NovelToon NovelToon
Aku Yang Untukmu

Aku Yang Untukmu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Teen Angst / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Angst / Pihak Ketiga
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: jewu nuna

Dari sekian banyak yang hadir dalam hidupmu, apa aku yang paling mundah untuk kau buang? Dari sekian banyak yang datang, apa aku yang paling tidak bisa jadi milikmu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jewu nuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

AYU 22

Hari ini adalah hari selamat bergabungnya Biyan kembali ke sekolah. Walau masih dengan beberapa tambalan luka yang belum kunjung kering. Tapi pria itu memilih untuk berangkat.

"Bi, mau makan apa?" Gue meletakkan segelas coklat hangat didepan Biyan sambil sedikit menaikkan nada bicara gue karena kantin mulai ramai.

"Soto boleh"

Gue mengangguk. Meninggalkannya untuk memesan. Daffa dan Kara sedang menikmati makan siangnya berdua di sudut kantin. Sementara Haris? Pria itu bahkan lebih memilih bermain game dari pada menemani Abiyan yang sembari tadi diam.

Gue kali ini datang dengan dua mangkuk soto. Memberikannya pada Biyan dan Haris walaupun pria itu tidak meminta.

"Lo ngga makan?"

Gue menggeleng, "hari ini kamis"

Abiyan yang paham mulai memgangguk, pria itu menatap gue sebelum menyantap sotonya.

"Ga mau dikelas aja?"

"Lo mikir iman gue lemah ya?"

Abiyan, pria yang beberapa hari lalu mengungkapkan perasaannya sama gue. Sampai detik dimana gue sadar kalo ngga bisa sama dia, dia terlalu baik buat gue, dia terlalu sempurna. Manik matanya yang indah, coba lihat bagaimana cara Biyan makanpun sempurna. Bagaimana bisa kesempurnaan itu justru menyukai hal bodoh seperti ini?

Gue menghela napas resah. Bahkan jika dibandingkan dengan Adista. Gadis yang katanya adalah mantan kekasih Abiyan. Bukankah gadis itu cantik dan anggun, gadis pekerja keras yang rela memutuskan sekolahnya demi meneruskan perusahaan orang tuanya yang terancam bangkrut.

Sayangnya dari kisah Abiyan dan Gibran, hanya satu yang sampai detik ini masih belum gue pahami. Tentang perselingkuhan.

Bahkan orang seindah dan semenawan Abiyan terutama Gibran pun melalui hal semacam itu. Gimana dengan gue nanti?

"Kenapa, Na?"

Abiyan memecah lamunan gue tepat saat sotonya sudah habis. Bahkan pikiran pikiran liar gue selama ini selalu menyita banyak waktu.

Gue menggeleng pelan sambil tersenyum.

Saat Abiyan pulang, gue sempet bantuin dia. Ada Jihan juga yang bantuin waktu itu dan kita sempet makan siang bareng. Hari dimana sebelum gue mau berangkat lagi ke rumah sakit, Abiyan cerita banyak hal tentang Adista. Seperti yang dikatakan Haris dan Daffa di rumah sakit.

Adista pindah saat kenaikan kelas berlangsung, tepat setengah tahun setelah kepindahannya ke Kanada. Gadis itu memilih menghentikan pendidikannya karena alasan satu dan lain hal. Gue ngerasa ngga pantes denger cerita ini dari mulut Abiyan. Tapi dia selalu berusaha bikin gue supaya tau tentang kisah dia dengan Adista kala itu.

Saat hampir satu tahun hubungan mereka, Abiyan berniat memberi kejutan dengan pindah ke Jakarta. Tepat saat Ayahnya Abiyan juga lagi dipindahtugaskan ke Jakarta saat itu. Dengan dalih ingin satu sekolah dengan Adista, supaya ngga LDR lagi.

Tapi ternyata setengah tahun terakhir, gadis itu berbohong. Adista tak benar benar ada di Jakarta. Dia bahkan dengan bodohnya memilih mengencani pria lain disana. Saat statusnya masih menjadi kekasih Abiyan.

Abiyan baik, dia bahkan tidak marah saat sudah cukup lama didustakan. Dia bahkan terkesan tak ingin dikasihani saat menceritakan hal semacam ini sama gue.

Tepat hari dimana gue ngelihat Adista buat pertama kalinya. Adista datang dengan sengaja untuk Abiyan. Meminta pria itu kembali padanya. Tapi sudah gue tebak sejak awal, Abiyan tidak sebodoh itu. Bahkan sampai detik dimana gadis itu memilih singgah beberapa saat di Jakarta. Abiyan tetap tidak ingin mengulangi buku yang sudah pernah dia baca.

"Nana?"

"Apa sih?! Ngelamun mulu lo" kali ini gue bisa denger suara Haris mendominasi.

"Lagi mikirin apa, Na?" Kara menoleh.

"Engga kok, cuman capek aja"

"Balik aja ke kelas" ajakan Abiyan kali ini gue terima.

Setelah membayar pesanan tadi, gue sama Abiyan berjalan beriringan menuju kelas. Lebih tepatnya mengarah pada taman depan kelas Abiyan.

"Ngelamunin apa sih, Na?"

"Adista masih di Jakarta, Bi?"

Abiyan menghela napas.

Saat terakhir kali gue lihat Adista datang ke rumah Biyan. Detik itu juga gue lihat gestur tubuh Biyan yang seolah mengusirnya tepat didepan pintu. Mungkin itu juga sudah jadi jawaban dari pertanyaan gue barusan.

"Udah pergi dia"

"Ngga mau balikan?"

"Apa yang diharapkan dari buku yang sama, Na? Gue bisa maafin semua kesalahan dia tapi engga buat orang ketiga"

Gue sejenak terdiam. Kayanya gue salah kalo bahas Adista disekolahan.

"Lo mau tau kesalahan gue dimata dia apa? Gue ngga selalu ada waktu buat dia, Na"

"Udah deh ngga usah dibahas, Bi"

"Tapi dari semua kesalahan yang gue sengaja ataupun engga ke dia, semua jawabannya akan tetap sama, manusia ngga akan pernah merasa cukup"

Abiyan menoleh, memberikan senyuman tipis saat gue lebih memilih diam karena ucapannya barusan.

"Saat ada anak kecil dibilang jangan, dia justru ngelakuin kan?"

Gue dan Biyan masih saling pandang. Tak peduli dengan beberapa murid yang sembari tadi sibuk saling membisik atau mengamati kita berdua.

"Andai aja gue punya banyak uang,"

"Lo bilang dia cuma butuh waktu lo"

Abiyan terkekeh, "dengan banyak uang gue bisa ngintilin dia kemana mana"

"Bucin amat"

"Kan jadi ngga selingkuh"

"Yaelah, Bi. Selingkuh tuh tabiat, mau lo ngintilin dia sampe manapun kalo dia punya celah buat itu ya udah, selingkuh aja"

"Lo bener"

1
suka baca
good
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!