Ashella Zyla Aurora, gadis yang sangat suka membaca komik. Ia sangat suka membaca novel online atau komik, tapi yang paling Ashel suka adalah membaca komik karena ia bisa melihat langsung karakter tokoh yang sangat tampan dengan gambar yang di buat oleh sang penulis.
Namun sesuatu terjadi, ini sangat diluar akal sehat. Bagaimana bisa saat ia sedang membaca komik, ia malah masuk ke dalam komik tersebut. Dan yang paling parah ia memasuki tokoh antagonis yang sering membully, bahkan saat ia memasuki komik tersebut ia sedang membully seorang cowok culun yang memakai kacamata.
"Udahlah Sha, kasian tuh cowok culun udah babak belur."
"Lo ngomong sama gue? "
"Iya Aleesha."
"Aleesha? gue? " tunjuk Ashella pada dirinya sendiri.
"Ya lo lah, yang namanya Aleesha iris Zephyrine kan cuman lo."
Nama yang sangat familiar, Ashel sangat tahu siapa pemilik nama tersebut. Itu adalah nama antagonis perempuan di komik Charm Obsession.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Echaalov, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 - UKS
Aleesha sedang memapah cowok culun itu menuju UKS. Meski penampilannya culun dengan memakai kacamata dan hoodie kebesaran yang sampai menutupi seluruh tangan cowok itu tidak lupa tudung hoodie itu yang selalu menutupi rambut serta wajahnya. Postur tubuh cowok culun ini ternyata seperti Grey dan Ethan, tinggi dan besar. Aleesha bahkan hanya se dada cowok culun ini. Kalau Aleesha bersembunyi di belakang cowok culun ini mungkin ia tidak akan kelihatan.
Kalau disandingi gini ternyata cowok culun ini tinggi juga, apa semua cowok di sini tinggi-tinggi ya, atau karena gue yang pendek
Memikirkan itu membuat Aleesha kesal. Ekspresi itu ternyata dilihat oleh cowok culun itu.
Ketika sedang memapah Aleesha baru menyadari sesuatu."Kenapa ringan ya? "
"Lo jadiin gue tumpuan gak sih? " tanya Aleesha kepada cowok culun itu.
"Ya," gumamnya, untungnya jarak mereka dekat jadi Aleesha bisa mendengar suaranya yang pelan.
"Bohong masa ringan gini," Aleesha memegang tangan cowok culun itu agar tubuhnya menjadi tumpuan tapi saat ia memegang tangannya Aleesha kaget karena dapat merasakan bahwa tangannya keras. Tapi itu cuman sekilas karena cowok culun itu segera menepis tangan Aleesha.
"Sakit," lagi-lagi suaranya pelan. Untung saja Aleesha tidak budeg jadi ia bisa mendengar ucapan cowok culun itu.
"Sorry, kalau barusan gue nyakitin lo," sesal Aleesha. Ia tidak enak karena tidak sengaja menyentuh luka cowok culun itu. Meski terhalang oleh hoodie tapi tetap saja itu sakit apalagi kalau bergesekan dengan hoodie nya pasti perih.
Cowok culun itu tidak menjawab. Mereka berjalan dengan keheningan di sepanjang lorong yang menuju UKS. Lorong sepi karena para murid sudah memasuki kelas masing-masing.
"Nama lo siapa? " tanya Aleesha memecahkan keheningan yang terjadi di antara mereka. Tidak ada jawaban dari cowok culun itu.
Gue kesal sebenarnya tapi sikap dia dapat gue maklumi soalnya mana ada korban yang mau berbicara dengan sang pembully, mana gue siksanya berlebihan lagi pasti trauma nih cowok. Pokoknya gue harus bersikap baik sama dia dan yang lainnya
Aleesha bertekad untuk melakukan itu. Dengan begini hidupnya akan tenang.
Entah mengapa letak UKS sangat jauh dari kelasnya. Untung saja ia mengantar cowok ini. Kalau tidak dia pasti udah pingsan sebelum sampai ke UKS.
Namun Aleesha sedikit merasa tidak nyaman karena posisi mereka yang sangat dekat. Di kehidupan sebelumnya sebelum ia masih dunia komik ini, Aleesha tidak pernah dekat dengan lawan jenis, apalagi waktu yang ia habiskan hanya untuk membaca novel atau komik jadi ia tidak pernah ada waktu untuk berpacaran.
Lagian tipe cowok yang Aleesha suka adalah seperti tokoh komik yang sempurna. Dengan terdampar disini ia merasa masuk dunia yang selalu ia harapkan. Namun kesalahannya adalah memasuki komik dengan karakter cowok bersikap red flag.
Kenapa harus ke komik ini sih, kenapa gak di komik yang karakter cowoknya bersikap green flag gerutu Aleesha dalam hati.
Aleesha menatap cowok culun itu, sepertinya dia baik. Tapi meski begitu Aleesha tidak suka cowok berpenampilan wibu. Wibu kan identik dengan bau bawang, Aleesha tidak suka cowok yang bau. Minimal kalau gak ganteng ya wangi lah agar orang di sampingnya nyaman. Tapi Aleesha tidak mencium bau yang tidak sedap di dekat cowok culun ini.
Tanpa sadar Aleesha semakin mendekatkan wajahnya ke tubuh cowok culun itu. Bukannya mencium bau tidak sedap ia malah mencium aroma musk yang menenangkan. Gila dia emang berpenampilan culun tapi wangi.
Pergerakan Aleesha membuat cowok culun itu terkejut. Karena tiba-tiba Aleesha mendekatkan wajahnya. Dari jarak sedekat ini cowok culun itu bisa melihat wajah Aleesha dengan jelas. Cewek itu emang cantik bukan sangat cantik.
Namun dengan cepat ia menggelengkan kepalanya. Ia tidak boleh berpikir seperti itu. Cowok culun itu menghindari Aleesha agar ada jarak diantara mereka.
Menyadari itu Aleesha malu karena telah bersikap keterlaluan. Lagian apa yang ia pikirkan langsung ia lakukan. Benar-benar otak dan tindakannya sangat terhubung."Maaf, pasti lo gak nyaman ya."
Cowok culun itu seperti biasa tidak menjawab dan ia berjalan tertatih menjauhi Aleesha.
"Sini gue bantu," ucap Aleesha tidak tega melihatnya. Cowok culun itu menghindar lagi. Namun karena Aleesha keras kepala akhirnya cowok culun itu membiarkan Aleesha membantunya lagi.
Kini mereka sudah sampai di depan UKS. Cowok culun itu masuk, Aleesha juga akan masuk. Namun segera ditahan oleh cowok culun itu.
"Gak usah masuk," ucapnya.
"Kenapa? " tanya Aleesha heran.
"Kelas," ucapnya singkat. Aleesha mengernyit bingung mendengar ucapan cowok culun itu. Ia butuh beberapa detik untuk memahami ucapannya.
"Lo nyuruh gue ke kelas? " cowok itu menganggukkan kepalanya.
"Tapi kalau lo butuh apa-apa gimana?"
"Aku bisa sendiri," ucapnya. Aleesha pun tidak lagi keras kepala karena sepertinya cowok culun itu tidak mau ada dia disini.
Dari dalam UKS muncul seorang dokter yang terlihat masih sangat muda."Nona Aleesha, ada perlu apa kesini? nona sakit? "
"Enggak, saya cuman nganter dia, kalau begitu saya permisi dok," setelah itu Aleesha pergi meninggalkan UKS. Punggung Aleesha terlihat semakin kecil begitu semakin jauh.
Dokter itu menatap Aleesha heran dan terkejut. Sejak kapan anak yang selalu bersikap seenaknya bahkan kepada guru dan juga dirinya bisa bersikap sopan seperti itu.
Deheman seseorang mengalihkan perhatiannya. Barulah dokter itu melihat cowok yang berpenampilan culun.
"Luka lagi? " tanyanya, dan di balas anggukan oleh cowok culun itu.
Dokter itu menghela nafas, cowok ini hampir setiap hari datang ke UKS. Dengan luka yang berbeda-beda setiap harinya.
Cowok culun itu duduk di brangkar. Dokter itu mendekati brangkar tempat cowok culun itu duduk.
"Kali ini karena apa? " ucapnya begitu melihat luka yang ada di tubuh cowok itu begitu membuka hoodie yang selalu terpasang di tubuhnya. Bahkan seragam yang ia pakai sudah berwarna merah.
"Tongkat bisbol dan dihajar."
"Tongkat bisbol? Siapa yang melakukan itu? "
"Orang yang baru aja pergi dari sini."
"Nona Aleesha? Saya tahu nona Aleesha emang jahat tapi saya tidak mengira akan sejahat ini," ucapnya kaget.
"Tapi aneh kenapa nona Aleesha mengantar kamu kesini," lanjut dokter itu menatap kejadian barusan.
"Dia seperti orang lain," gumam cowok culun itu. Melihat perilaku Aleesha yang emang aneh menurutnya.
Dia meminta maaf, membantu gadis tadi yang akan jatuh di dorong oleh Grey, membelanya di depan semua orang, menentang Grey, dan yang terakhir membantu bahkan memapahnya sampai ke UKS. Itu sangat aneh, Aleesha yang ia kenal tidak akan melakukan itu. Meski ia baru mengenalnya satu minggu yang lalu.
"Seperti orang lain? Apa maksudnya Theo? "