Dulu kamu yang ngajari aku cara bertahan. Kamu satu-satunya yang pernah bilang aku bisa.”

Axel terdiam. Seketika bayangan masa kecil mereka melintas—saat ia melindungi Arsen kecil dari anak-anak panti yang suka mengganggu, saat mereka makan roti keras sambil berbagi selimut tipis.

“Sekarang kamu bukan berdiri sejajar,” ujar Axel dengan senyum tipis. “Kamu melampauiku.”

Arsen mengulurkan tangan, membantunya berdiri. Es mulai mencair di sekitar mereka.

“Terima kasih,” ucap Arsen.

Axel menepuk pundaknya. “Oke. Kamu ikut turnamen. Tapi janji satu hal.”

“Apa?”

Axel menarik Arsen hingga ia terjatuh dan terbaring di atas tubuh Axel. Ketika Arsen berada di atas tubuhnya Axel langsung membalikkan dengan mengukung Arsen dibawahnya.

“Hati-hati” ucapnya sambil mengusap wajah Arsen.

“Hentikanlah” titah Arsen.

Axel terkejut dengan ucapan Arsen. Ia menyuruhnya berhenti melakukan apa?.

“Kalau kau seperti ini kau hanya akan membuatku mengira bahwa kau memberiku kesempatan.

Kalau kau memang tidak merasakan hal yang sama maka berhentilah membuatku terus merasakannya” terang Arsen.

Axel pun tertohok entah mengapa. Kemudian ia bangun.

“Kau benar. Aku salah karena melakukan hal tersebut, sebaiknya setelah ini kita memfokuskan kepada dunia kita masing masing” ia merapihkan dirinya sendiri dan segera menuju ruang ganti untuk mengembalikan baju tempur.

Memang inilah yang Arsen inginkan. Kalau memang tidak ada kesempatan maka jangan kasih dia harapan.

Jujur saja rasa itu masih ada, dan mungkin rasa itu tidak akan hilang. Tapi ia akan berusaha untuk memendam rasa itu untuk dirinya sendiri tanpa mengganggu kehidupan Axel.

Sedangkan Axel di dalam ruang ganti.

Axel menjedotkan kepalanya ke dinding ruang ganti.

“Apa yang baru saja kulakukan?” Gumamnya.

Ia memang menolak Arsen, namun entah mengapa ia tidak bisa menahan hasratnya ketika bersama Arsen. Hanya kepada Arsen ia bisa seperti ini.

Seakan akan Arsen adalah magnet yang terus menerus menarik dirinya. Seakan akan tubuhnya memohon kepadanya untuk disentuh.

Setiap inci dari tubuh Arsen terasa seperti candu baginya. Wanginya ketika ia mendekapnya selalu membuatnya gila.

Ia terlalu buta dengan hal seperti ini. Ia hanya mementingkan hal yang ia pikir dunianya sendiri hingga ia tak sadar bahwa dunianya selalu terpaku pada Arsen.

Sebenarnya perasaan apa ini?.

/////////

Arsen kini sudah berada dikamarnya dan merebahkan dirinya.

Ia sangat bangga dengan kemajuan yang ada pada dirinya. Akhirnya bukti nyata bahwa ia tidak berjalan di tempat selama beberapa tahun ini.

Ia semakin tidak sabar untuk turnamen yang akan mendatang.

Arsen sudah membayangkan apa saja yang akan ia lakukan untuk menemukan jawaban. Yaitu dimulai dari menjadi permata dewa agar bisa memiliki akses menuju Igniterra dan menemukan jawaban dari nama Zeno.

1
arcturus
memiliki cerita yang menarik dan tidak terlalu berat
ian gomes
Makin ngerti hidup. 🤔
arcturus: gak nyambung
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!