NovelToon NovelToon
Mengejar Cinta Gadis Bercadar Gamon

Mengejar Cinta Gadis Bercadar Gamon

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Duda / CEO / Cinta Paksa / Beda Usia
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Cengzz

KISAH PERJUANGAN SEORANG LAKI-LAKI MENGEJAR CINTA GADIS BERCADAR YANG BELUM MOVEON SAMA PRIA MASA LALUNYA.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cengzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 1 : PENOLAKAN

Fiksi harap baca dengan bijak.

Dikantor pusat henz group—perusahaan nomor 1 didunia. Tepatnya, dilantai 60, didalam ruangan milik Arhan.

"Bella, aku mengagumimu. Mau kah kamu menikah denganku?"

ucap Lucky Raze—pria tampan berusia 35 tahun, berparas tegas dengan bulu halus di rahang dan kumis tipis.

Ia adalah pengusaha nomor dua di dunia dan ke dua di negara ini, seorang duda yang baru saja kehilangan istri dan anak tercintanya seminggu lalu. Meski hatinya masih berduka atas kepergian arhan, istri dan anaknya. Tanpa ragu ia menyatakan cintanya pada Bella, disaksikan Revan (adiknya lucky), Leon (asisten arhan) dan Sabrina (istri arhan sekaligus adik kembarnya Bella). Di dalam satu ruangan.

"Maaf, saya belum mau menikah dengan siapapun. Termasuk kamu, mas. Saya juga tidak punya perasaan apapun sama kamu. Tidak tertarik dengan kamu!"

Namun, jawaban Bella Salsabila Evalina—gadis cantik bercadar berusia 25 tahun itu. Sungguh, diluar ekspektasinya. Lontaran penolakan itu bagai hantaman keras, menyentak hati lucky, sakit tak berdarah.

"Carilah wanita lain, tapi jangan saya. Karena saya tidak bisa membalas perasaan kamu. Selain itu, kamu tidak termasuk kriteria laki-laki idaman saya!" Jawab Bella dingin, melenggang pergi keluar ruangan, meninggalkan lucky yang terpaku, tak menyangka mendapat penolakan mentah-mentah serta menusuk itu dari Bella. Sorot matanya memerah, tangannya terkepal, menahan amarah dan rasa kecewa yang membuncah dalam diam.

"Maaf kamu tidak termasuk kriteria laki-laki idaman saya! Hahahahahah!" Revan mempraktekkan gaya bicara Bella, menertawakan abangnya sendiri.

Lucky mengeraskan rahangnya, berbalik badan dan.

Bugh!

Kepala Revan dipukul dengan keras tanpa aba-aba. Lumayan melampiaskan kekesalannya pada Revan yang langsung terbungkam, tawanya lenyap. Adiknya itu meringis, memegangi kepalanya.

"Tega Lu bang!"

"Bodo amat! Suruh siapa ngeledek gue!" Desis lucky, mengangkat tangannya didepan muka Revan. "Sekali lagi ngeledek gue. Nih Bogeman ini gue layangin ke muka Lo, bonyok-bonyok sekalian." Ancamnya kesal bukan main.

"Sorry bang!" Revan mengatupkan bibirnya rapat-rapat.

Lucky tidak menjawab. Ia mengusap kepalanya dengan kasar, berulang kali, antara kesal dan malu setengah mati ditolak sehina itu didepan mereka-mereka.

"Jangan nyerah Luk! Pepet terus aje. Nanti juga luluh tuh!" Ucap Leon memberi semangat sebagai sesama pria.

"Kejarlah kakakku, kak lucky. Sebelum dia pergi lebih jauh. Semangat, kakak pasti bisa dapetin kakakku. Ayo kejar, deketin terus." Sabrina menyemangatinya, meskipun hatinya diliputi rasa kasihan dan tidak enak dengan lucky, yang ditolak separah itu oleh sang kakak.

Lucky berpikir sejenak. Benar, ia tidak boleh menyerah dan pasrah setelah mendapat penolakan pertama. Tanpa banyak bicara, lucky mengganguk pamit dan keluar ruangan.

Pria itu berlari-lari, menyusul Bella yang entah sudah dimana. Matanya celingukan ke kanan kiri, mencarinya namun Bella tidak ditemukan. tanpa peduli dengan karyawan cantik dan seksi dihadapan nya, Lucky masuk kedalam lift. Ia berdiri, nafasnya memburu memunggungi kelima wanita cantik yang saling lirik-lirikan, senyum-senyum sendiri, terpikat dengan pesonanya. Aroma parfum, menguar menyengat indera penciuman para wanita. Namun, lucky tidak peduli. Dalam pikirannya hanya ada Bella, Bella dan bella, ia ingin mencari Bella, bukan mencari wanita lain, bukan juga godaan sesaat.

Pintu lift terbuka dilantai dasar, segera lucky keluar. Pandangannya menyapu ke segela arah. Matanya tak sengaja menangkap sosok Bella yang tampak berbicara dengan satu laki-laki. Tidak akrab, hanya sebatas menyahut singkat dan menjaga jarak. Namun, Dimata lucky itu akrab dan cukup dekat. Ia bergerak cepat, melangkah tergesa-gesa, menghampiri keduanya.

"Ehem!" Suara deheman keras itu menyentak dua manusia itu.

"Tu-tuan lucky." Ucap pria itu terbata-bata.

"Ayo pergi! Jangan mengobrol-ngobrol dengan laki-laki lain. Saya tidak suka." Tekan lucky, menatap Bella dingin.

"Ap-"

"Maaf, tuan saya sedang berbincang-bincang dengan mbak Bella. Buk-"

"Saya suami dia! Mau apa kamu?" Potong lucky cepat, rahangnya mengeras, nadanya meninggi.

Bella melotot. Sementara laki-laki itu dan para karyawan yang mendengarnya langsung menoleh dengan raut wajah tercengang.

"Tap-"

"Lain kali jangan berbicara dengan laki-laki lain, mas nggak suka sayang!" Kata lucky segera menarik lengan Bella.

Namun, Bella segera menghempas. Bibirnya terbuka, ingin memarahinya. Sebelum kata-kata keluar. Tubuhnya diangkat lucky bak karung beras. Bella memekik kencang, memukul-mukul punggungnya. Lucky tak menghiraukan, ia membawa Bella pergi dari sini, meninggalkan mereka yang masih melongo.

*

*

Didalam mobil.

"Kamu apa-apaan sih! Ngaku-ngaku suami saya didepan mereka, nyentuh-nyentuh dan gendong saya lagi! Biar apa kamu gitu? Hah?" Cerocos Bella kesal, suaranya meninggi. "Saya gak suka sama sikap kamu, barusan!" Lanjutnya, bersandar dikaca mobil, memalingkan wajah, menatap ke luar.

Lucky berdecak pelan, meliriknya sekilas. "Suka-suka saya, mau nyentuh kamu atau tidak! Itu hak saya. Lagian sah-sah saja dong! Kamu kan ist—calon istri saya!"

Bella menoleh. Raut wajahnya merah padam, dadanya naik turun. "Tidak usah bersikap seenak jidatnya. Kamu pikir saya ini wanita pada umumnya? Yang rela disentuh-sentuh tanpa adanya ikatan pernikahan?"

Reflek, lucky menginjak rem mobilnya. Tubuh Bella terhuyung, dahinya nyaris terbentur dashboard mobil.

"Ka-"

"Ya sudah! Bagaimana kalau saya siapkan mahar, terus menikahi kamu sekarang?" Tanya lucky enteng, tapi serius.

"Saya tidak mau!"

"Kenapa? Bukannya kamu ingin disentuh, asal ada ikatan pernikahan?" Tanya lucky mengangkat sebelah alisnya, menatap Bella sembari mengulas senyum bahagia.

Bella melotot. "Saya tidak suka disentuh sama kamu!"

"Kamu!!" Lucky melepaskan seat beltnya, mencodongkan tubuhnya, mengikis sedikit jarak dengan Bella.

reflek Bella memundurkan tubuhnya, punggungnya menempel dipintu mobil.  pandangannya dialihkan kedepan, enggan menatap lucky. Jantungnya berdebar-debar, tak karuan. Entah karena takut, tak nyaman atau.....

"Bisa kah kamu berbicara baik-baik dengan saya? HM? Tidak mempermalukan saya didepan adik kamu, adik saya dan Leon. Sumpah! Saya malu sekali ditolak kamu dengan cara seperti itu. Rasanya harga diri saya hancur.... Mau ditaruh dimana muka saya?" Tanya lucky mengoceh, mengeluarkan kekesalannya.

"Saya tidak peduli. Saya memang nggak suka sama kamu, saya melakukan itu, agar kamu per-"

"Kamu!" Lucky mencengkram pipi Bella lembut. Mata mereka bertemu. "Hargai saya! Seperti kamu menghargai orang lain. Tidak seperti itu menolak perasaan orang lain. "Nafas lucky memburu, menerpa wajah wanita cantik itu. Mata Bella terpejam, tampak ketakutan.

"Ma-"

"Kamu harus bertanggung jawab!" Potong lucky cepat.

Bella memukul pergelangan tangan lucky, cengkramannya terlepas.

Ia menatap sinis lucky, tatapannya dingin menusuk. "Bertanggung jawab untuk apa? Untuk perasaan yang kamu buat sendiri? Kamu menikahi saya atas dasar nafsu brengsek kamu kan? lancang sekali kamu menyentuh-nyentuh saya. Saya saja yang pakai cadar berani kamu sentuh, apalagi wanita diluar sana?!" Sentak Bella, matanya berkaca-kaca, dadanya kembang kempis, emosi.

"Tidak usah menuduh saya!" Lucky mengeraskan Rahangnya, tidak terima dituduh.

"Jangan sentuh saya! Saya tidak suka!" Suara Bella bergetar, bukan karena takut, melainkan karena jijik dan tak nyaman bersentuhan dengan laki-laki bukan mahram.

"Bukankah wanita memang harus disentuh? wanita mana sekarang yang belum pernah disentuh?"

"Agama kamu apa? Apa kamu tidak mengerti adab? Nggak semua wanita bisa kamu sentuh sesukamu. Agama kami melarang laki-laki dan perempuan bersentuhan. Kecuali suami istri dan mahram." Jelas Bella nadanya yang meninggi, perlahan menurun, rendah namun tetap terdengar ketus.

Lucky menjalankan mobilnya kembali. "Saya non muslim."

"Oh, kamu non muslim ya?" Tanya Bella mengganguk paham.

Lucky bergumam. "Boleh saya tanya?"

"Silahkan!"

"Mahram itu apa mbak?"

"Mahram itu laki-laki yang haram dinikahi dan boleh melihat auratku. Dan kamu bukan mahram saya. Bukan salah satunya."

"Oh, jad— siapa saja yang mahram kamu?" Tanya lucky penasaran tentang Islam.

Banyak sekali larangan-larangannya. Pikir lucky.

"Ayah, kakek, saudara laki-laki kandung, paman dari pihak ayah dan ibu, keponakan laki-laki, dan suami." Jawab Bella menjelaskan.

Lucky mencerna setiap kalimatnya, sebelum akhirnya mengajukan pertanyaan. "Berarti saya boleh menikahi kamu ya?"

"Tapi saya tidak mau dinikahi kamu!"

Lucky dan Bella diam-diaman. Lucky menyetel musik, mengusir keheningan dan membuat menjadi lebih hangat dan santai.

"Jangan menyetel musik, itu larangan!"

"Ya ampun. Banyak sekali peraturannya! Musik gak boleh! Sentuhan gak boleh! Ribet!" Gerutu lucky, mematikan musiknya dengan kesal. Lagu pun hilang, tergantikan oleh keheningan dan tarikan nafas mereka yang mulai memanas dalam tensi berbeda.

Bella melipat kedua tangannya diatas dada. Raut wajahnya merah padam, segera membuangnya kesamping. Sungguh, hari ini ia sangat kesal dengan pria bernama lucky, lucky itu.

"Buka cadarmu! Aku mau melihat seberapa cantiknya wajah kamu!" Pinta lucky tegas.

"Apa kamu bilang??" Tanya Bella suaranya meninggi.

"Aku mau melihat wajah cantik kamu, seperti pas itu. Aku senang melihat paras indahmu, Bella." Ucap lucky yang pernah melihat wajah cantik Bella, tanpa mengenakan cadar. Demi tuhan, wajah Bella sangat mirip Sabrina, cantik, bersih dan glowing.

"Jangan kurang ajar!" Bella mencoba bersabar, nadanya pelan namun tegas.

"Kenapa kamu tidak mau? Padahal, kamu cantik loh. Kamu bisa jadi wanita karir, dengan cara memamerkan aurat? Maaf saya lancang, kenapa kamu begitu tertutup?" Tanya lucky meminta maaf, agak lancang.

"Dosa! Tuhan saya melarang wanita memperlihatkan auratnya. Bukan karena saya nggak mampu, bukan karena saya nggak percaya diri, tapi karena saya tunduk pada aturan-Nya."

Lucky menelan ludah, merasa tertampar oleh ketegasan itu. Bella melanjutkan, masih dengan nada tegas tapi kini sedikit lebih tenang.

"saya tidak butuh dunia mengakuiku karena cantikan yang saya miliki. Kalau saya ingin dikenal, biarlah karena akhlak saya. Bukan karena tubuh saya."

Biarkan tubuh saya hanya dilihat oleh laki-laki yang akan menjadi suami saya kelak," ucapnya mantap, tanpa gentar.

Lucky terdiam. Ucapan itu menampar egonya, sekaligus membuatnya bungkam dalam kekaguman. Tak ada lagi yang bisa ia bantah.

Bella menambahkan, lebih pelan tapi tetap tegas, "Karena kehormatan saya bukan untuk dipamerkan. Tapi untuk dijaga… oleh saya, dan oleh dia yang kelak berani datang dengan niat paling suci."

"Saya kagum dengan kamu, Bella. Kamu beda dari yang lain, bolehkah saya menikahi kamu sekarang juga?" Tanya lucky tak putus asa, gercep juga nih duda.

"Saya belum ada niatan menikah sekarang. Saya ingin fokus terhadap diri saya sendiri dulu." Ucap Bella.

Lucky menyimak setiap kata.

"Pernikahan bukan hal yang mudah, Bukan cuma soal rasa suka atau sekadar cocok. Tapi tanggung jawab, komitmen, dan perjuangan. Kalau hanya karena rasa penasaran atau kagum sesaat… maaf, saya nggak bisa." Ujar Bella. Sebenarnya bukan itu alasannya tidak mau menikah. Namun, hatinya masih terpaut pada laki-laki lain.

"Kamu luar biasa..... Gue gak boleh nyerah dapetin dia..... Oke, mulai sekarang gue jangan terlalu agresif.... Dia bukan wanita yang suka rela dirayu-rayu laki-laki lain." Ucap lucky serius dan melanjutkan kalimat miring dalam hati, paham.

"Mau diantar kemana kamu?" Tanya lucky.

"Ke rumah Sabrina."

"Kamu nginep disitu?" Tanya lucky.

"Kepo sekali kamu ini!" Ketus Bella tak suka.

"Ngegas Mulu!" Ujar lucky. " By the way, malam ini malam ketujuh atas meninggalnya arhan kan?" Tanya lucky berusaha mencari topik, menggaruk kepalanya.

"HM!" Bella bergumam, capek meladeni dan marah-marah terus dengan lucky.

*

*

Yang mau liat visual cek : cengzez_7

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!