Pernikahan sudah di depan mata. Gaun, cincin, dan undangan sudah dipersiapkan. Namun, Carla Aurora malah membatalkan pernikahan secara sepihak. Tanpa alasan yang jelas, dia meninggalkan tunangannya—Esson Barnard.
Setelah lima tahun kehilangan jejak Carla, Esson pun menikah dengan wanita lain. Akan tetapi, tak lama setelah itu dia kembali bertemu Carla dan dihadapkan dengan fakta yang mencengangkan. Fakta yang berhubungan dengan adik kesayangannya—Alvero Barnard.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gresya Salsabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Carla Kembali!
"Ah, apa yang kupikirkan? Tidak mungkin Carla ada di sini. Sekian lama dia menghilang, mana mungkin langsung muncul begitu saja," batin Esson. Ia berusaha menepis jauh pikiran konyolnya.
Demi mengindari prasangka yang melantur ke mana-mana, Esson memilih fokus dengan makan malam dan pembahasan kerja sama.
"Untuk restoran nanti, saya ingin konsepnya sama seperti hotel ini. Nuansa Jepang, tapi tidak meninggalkan ciri khas Indonesia. Kerja sama kita dalam merenovasi hotel ini sangat memuaskan, Tuan Esson, saya harap kerja sama kita yang mendatang juga tidak mengecewakan," ujar Zayn, pemilik Hotel Sakura.
Dia adalah orang Indonesia yang bertahun-tahun menetap di Jepang karena menikah dengan wanita sana, pun mengelola binis perhotelan di sana. Belum lama ini dia mengambil alih hotel tempat mereka makan sekarang, yang kemudian diubah namanya menjadi Hotel Sakura.
"Saya akan mengusahakan yang terbaik untuk Anda, Tuan Zayn. Dan saya pastikan Anda tidak akan kecewa," jawab Esson, penuh percaya diri. Karena selama ini, kinerja perusahaannya hampir tak pernah gagal.
Mendengar kesanggupan Esson, Zayn tertawa senang. Lantas menuangkan segelas minuman untuknya.
"Silakan, Tuan Esson!"
"Terima kasih," jawab Esson seraya meraih gelas minuman dan meneguknya.
Dalam suasana yang hening dan tak ada perbincangan tersebut, tatapan Esson kembali tercuri oleh rangkaian bunga yang tampak indah.
Ya, indah, sangat indah. Bisa dipastikan yang merangkai adalah florist profesional.
Tanpa sadar, tangan Esson mencengkeram kuat gelas minumannya. Teringat lagi dengan keahlian Carla dalam merangkai bunga, yang sialnya konsepnya sama persis dengan bunga yang ia tatap saat ini.
"Tidak mungkin itu dia," batin Esson, sekali lagi meyakinkan diri bahwa bunga tersebut bukan hasil karya mantan tunangannya.
"Dan kalaupun iya, memangnya kenapa? Aku sudah menikah dan sebentar lagi punya anak. Jadi meski dia kembali, apa hubungannya denganku? Lima tahun sudah cukup bagiku untuk membuang waktu demi keegoisannya," sambung Esson masih dalam hatinya.
Namun, benarkah ia akan bersikap demikian? Entahlah. Sekarang saja pikiran dan perasaan sudah tidak nyaman. Bayang-bayang kenangan Carla terus menghantui, nyaris saja menggantikan peran Tessa yang seharusnya lebih menguasai hati serta pikiran Esson.
Sampai pertemuannya dengan Zayn berakhir, perasaan Esson belum sepenuhnya tenang. Sang tangan kanan yang menyadari perubahan ekspresi tersebut, hanya bisa diam dan lebih banyak menunduk.
Meski tak yakin, tetapi sedikit banyak ia bisa menebak apa yang dipikirkan Esson. Melihat tatapan Esson yang terus tertuju pada bunga di sudut ruangan, sang tangan kanan langsung menduga semua yang mengganggu tuannya pasti berkaitan dengan Carla.
"Kau pulang duluan saja! Aku masih ada urusan lain."
"Baik, Tuan."
Walaupun tak paham urusan apa yang akan dilakukan Esson, tetapi tangan kanan itu menurut dan tidak banyak membantah. Ia pergi dan meninggalkan Esson.
Kini dalam kesendiriannya, Esson melangkah asal. Menyusuri koridor dan fasilitas umum lainnya yang tersedia di hotel tersebut, sekadar untuk melihat setiap rangkaian bunga yang menjadi dekorasi di sana.
"Apa pula yang kulakukan ini. Bisa-bisanya malah membuang waktu di sini. Bukankah lebih baik segera pulang, istriku sudah menunggu di rumah," batin Esson sambil mendengkus kasar. Entah kesal dengan sikapnya sendiri yang tidak jelas atau justru kesal karena makin ke sini makin teringat dengan Carla.
Dengan perasaan yang masih sulit dijabarkan, Esson melangkah cepat menuju lobi hotel. Sekeras mungkin memaksa hatinya untuk pulang dan melupakan kegilaan barusan.
"Ingat ya, lima ikat mawar putih, empat ikat mawar merah, dan tiga ikat baby's breath putih. Itu yang dibutuhkan Nona Carla, jangan sampai salah."
"Baik, saya mengerti."
Langkah Esson terhenti seketika. Pendengarannya terusik oleh perbincangan dua wanita yang melangkah bersama di belakangnya. Nona Carla, katanya. Carla siapa yang dimaksud? Apakah Carla mantan tunangannya ataukah Carla yang lain? Namun ... sepanjang tiga puluh tujuh tahun dia hidup, baru ada seorang yang bernama Carla.
"Pernikahan besok ini adalah acaranya orang penting, jadi jangan sampai mereka membawa kesan buruk dari hotel kita. Apalagi Tuan Zayn baru tiga bulan meresmikan hotel ini. Akan sangat buruk jika kita tidak bisa memberikan pelayanan yang maksimal."
"Saya mengerti, Bu. Saya akan berusaha keras untuk memberikan kontribusi yang terbaik dalam acara besok."
"Bagus. Ya sudah, sekarang lakukan tugasmu, jangan membuat Nona Carla menunggu lama."
Sekali lagi Esson mendengar nama Carla disebut, membuat tubuhnya makin terpaku dan bibir bungkam seketika. Sampai-sampai dia tak bereaksi meski dua wanita tadi mendahului langkahnya sambil menyapa hormat.
"Carla ...." Tanpa sadar Esson turut menyebut nama Carla dalam hatinya.
Lantas, pikiran Esson kembali bekerja. Dalam renovasi Hotel Sakura, pihaknya lah yang paling bertanggung jawab. Jadi dia sudah hafal di mana letak ballroom, kamar, dan lain sebagainya.
Dari percakapan singkat barusan, Esson menyimpulkan bahwa ada pesta pernikahan yang akan digelar di hotel ini, dan seseorang yang dipanggil 'Nona Carla' yang bertugas sebagai florist.
Kini tanpa bisa ditahan lagi, hati Esson membawa langkah kakinya untuk menuju ballroom utama—karena katanya acara milik orang penting. Esson tak akan tenang sebelum memastikan sendiri Carla siapa yang dimaksud tadi.
Karena langkah yang cepat, Esson tiba di ballroom dalam waktu singkat. Benar saja, suasana di sana sangat riuh. Orang-orang berlalu-lalang, sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Mata Esson bergerak liar memindai ke segala penjuru, dan ... tatapannya terpaku pada seorang wanita yang sedang merangkai bunga di dekat pelaminan.
Napas Esson serasa berhenti seketika, detak jantung berdetak cepat, dan darah mengalir panas. Seorang wanita dengan dress biru terang di depan sana, tak lain dan tak bukan adalah Carla Aurora.
Meskipun hanya dari samping, tetapi Esson tidak akan salah mengenali. Dari gaya rambut, gaya make up, bahkan penampilan yang lain masih tidak berubah. Semua persis seperti dulu.
Dengan menahan gejolak hati yang tak karuan, Esson melanjutkan langkahnya, dengan raut wajah yang dingin dan tatap mata yang tajam serta tak beralih dari Carla. Sayangnya, Carla yang terlalu sibuk sedikit pun tak menyadari kehadiran Esson. Sampai lelaki itu berhenti tepat di dekatnya, Carla masih asyik dengan bunga-bunga di tangannya.
"Carla!"
Bersambung...
Carla kenapa? beres2 barang?
Penderitaan Carla sungguh sungguh menyakitkan 🥲🥲🤗🤗
Jadi untuk apa memperdalam kisah yng sdh lewat ikhlas kan aja Son , cerita mu dngn Carla sdh selesai 😠😠🤣