Alika tak pernah membayangkan hidupnya bisa berubah secepat ini. Semua berawal dari satu permintaan sepele saudari tirinya, yang menyuruh Alika pergi ke sebuah hotel.
Karena sebuah kekeliruan, Alika justru masuk ke kamar hotel yang salah dan menghabiskan malam dengan Sagara, sang CEO dingin dan arogan yang selama ini hanya dikenalnya dari jauh.
Apa yang terjadi malam itu seharusnya dilupakan. Tapi takdir berkata lain.
Saat Alika mengetahui dirinya hamil. Ia dihadapkan pada pilihan yang sulit, menyembunyikan semuanya demi harga diri, atau menghadapi kenyataan dengan kepala tegak.
Namun, yang paling mengejutkan, justru adalah keputusan Sagara. Pria yang katanya selama ini tak tersentuh, datang kembali ke dalam hidupnya, menawarkan sesuatu yang lebih dari sekadar tanggung jawab.
Cinta perlahan tumbuh di antara keduanya. Tapi mampukah cinta bertahan saat masa lalu terus menghantui dan realita kehidupan tak berpihak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 33
Cindy berdiri terpaku. Matanya tak lepas dari punggung Sagara yang meninggalkannya begitu saja untuk menyusul istrinya.
Istrinya. Kata itu menggema di kepala Cindy, membuat dadanya panas oleh amarah.
“Sagara!” panggilnya, hendak mengejar pria itu, tapi langkahnya dihentikan oleh seseorang.
Lee berdiri tegap di hadapannya, tangan terulur menghalangi Cindy.
“Maaf, tapi anda dilarang masuk, Nona!”
“Minggir, Lee. Ini urusan pribadi kami!” bentak Cindy, mencoba mendorong pria itu, tapi Lee tetap tak bergeming.
“Anda salah,” ucap Lee dengan nada datar. “Urusan anda dengan Tuan Sagara sudah selesai sejak lama. Jangan lagi mengejar pria yang sudah menikah. Apalagi pria yang sebentar lagi akan menjadi ayah.”
Cindy terdiam, sejenak kehilangan kata. Tapi hanya untuk sesaat.
“Beraninya kamu bicara seperti itu padaku?!” matanya membelalak. “Kamu pikir kamu siapa, hah?!”
Lee hanya tersenyum tipis. Ia mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan sesuatu pada Cindy.
Sebuah foto.
Cindy menegang. Di foto itu terlihat dirinya sedang bersantai di sebuah pantai, mengenakan baju renang terbuka dan bergelayut manja pada seorang pria asing.
“Dari mana kamu mendapatkan ini?” tanya Cindy dengan wajah panik.
“Jangan meremehkan kemampuan orang yang bertahun-tahun menjadi tangan kanan tuan Sagara, Nona,” ujar Lee ringan. “Kalau anda masih nekat mengganggu kehidupan rumah tangganya, saya tak segan memberitahukan semua ini padanya.”
Cindy mengepal tangannya. Harga dirinya tercabik. Rasa kesal dan malu bercampur jadi satu. Ia mengerang pelan dan memalingkan wajah.
“Sialan...” geramnya, lalu melangkah pergi dengan penuh amarah.
Lee menatap kepergian wanita itu sambil tersenyum puas. Lalu mengangkat tangan, melambai perlahan.
“Ulat bulu sudah disingkirkan,” katanya pelan. “Sekarang tinggal membersihkan tuan Sagara dari bulu-bulu yang masih menempel. Ah, seharusnya gajiku naik tiga kali lipat, bukan?”
**
**
Di dalam butik, suasana berbeda sepenuhnya.
Alika tengah berdiri di samping Kakek Hermawan saat seorang wanita elegan menghampiri mereka. Wajahnya lembut, usianya tak lagi muda, tapi senyumannya menyiratkan kehangatan seorang ibu.
“Alika, ini Sarah,” ujar Kakek Hermawan dengan suara lembut. “Ibunya Sagara.”
Alika tersentak. Ia langsung menunduk dan mencium tangan wanita itu dengan penuh hormat. Selama ini, Alika bahkan tidak tahu kalau Sagara masih memiliki seorang ibu.
Ia pikir, Sagara hanya hidup bersama dengan sang kakek.
“Senang sekali akhirnya bisa bertemu dengan Ibu,” ucap Alika sopan.
“Dan Ibu juga sangat menyesal karena tidak bisa hadir di pernikahan kalian.” Sarah tersenyum haru.
Mata Sarah berkaca-kaca. Sejak awal ia ingin hadir, tapi banyak hal yang membuatnya terhalang. Termasuk hubungannya yang rumit dengan putranya sendiri.
Alika menggenggam tangan Sarah, mencoba menenangkannya.
Mereka bertiga kemudian duduk dan mengobrol di sudut butik yang tenang. Suasana terasa begitu akrab.
Sementara itu, Sagara berdiri tak jauh dari mereka. Ia melihat semua yang terjadi. Melihat Alika tertawa kecil bersama ibunya, melihat kakeknya tersenyum puas.
Namun dirinya? Ia hanya menjadi penonton.
Sagara menarik nafas panjang. Hubungannya dengan Sarah selama ini jauh dari kata baik. Setelah ayahnya meninggal, ibunya menikah lagi dengan mantan kekasih lamanya. Dan dari pernikahan itu, lahirlah seorang anak laki-laki.
Langit namanya.
Usianya hanya terpaut beberapa tahun dari Sagara. Tapi ikatan darah tak serta-merta membuat mereka dekat. Justru sebaliknya. Sagara tak pernah benar-benar mengakui Langit sebagai adik.
Dan seolah semesta sedang ingin menguji kesabaran Sagara, Langit tiba-tiba muncul dari dalam butik. Dengan senyum hangat, ia langsung menghampiri mereka.
“Halo, semuanya,” sapa Langit ramah. Ia menjabat tangan Kakek Hermawan, lalu memeluk Sarah, dan terakhir, matanya jatuh pada Alika.
“Kamu pasti Alika. Akhirnya aku bisa bertemu dengan istri kakakku yang cantik ini,” ucap Langit sambil tersenyum.
Alika tersipu, lalu menyambut uluran tangannya. “Senang bertemu denganmu, Langit.”
Sagara mengerutkan kening. Detik itu juga darahnya mendidih. Tatapan Langit terlalu lama tertuju pada Alika, dan ekspresi sok tampannya itu membuat Sagara kesal.
Sagara akhirnya mendekat dan berdiri di samping sang istri. “Apa yang kamu lakukan disini?” tanyanya pada Langit dengan suara datar.
“Aku menemani Ibu. Kebetulan butik ini miliknya. Dan aku juga penasaran ingin bertemu kakak ipar,” jawab Langit.
Sagara menatapnya tajam. Belum sempat ia berbicara lebih jauh, Alika tiba-tiba memalingkan wajah darinya dan menyingkirkan tangan Sagara yang sejak tadi merangkul pinggangnya.
“Aku ingin melihat-lihat gaun. Boleh aku pergi dengan Langit?” katanya pada Sarah.
Sarah mengangguk. “Tentu, sayang. Silakan. Pilihlah gaun yang kamu suka.”
Alika tidak menunggu persetujuan Sagara. Ia langsung menggandeng lengan Langit dan berjalan menjauh, meninggalkan Sagara yang membeku di tempat.
“Dia mengabaikan aku?” Sagara ternganga. Perasaan yang sulit dijelaskan tiba-tiba muncul di dada.
“Cuaca seketika berubah jadi panas, bukan? Apa disini tidak ada pendingin ruangan?” kakek Hermawan berucap sambil melirik Sagara.
Niatnya hanya ingin mempertemukan Alika dengan Sarah agar mereka saling mengenal dan lebih dekat satu sama lain.
Tetapi, siapa yang menyangka jika kakek Hermawan mendapatkan jackpot dengan kehadiran Sagara diantara mereka, yang tanpa sengaja juga datang kesana.
“Apa ini rencana kakek?” tanya Sagara. “Sayangnya, aku sama sekali tidak terpancing!” ia masih tetap pada pendiriannya, keras kepala.
Qlika gak mau kemeja Sagara bekas dipeluk ama Cindy..
❤❤❤❤❤❤
sengaja yuh Alika..
nerani2nya dia megang lengan langit di depan sagara..
cari perkara..
😀😀😀❤❤❤❤
aihhh di luar prediksi malah sodara tiri yg jadi pemicu cembukur
kejar Alika..
😀😀😀❤❤❤❤❤
mulai..
😀😀😀❤❤❤❤