NovelToon NovelToon
BAYANGAN DALAM MELODY

BAYANGAN DALAM MELODY

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / BTS / Persahabatan
Popularitas:700
Nilai: 5
Nama Author: JM. adhisty

"Persahabatan adalah ikatan yang tak terpisahkan, hingga cinta datang dan menjadikannya sebuah pilihan."

Kisah ini berputar di sekitar dinamika yang rapuh antara dua sahabat karib yang datang dari kutub kehidupan yang berbeda.

Gabriella, gadis kaya raya dengan senyum semanis madu, hidup dalam istana marmer dan kemewahan yang tak terbatas. Namun, di balik sampul kehidupannya yang sempurna, ia mendambakan seseorang yang mencintainya tulus, bukan karena hartanya.

Aluna, gadis tangguh dengan semangat baja. Ia tumbuh di tengah keterbatasan, berjuang keras membiayai kuliahnya dengan bekerja serabutan. Aluna melihat dunia dengan kejujuran yang polos.

Persahabatan antara Gabriella dan Aluna adalah keajaiban yang tak terduga
Namun, ketika cinta datang mengubah segalanya
Tanpa disadari, kedua hati sahabat ini jatuh pada pandangan yang sama.

Kisah ini adalah drama emosional tentang kelas sosial, pengorbanan, dan keputusan terberat di antara cinta pertama dan ikatan persahabatan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon JM. adhisty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RAHASIA YANG TERUNGKAP

Ruang keluarga mewah di kediaman Keluarga Pranatha. Perapian menyala, menciptakan suasana hangat, kontras dengan hawa dingin di luar.

Axel duduk di sofa tunggal, sibuk membaca laporan keuangan sambil sesekali melirik berita olahraga. Ariana, adiknya yang berusia 17 tahun, sibuk dengan tabletnya, sesekali tertawa kecil. Pram, Ayah mereka, seorang konglomerat yang tegas namun kebapakan, sedang menyesap teh. Yura, Ibu mereka, yang ramah dan elegan, sedang merangkai bunga di sudut ruangan.

"Axel, sudah kau kirim semua undangannya? Kita hanya punya dua hari lagi. Ibu sudah memastikan kateringnya. Kau dan Jhonatan harus pastikan pengamanan di rooftop itu sempurna."

"Sudah beres, Bu. Jhonatan sudah mengatur pengamanan. Aku sudah mengirim undangan ke semua teman Gaby dan Big Five. Semuanya di bawah kendali."

"Bagus. Pesta ini penting, Nak. Ini adalah awal dari musim sosial baru. Pastikan semuanya berjalan lancar." Tuan pranatha menimpali

Ariana meletakkan tabletnya dengan antusias "Semuanya akan lancar, Ayah. Tapi yang paling penting, bukan katering atau pengamanan. Tapi musiknya!"

Axel menoleh pada adiknya "Tentu saja, Musik. Aku sudah bilang pada Jhonatan kita tidak akan menyewa DJ yang itu-itu saja. Tapi, Ari, aku perlu tahu siapa nama temanmu itu? Kami sudah mencari, tapi kami tidak tahu siapa yang kamu maksud."

Ariana,wajahnya berubah sedikit malu "Namanya Justin, Kak. Justin, dari kelasku. Dia... dia sangat berbakat. Dia sering memainkan gitarnya di taman belakang. Suaranya bagus sekali. Dia menulis lagunya sendiri, Kak!"

Axel mengerutkan kening. Justin? Nama itu terdengar asing. Ia tidak tahu ada siswa di SMA Ariana yang memiliki bakat sebesar itu.

"Justin? Kenapa kamu tidak langsung bilang saja, Ari? Kami bisa menyewa artis terkenal, kenapa harus repot-repot dengan teman sekolahmu?"

Ariana menyela dengan tegas dan penuh gairah "Karena musiknya tulus, Kak! Musiknya nyata. Itu bukan musik yang dibuat untuk mencari uang. Aku sudah menawarinya, tapi dia selalu menolak. Dia sangat menjaga harga dirinya. Itu yang aku suka dari dia."

Ibu Yura menimpali "Oh, seorang seniman idealis? Menarik. Tapi apakah dia bisa diandalkan, Sayang? Kita tidak mau kekacauan."

"Dia bisa diandalkan, Bu. Hanya saja dia minder. Dia anak beasiswa, dan dia tidak mau menerima apa pun yang dia anggap sebagai belas kasihan." jelas Ariana

Axel kini tertarik. Kata-kata 'tulus,' 'menolak,' dan 'menjaga harga diri' langsung mengingatkannya pada Aluna. Ia melihat kesamaan karakter yang aneh antara gadis yang ia kagumi di kampus dan musisi yang diinginkan adiknya.

"Baiklah. Aku mengerti. Justin, ya? Aku dan Jhonatan akan mengurusnya. Kami akan meyakinkannya. Jika itu yang kamu mau, kami akan mendapatkannya. Kami tidak akan mengecewakanmu, Ari."

"Lakukan, Axel. Selesaikan saja. Kita tidak mau ada drama di pesta Ariana." ucap Tuan Pranatha

Axel mengangguk, mengambil ponselnya. Rencananya dan Jhonatan untuk menemukan musisi misterius itu kini memiliki nama: Justin. Ia sama sekali tidak menyadari bahwa pencarian musisi ini akan membawa mereka langsung ke jantung kehidupan rahasia Aluna dan adiknya.

Dengan informasi nama Justin di tangan Axel, seberapa cepat Big Five akan menemukan nya ?

. ...

Makan Malam Keluarga Athala

Sebuah restoran mewah di pusat kota. Cahaya lampu gantung yang kristal memantul di permukaan meja marmer.

Yoga duduk di meja bundar bersama Ayah dan Ibunya. Ayahnya, Tuan Athala, baru kembali dari perjalanan bisnis di Paris, dan Ibunya, Nyonya Athala, ingin menghabiskan waktu berkualitas.

"Nak, kamu harus lebih sering menghabiskan waktu dengan Ayahmu. Jangan selalu di Markas atau sibuk dengan urusan teman-temanmu," ujar Nyonya Athala dengan senyum lembut, menikmati momen langka bersama putranya.

Yoga hanya mengangguk kecil, wajahnya tetap tenang, tetapi pikirannya agak terganggu. Ia lebih suka makan malam yang sunyi. Ia melirik sekeliling restoran yang dipenuhi tamu elit, berharap malam ini cepat selesai.

Tepat saat mereka menunggu hidangan utama datang, perhatian Yoga teralih ke sebuah meja di sudut, tempat sepasang suami-istri kaya sedang mengomel dengan nada tinggi.

Yoga melihat seorang pelayan wanita berdiri membungkuk di depan mereka, menerima setiap bentakan dengan kepala tertunduk. Pelayan itu terlihat kelelahan, tetapi posturnya tetap tegak.

Yoga merasakan sesuatu yang familier pada postur itu. Ia memicingkan mata, menganalisis.

Tiba-tiba, pelayan itu mengangkat wajahnya sejenak untuk meminta maaf. Cahaya lampu restoran menyambar wajahnya.

Yoga terkejut.

Pelayan itu adalah Aluna. Gadis beasiswa yang menjaga harga dirinya mati-matian, yang menolak undangan karena "urusan mendesak," kini berdiri di sana mengenakan seragam pelayan kaus polo gelap, dimarahi oleh pelanggan yang kasar.

Rahasianya terungkap, bukan di kampus, tetapi di tempat kerja ganda yang coba ia sembunyikan.

Naluri protektif Yoga, yang jauh lebih kuat dari keinginannya untuk menghormati privasi, langsung meledak. Ia tidak peduli dengan tempatnya, dengan orang tuanya, atau dengan etika sosial.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Yoga langsung bangkit dari kursinya. Kursi marmernya berderit saat ia geser dengan cepat.

Ia berjalan lurus menuju meja yang gaduh itu. Ia berdiri di belakang Aluna, mengabaikan tatapan tajam pelanggan yang sedang marah.

"Dia minta maaf," kata Yoga, suaranya rendah dan penuh otoritas, langsung memotong omelan pelanggan itu. "Cukup."

Kemudian, tanpa memberi waktu pada Aluna atau pelanggan itu untuk bereaksi, Yoga meraih pergelangan tangan Aluna—yang masih menggenggam buku catatan pesanan—dan menariknya dengan kuat keluar dari area restoran.

Aluna, yang sedang mencoba memproses kemarahan pelanggan, tiba-tiba ditarik dan diseret keluar. Ia tersentak, pergelangan tangannya terasa hangat di genggaman kuat Yoga.

"Yoga?! Tunggu! Kenapa kamu—"

Yoga menariknya sampai ke area pantry yang sepi, melepaskan tangannya. Ekspresi wajahnya terlihat marah, bukan pada Aluna, tetapi pada situasi yang baru saja ia saksikan.

Aluna memandang Yoga dengan mata lebar, syok total. Ia masih terengah-engah. Di mana ia? Kenapa ia ada di sini? Yoga tahu. Yoga tahu semuanya sekarang.

"Kamu sedang apa di sini?" tanya Aluna, berbisik panik, matanya berkaca-kaca karena terkejut, malu, dan takut.

"Seharusnya aku yang bertanya, Aluna," jawab Yoga, nadanya dingin, tetapi tatapannya kini memancarkan kepedulian yang sangat dalam. "Ini 'urusan mendesak' yang kamu maksud? Bekerja di tengah kemarahan orang-orang kaya yang kamu benci?"

Kembali di meja makan, Tuan dan Nyonya Athala telah menyaksikan seluruh adegan. Mereka melihat putra mereka, yang biasanya kaku dan dingin, bangkit dan menarik seorang pelayan keluar dari kerumunan.

Tuan Athala hanya mengangkat salah satu alisnya, ekspresi 'menarik' terpancar di wajahnya.

Nyonya Athala tersenyum. Senyumnya lembut, tetapi penuh pengertian. Ia tahu putranya yang tertutup baru saja menunjukkan ketertarikan yang sangat pribadi dan mendalam pada gadis itu. Yoga, sang pewaris yang tidak pernah peduli pada siapa pun di luar lingkaran mereka, baru saja melanggar semua aturan sosial untuk seorang pelayan kafe.

"Sepertinya anak kita menemukan sesuatu yang penting, Ayah," bisik Nyonya Athala. "Aku tidak pernah melihat Yoga bertindak secepat itu, bahkan untuk Axel."

Tuan Athala hanya menyesap minumannya. Ia kini tertarik pada gadis yang mampu menarik perhatian putranya yang dingin. Ia memutuskan untuk menunggu, karena ia tahu, putranya akan segera kembali dengan penjelasan.

Dengan rahasia Aluna yang kini sepenuhnya diketahui Yoga dan bahkan orang tuanya, akankah Yoga tetap menepati janjinya untuk diam, ataukah ia akan memaksa Aluna untuk menerima perlindungannya?

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!