NovelToon NovelToon
ISTRI CANTIK SANG CEO TAMPAN : MISI BALAS DENDAMKU

ISTRI CANTIK SANG CEO TAMPAN : MISI BALAS DENDAMKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Kde_Noirsz

"Aku mati. Dibunuh oleh suamiku sendiri setelah semua penderitaan KDRT dan pengkhianatan. Kini, aku kembali. Dan kali ini, aku punya sistem."

Risa Permata adalah pewaris yang jatuh miskin. Setelah kematian tragis ayahnya, ia dipaksa menikah dengan Doni, anak kepala desa baru yang kejam dan manipulatif. Seluruh hidup Risa dari warisan, kehormatan, hingga harga dirinya diinjak-injak oleh suami yang berselingkuh, berjudi, dan gemar melakukan KDRT. Puncaknya, ia dibunuh setelah mengetahui kebenaran : kematian orang tuanya adalah konspirasi berdarah yang melibatkan Doni dan seluruh keluarga besarnya.

Tepat saat jiwanya lepas, Sistem Kehidupan Kedua aktif!

Risa kembali ke masa lalu, ke tubuhnya yang sama, tetapi kini dengan kekuatan sistem di tangannya. Setiap misi yang berhasil ia selesaikan akan memberinya Reward berupa Skill baru yang berguna untuk bertahan hidup dan membalikkan takdir.

Dapatkah Risa menyelesaikan semua misi, mendapatkan Skill tertinggi, dan mengubah nasibnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kde_Noirsz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31 : Madame L, Sang Ratu Bayangan dari Singapura

Jet pribadi itu menderu di landasan pacu Halim Perdanakusuma, membelah kabut tipis Jakarta yang mulai tercemar polusi pagi. Saat pintu hidrolik terbuka, sosok wanita bernama Madame L melangkah turun dengan keanggunan yang mematikan. Di balik kacamata hitamnya, ia menatap gedung-gedung pencakar langit Jakarta dengan tatapan seorang pemilik yang baru saja kembali untuk menagih upeti.

Sementara itu, di Mansion Adhyaksa, Risa baru saja menyelesaikan tidurnya yang tidak nyenyak. Ia terbangun bukan karena alarm, melainkan karena notifikasi Sistem yang bergetar hebat di dalam kepalanya.

Risa duduk di depan meja riasnya, menatap pantulan dirinya. Luka lecet di bahunya akibat insiden di pelabuhan mulai mengering, namun beban di pundaknya justru semakin berat. Di sampingnya, sepucuk surat dengan stempel lilin berwarna ungu gelap tergeletak di atas meja. Surat itu datang melalui jalur diplomatik, bukan pos biasa.

[SISTEM : AKTIF!]

[ANALISIS TARGET : MADAME L (LILIANA PERMATA).]

[STATUS : SAUDARA KEMBAR LESTARI PERMATA (IBU KANDUNG HOST).]

[TINGKAT BAHAYA : MALAPETAKA (APOCALYPSE LEVEL).]

[INFO : PEMEGANG SURAT HUTANG 50 TRILIUN PERMATA GROUP.]

"Lima puluh triliun..." bisik Risa, jemarinya menyentuh permukaan kertas surat itu yang terasa dingin. "Bahkan jika aku menjual seluruh nikel di ladang utara sekarang juga, aku tidak akan bisa melunasinya dalam semalam."

Revano masuk ke kamar dengan wajah yang lebih gelap dari biasanya. Ia mengenakan kemeja biru tua dengan lengan yang digulung, menunjukkan urat-urat tangannya yang tegang. Di tangannya, ia memegang laporan intelijen terbaru dari Singapura.

"Dia sudah mendarat satu jam yang lalu, Risa," ujar Revano. Ia berdiri di belakang Risa, menatap cermin. "Madame L bukan sekadar pengusaha. Dia adalah pusat dari 'The Shadow', konsorsium yang membiayai operasi gelap di seluruh Asia Tenggara. Dan dia datang ke sini bukan untuk sekadar menyapa keponakannya."

"Dia datang untuk menagih hutang Ibu," sahut Risa. Ia berdiri dan berbalik menghadap Revano. "Apa yang kau tahu tentang Liliana Permata, Revano? Kenapa Ayah Baskoro tidak pernah menyebut namanya?"

Revano menghela napas, ia menarik sebuah kursi dan duduk di depan Risa. "Menurut dokumen lama Adhyaksa, Liliana dan Lestari adalah saudara kembar yang sangat identik secara fisik, namun bertolak belakang secara sifat. Lestari adalah cahaya, sementara Liliana adalah kegelapan. Saat ibumu melarikan diri dengan Baskoro, Liliana tetap tinggal di bawah kendali Kakekku sebagai 'senjata' hidup. Namun, terjadi kebakaran besar di paviliun Adhyaksa tiga puluh tahun lalu. Liliana dinyatakan tewas, namun kenyataannya, dia melarikan diri ke Singapura dan membangun kekaisarannya sendiri."

Risa tertegun. "Jadi selama ini dia mengawasi kami dari jauh? Dia membiarkan kami menderita di tangan keluarga Wijaya hanya untuk menunggu momen ini?"

"Sepertinya begitu. Dan hutang 50 triliun itu... itu bukan hutang pinjaman bank. Itu adalah dana operasional yang dicuri Baskoro dari Liliana untuk membiayai pelarian mereka dulu. Bagi Liliana, itu adalah pencurian. Dan bunga dari pencurian itu selama tiga puluh tahun adalah kehancuran kita."

Pertemuan di Hotel Indonesia Kempinski - 14.00 Siang

Risa memutuskan untuk menghadapi bibinya secara langsung. Ia tidak ingin menunggu di mansion seperti domba yang menunggu disembelih. Didampingi oleh Revano dan pengawalan ketat dari tim Leo, Risa memasuki Presidential Suite hotel tersebut.

Ruangan itu sunyi, hanya terdengar suara denting sendok perak yang menyentuh cangkir porselen. Di depan jendela besar yang menghadap Bundaran HI, Madame L duduk dengan anggun. Saat ia berbalik, Risa merasa jantungnya berhenti berdetak.

Wajah wanita itu adalah versi yang lebih tua dan lebih tajam dari ibunya. Seolah-olah Risa sedang melihat hantu dari masa depan.

"Kau memiliki dagu Lestari," suara Madame L terdengar serak namun elegan, persis seperti yang didengar Risa dalam pesan suara semalam. "Tapi kau memiliki mata Adhyaksa yang haus darah. Kombinasi yang menarik."

Risa duduk di depannya tanpa diminta. "Mari kita lompati basa-basinya, Bibi Liliana. Lima puluh triliun. Itu angka yang tidak masuk akal untuk sebuah pelarian."

Madame L tertawa kecil, ia menyesap tehnya sebelum menaruhnya kembali ke meja. "Angka itu termasuk biaya hidupmu selama dua puluh tahun, Risa. Siapa yang kau pikir membayar dokter diam-diam saat kau sakit parah di desa? Siapa yang memastikan ayahmu tetap mendapatkan kontrak kayu saat dia hampir bangkrut sepuluh tahun lalu? Aku yang menjaga kalian, dan aku tidak melakukan apa pun dengan gratis."

Revano menyipitkan mata. "Jadi Anda adalah tangan di balik layar yang memastikan keluarga Permata tetap 'layak' untuk dipanen saat waktunya tiba?"

"Tepat sekali, Revano kecil. Kau cukup pintar untuk seorang anak adopsi," ejek Madame L. Ia mengeluarkan sebuah dokumen hitam dari tas kulit buayanya. "Ini adalah somasi resmi. Dalam tujuh hari, jika 50 triliun itu tidak masuk ke rekening The Shadow, maka aku akan melakukan akuisisi paksa terhadap Adhyaksa Group dan Permata Group. Aku akan meratakan mansion kalian, dan aku akan mengirim kalian kembali ke selokan tempat kalian berasal."

Risa mengepalkan tangannya di bawah meja. "Kenapa sekarang? Kenapa tidak saat Doni menyiksaku? Kenapa tidak saat Adrian mencoba membunuhku?"

"Karena saat itu kau belum berguna," jawab Madame L dingin. "Sekarang kau adalah pewaris sah darah Adhyaksa. Kau memiliki akses ke brankas pusat yang tidak bisa dibuka oleh siapa pun. Aku ingin kunci itu, Risa. Berikan kunci biometrik itu padaku, dan aku akan menganggap hutangmu lunas."

Risa menatap Revano sejenak, lalu kembali ke Madame L. "Brankas itu berisi cadangan devisa negara dan emas Adhyaksa. Jika aku memberikannya padamu, aku mengkhianati negaraku dan ayahku."

"Ayahmu yang mana? Baskoro yang bukan darahmu, atau penguasa tua di mansion itu yang membuangmu?" Madame L berdiri, mendekati Risa dan membelai pipinya dengan jari yang dingin. "Darah lebih kental dari air, Sayang. Bergabunglah denganku. Kita akan menghancurkan klan Adhyaksa dan membangun dinasti baru yang hanya berisi kita berdua. Wanita yang memegang kendali atas pria-pria lemah ini."

Risa menepis tangan Madame L. "Aku bukan bagian dari rencanamu. Dan aku akan mencari cara untuk melunasi hutang itu tanpa memberikan kunci brankas."

"Tujuh hari, Risa," Madame L kembali ke posisinya. "Jika dalam tujuh hari tidak ada uang atau kunci, bersiaplah untuk melihat Revano membusuk di penjara atas tuduhan korupsi yang sudah aku siapkan buktinya. Aku memiliki segalanya."

Mansion Adhyaksa - Malam Hari

Situasi menjadi genting. Revano segera mengumpulkan tim finansialnya, namun angkanya terlalu besar. 50 triliun rupiah dalam tujuh hari adalah misi yang mustahil bagi perusahaan mana pun di dunia tanpa kolaps.

"Kita bisa menjual aset kita di luar negeri," usul Leo.

"Tidak cukup, Leo," potong Revano. "Aset itu butuh waktu bulanan untuk dicairkan. Madame L tahu itu. Dia sengaja memasang tenggat waktu ini untuk memaksa Risa membuka brankas."

Risa berdiri di pojok ruangan, ia menatap layar Sistem yang terus memberikan notifikasi.

[SISTEM : ANALISIS KEUANGAN SELESAI.]

[PELUANG MELUNASI HUTANG SECARA LEGAL : 0.01%.]

[SARAN : GUNAKAN SKILL 'MANIPULASI PASAR' & 'PENCURIAN DATA THE SHADOW'.]

[MISI BARU : MENYUSUP KE MARKAS SEMENTARA MADAME L DI JAKARTA.]

"Revano," panggil Risa. "Aku butuh kau membuat pengalihan. Aku akan menyusup ke tempat Madame L menginap malam ini."

"Apa?! Itu bunuh diri!" seru Revano. "Dia memiliki tim keamanan dari tentara bayaran elit!"

"Aku punya Sistem... maksudku, aku punya cara yang tidak terdeteksi oleh teknologi mereka," Risa mendekati Revano. "Madame L bilang dia memiliki bukti korupsi tentangmu. Aku harus menghapus atau mengambil bukti itu sebelum tujuh hari berakhir. Itu satu-satunya cara untuk melucuti senjatanya."

Revano menatap mata Risa. Ia melihat determinasi yang sama dengan saat Risa menghadapi Doni di pinggir sungai. "Baiklah. Tapi aku ikut. Aku akan memimpin tim di depan untuk memicu keributan, sementara kau masuk melalui jalur ventilasi yang sudah dipetakan Leo."

Operasi Penyusupan - Jam 02.00 Dini Hari

Hotel Kempinski mendadak dilanda alarm kebakaran palsu yang dipicu oleh tim Leo. Suasana menjadi sangat kacau. Para tamu berhamburan keluar. Tim keamanan Madame L segera bergerak untuk mengamankan sang ratu bayangan.

Risa menggunakan Skill Teleportasi Ruang yang sudah ia tingkatkan kemampuannya. Kali ini, ia tidak melompat jauh, melainkan melompati dinding demi dinding di dalam area suite tersebut.

[SISTEM : ENERGI TERSISA 40%.]

[DETEKSI SERVER PORTABEL DI DALAM KAMAR KERJA MADAME L.]

Risa mendarat dengan mulus di dalam ruang kerja yang gelap. Ia segera menuju sebuah laptop yang terhubung ke satelit. Dengan jari-jari yang lincah, ia memasukkan flashdisk enkripsi yang diberikan oleh Sistem.

[TING! PROSES UNDUHAN DATA DIMULAI : 10%... 20%...]

Tiba-tiba, lampu ruangan menyala.

"Aku sudah mendugamu akan datang, Risa," Madame L berdiri di ambang pintu dengan pistol kecil di tangannya. Ia tidak tampak terkejut, justru tampak bangga. "Kau benar-benar mirip denganku. Nekat dan cerdik."

Risa tidak menghentikan proses unduhan. Ia berdiri di depan laptop tersebut, menghalangi pandangan Madame L. "Jika kau membunuhku sekarang, kau tidak akan pernah mendapatkan kuncinya."

"Aku tidak ingin membunuhmu sekarang, Sayang. Aku ingin melihat sejauh mana kau bisa bertahan," Madame L berjalan mendekat. "Kau tahu apa yang ada di dalam data yang sedang kau unduh itu? Itu bukan bukti korupsi Revano."

Risa mengerutkan kening. "Lalu apa?"

"Itu adalah rekaman suara asli ibumu, Lestari, seminggu sebelum dia 'meninggal'," Madame L tersenyum pahit. "Dia tidak mati karena racun Nyai Ratna atau perintah Adrian. Dia bunuh diri, Risa. Dia bunuh diri karena dia tahu bahwa kau adalah kutukan bagi siapa pun yang bersamamu."

Dunia Risa kembali berguncang. "Bohong! Kau memfitnah Ibu!"

"Dengarkan rekamannya nanti," Madame L menurunkan pistolnya. "Aku membiarkanmu mengambil data itu. Kenapa? Karena aku ingin kau tahu kebenarannya. Aku ingin kau hancur dari dalam. Dan saat kau hancur, kau akan datang padaku dan memohon agar aku mengambil alih bebanmu."

[TING! UNDUHAN SELESAI : 100%.]

Risa segera mencabut flashdisk itu dan melompat keluar jendela melalui balkon, menggunakan tali yang sudah disiapkan Leo. Di bawah, Revano sudah menunggunya dengan mobil yang melaju kencang.

Mansion Adhyaksa - Ruang Rahasia

Risa dan Revano duduk di depan komputer. Suasana sangat tegang saat Risa memasukkan data yang baru saja ia curi. Mereka membuka file audio yang diberi judul 'Lestari_LastMessage'.

Suara lembut namun gemetar terdengar dari speaker.

"Baskoro... maafkan aku. Aku tidak bisa menahannya lagi. Liliana benar... Risa memiliki tanda merah di punggungnya, tanda penguasa kegelapan Adhyaksa yang kuno. Siapa pun yang menjaganya akan menemui ajal yang tragis. Aku harus pergi agar dia bisa hidup sebagai orang biasa... tapi aku tahu, naga itu akan selalu memanggilnya kembali..."

Risa menyentuh punggungnya secara tidak sadar. Di balik gaun tidurnya, memang ada sebuah tanda lahir kecil berwarna kemerahan yang menyerupai naga melingkar. Ia selalu mengira itu hanya tanda lahir biasa.

Revano memeluk Risa dari belakang. "Jangan dengarkan itu. Itu hanya takhayul kuno yang digunakan untuk menakut-nakuti ibumu."

"Tapi kenyataannya semua orang di sekitarku menderita, Revano!" teriak Risa. "Ayah Baskoro, Paman Hari, kau... kau bahkan kehilangan hak warismu karena aku!"

"Aku tidak kehilangan apa-apa, Risa. Aku mendapatkanmu," bisik Revano dengan sangat tulus.

Namun, di balik keharuan itu, Risa melihat sebuah file tersembunyi lainnya di dalam folder tersebut. File itu berisi daftar pemegang saham 'The Shadow'. Dan di baris paling atas, terpampang sebuah nama yang membuat napas Risa tercekat.

PEMEGANG SAHAM UTAMA : BASKORO PERMATA.

Risa gemetar hebat. "Ayah... Ayah adalah bagian dari The Shadow? Ayah yang memberiku hutang 50 triliun ini?"

[SISTEM : ANALISIS DATA SELESAI.]

[KESIMPULAN : BASKORO PERMATA TIDAK PERNAH MENINGGALKAN HUTANG. DIA MENINGGALKAN WARISAN YANG DISAMARKAN SEBAGAI HUTANG UNTUK MELINDUNGI ASET TERSEBUT DARI PAJAK DAN KORUPSI ADHYAKSA.]

[TUGAS ANDA BUKAN MEMBAYAR HUTANG, TAPI MENGKLAIM KEMBALI KEPEMIMPINAN THE SHADOW.]

Risa berdiri dengan mata yang kini menyala penuh api dendam yang baru. "Dia tidak ingin aku membayar 50 triliun. Dia ingin aku mengambil alih seluruh organisasi Liliana."

Risa menatap Revano. "Revano, kita tidak akan bangkrut. Kita akan melakukan kudeta terhadap Madame L."

Keesokan harinya, Madame L mengadakan konferensi pers untuk mengumumkan akuisisi Adhyaksa Group. Namun, tepat saat ia hendak menandatangani dokumen di depan ratusan wartawan, Risa masuk ke ruangan dengan mengenakan lencana perak yang ia temukan di Jati Purba.

"Berhenti di sana, Liliana," suara Risa bergema. "Menurut anggaran dasar The Shadow, pemegang saham mayoritas memiliki hak veto atas segala tindakan direksi. Dan aku... aku baru saja mengaktifkan hak waris ayahku."

Madame L terbelalak. "Ayahmu?! Dia sudah mati!"

"Dia mati sebagai manusia, tapi hidup sebagai legenda dalam sistem ini," balas Risa.

Tiba-tiba, sesosok pria dengan kursi roda masuk dari pintu belakang panggung. Pria itu memiliki wajah yang sudah sangat tua, namun matanya masih tajam. Dia bukan Tuan Besar Adhyaksa.

"Kau merindukanku, Liliana?" tanya pria itu.

Risa jatuh berlutut. "Ayah...?"

Apakah Baskoro benar-benar masih hidup, atau ini adalah trik lain dari Sistem untuk menguji mental Risa?

1
Andira Rahmawati
hadir thor.. kerenn ...walau jln ceritanya agsk rumit sih👍👍👍
Ayu Nur Indah Kusumastuti: bener banget kak, tapi mungkin ini gaya authornya kak
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!