NovelToon NovelToon
SEKRETARIS INCARAN

SEKRETARIS INCARAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Selingkuh / Persahabatan
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Noona Rara

Febi adalah gadis cerdas dan menawan, dengan tinggi semampai, kulit seputih susu dan aura yang memikat siapa pun yang melihatnya. Lahir dari keluarga sederhana, ayahnya hanya pegawai kecil di sebuah perusahaan dan ibunya ibu rumah tangga penuh kasih. Febi tumbuh menjadi pribadi yang tangguh dan mandiri. Ia sangat dekat dengan adik perempuannya, Vania, siswi kelas 3 SMA yang dikenal blak-blakan namun sangat protektif terhadap keluarganya.
Setelah diterima bekerja sebagai staf pemasaran di perusahaan besar di Jakarta, hidup Febi tampak mulai berada di jalur yang cerah. Apalagi ia telah bertunangan dengan Roni, manajer muda dari perusahaan lain, yang telah bersamanya selama dua tahun. Roni jatuh hati pada kombinasi kecantikan dan kecerdasan yang dimiliki Febi. Sayangnya, cinta mereka tak mendapat restu dari Bu Wina, ibu Roni yang merasa keluarga Febi tidak sepadan secara status dan materi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noona Rara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BERTEMU MANTAN

Pagi itu, seperti biasa, Febi membantu ibunya dan Vania, menyiapkan sarapan. Meja makan dipenuhi dengan aroma tumisan sayur, telur dadar, dan teh manis hangat yang mengepul. Suasana pagi yang sederhana itu membawa kenyamanan tersendiri bagi Febi. Vania menyajikan makanan di meja dengan senyum hangat. Ayah serta Marko yang baru datang ikut bergabung.

"Kak, kamu kelihatan makin cantik aja deh sekarang," puji Vania sambil menuangkan teh ke gelas Febi.

"Iya, kayaknya efek kerja di tempat baru, ya?" sahut Marko dengan senyum menggoda.

Febi tersipu malu. "Ah, kalian ini bisa aja, pada kompak,” jawabnya sambil tertawa ringan.

Vania tersenyum, menikmati kebersamaan keluarga mereka yang hangat. Marko memang sudah akrab dengan keluarga Vania. Jadi dia sudah terbiasa untuk ikut sarapan bersama.

**

Di sisi lain, di rumah Bu Sekar, situasi terasa jauh berbeda. Bu Sekar berdiri di depan cermin besar, memperhatikan penampilannya dengan teliti. Rambutnya yang rapi, makeup yang tebal, dan pakaian yang serba sempurna tak bisa menyembunyikan ketegangan di wajahnya. Baru saja ia melihat sebuah postingan di media sosial yang menggambarkan CEO Muda dan tampang dan sekretarisnya yang cantik sedang meninjau proyek besar. Dalam gambar tersebut keduanya tampak sangat akrab.

“Febi…..perempuan itu ternyata benar jadi sekretaris di perusahaan besar PT FORTUNE. Dan dia benar-benar berubah. Dia jadi jauh lebih cantik dan berkelas. Posisinya jauh lebih tinggi daripada Raisa ataupun Roni. Ini tidak bisa dibiarkan,” gumam Bu Sekar dengan ekspresi dingin.

**

Saat itu juga, Roni dan Raisa bersiap menuju perusahaan Arkan. Mereka tidak tahu bahwa Febi kini bekerja sebagai sekretaris di perusahaan tersebut. Mereka hanya tahu bahwa perusahaan tersebut cukup besar, dan mereka ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk mendapatkan kontrak kerja sama yang menguntungkan. Mereka mempersiapkan diri dengan sangat baik, merasa optimis akan kesuksesan presentasi mereka.

Begitu mereka tiba di gedung perusahaan Arkan, keduanya terlihat rapi mengenakan jas formal. Mereka berjalan memasuki ruang pertemuan dengan penuh kepercayaan diri. Di dalam, Arkan dan Febi sudah menunggu. Saat Raisa melihat Febi, ia merasa jantungnya seperti berhenti sejenak. Febi tampak sangat berbeda. Ia terlihat elegan, percaya diri, dan begitu profesional. Rambutnya ditata rapi, mengenakan blazer krem yang membuatnya terlihat lebih matang dan anggun. Seakan tanpa merasa cemas sedikit pun, Febi menyapa mereka dengan senyum ramah.

"Selamat pagi, Roni, Raisa. Silakan duduk," kata Febi dengan suara tenang, meskipun hatinya terasa bergejolak. Raisa, yang semula mengira Febi hanya akan bekerja sebagai staf biasa, kini terkejut melihat betapa berbeda sosok Febi saat ini.

"Ternyata dia benar-benar bekerja di sini... dan jadi sekretaris CEO?" pikir Raisa dalam hati, perasaan kesal menyusup ke dalam dirinya. “Bagaimana bisa orang seperti dia jadi sekretaris Pak Arkan. Apa dia menjual tubuhnya untuk mendapatkan posisi ini? Cih, dasar murahan. Munafik,” lanjutnya dalam hati, merasa iri.

Roni tidak bisa menutupi keterkejutannya. Melihat Febi yang tampak sangat cantik dan berbeda, hatinya sedikit tergetar. Ia merasa terkejut, bahkan sedikit bingung. Dulu, Febi adalah wanita yang penuh keraguan dan ketakutan. Namun kini, Febi berdiri di hadapannya dengan aura yang begitu kuat dan percaya diri. Wajahnya yang lebih cerah dan kulitnya yang terawat membuat Roni sedikit merasa menyesal. Febi yang ia tinggalkan jauh lebih hebat dari yang ia duga.

Arkan yang duduk di ujung meja menyadari ketegangan yang terasa di antara mereka. Ia dapat merasakan adanya ketidaknyamanan yang disembunyikan oleh Roni dan Raisa. Namun, ia tetap menjaga sikapnya dengan tenang, menyandarkan dirinya di kursi sambil tersenyum miring. Ia tahu betul apa yang ada di pikiran kedua tamunya.

"Silakan mulai presentasinya," kata Arkan, suara tegasnya mengarahkan pertemuan untuk dimulai.

Febi dengan sigap membuka layar presentasi di depannya, menunjukkan keprofesionalannya meskipun suasana terasa sedikit tegang. “Selamat pagi, Roni, Raisa. Silakan dijelaskan tujuan dari proposal kerja sama ini,” katanya dengan nada suara yang tetap datar dan tidak terbawa suasana.

Raisa, yang seharusnya menjadi pembicara utama, mendapati dirinya kesulitan berbicara. Sorotan mata Febi yang tajam dan penuh percaya diri membuatnya merasa lebih kecil. Raisa lebih banyak diam dan sesekali melemparkan tatapan tajam pada Febi, yang tetap fokus pada pekerjaannya. Roni pun merasa sedikit gemetar saat menyampaikan presentasi, berbeda dengan Febi yang tetap tenang dan profesional.

Setelah pertemuan berakhir, Febi dan Arkan keluar dari ruang pertemuan.

“Kamu keren tadi, Febi. Tetap tenang meski jelas mereka bikin suasana jadi tegang.” puji Arkan dengan nada lembut. Febi hanya tersenyum tipis, merasa sedikit lega.

“Saya cuma berusaha profesional, Pak.” jawab Febi, mencoba untuk tetap tenang.

Namun, belum sempat mereka berpisah, langkah cepat terdengar dari belakang. Roni datang menghampiri mereka.

“Febi!” panggil Roni dengan suara agak terburu-buru.

Febi dan Arkan berhenti. Febi menoleh dengan ragu.

"Boleh bicara sebentar?" tanya Roni, berdiri canggung di hadapan mereka.

Arkan memberi isyarat kecil ke Febi. "Kalau kamu ingin bicara, saya tunggu di ruangan," kata Arkan dengan tenang, lalu berjalan menuju ruangannya.

Begitu Arkan pergi, Roni menarik napas dalam. “Aku... nggak nyangka kamu bisa sampai di sini.”

Febi menegakkan bahunya, matanya tajam memandang Roni. “Kenapa? Karena kamu pikir aku akan tetap terpuruk setelah kamu dan Raisa khianati aku?”

Roni terlihat kaget. “Bukan gitu, aku Cuma….”

“Sudah terlambat, Roni. Apa pun yang ingin kamu jelaskan, tidak akan mengubah fakta bahwa kamu memilih meninggalkanku demi dia.” jawab Febi dengan tegas, suaranya sedikit bergetar namun penuh kekuatan.

Mata Roni meredup, ada penyesalan yang tampak di wajahnya. "Tapi kamu terlihat... bahagia. Dan aku... aku mulai sadar, mungkin aku salah."

Febi tersenyum sinis, "Kamu baru sadar setelah melihat aku berhasil? Aku tidak butuh penyesalanmu. Aku sudah cukup kuat berdiri sendiri."

Pada saat itu, Raisa muncul dari balik pilar, diam-diam mendengar percakapan antara Roni dan Febi. Ia melangkah maju, dan seketika suasana semakin panas. Raisa melemparkan tatapan tajam ke arah Febi.

“Jadi kamu masih mikirin mantan tunanganmu, Mas?” suaranya tinggi.

Roni menoleh cepat. “Raisa, bukan begitu...”

“Oh, kamu jangan bohong yah, Mas! Kamu jelas masih punya rasa sama dia!” Raisa memotong dengan suara melengking, jelas sekali ada perasaan cemburu yang menyelip.

Febi mendesah pelan, merasa perutnya sedikit mual. “Kalian bisa lanjutkan drama kalian tanpa aku.” katanya datar, mencoba menahan amarah yang mulai muncul.

Ia berbalik, meninggalkan mereka yang kini justru terlibat dalam konflik mereka sendiri. Febi tahu, apa yang terjadi hari ini hanya akan menjadi bagian dari perjalanan hidupnya yang harus dihadapi dengan tegar. Ia tak bisa lagi terjebak dalam kenangan lama yang hanya membawa luka.

**

Malam harinya, Febi duduk di meja kerja rumahnya, mengecek email dan agenda untuk esok hari. Ia merasa sedikit lega setelah pertemuan tadi, meskipun perasaan cemas masih mengendap. Tak lama kemudian, ponselnya berbunyi.

Pesan dari Arkan:

"Kamu sudah kerja keras hari ini. Apa kamu sudah tidur?”

Febi mengerutkan keningnya, lantas menjawab pesan itu.

“Terima kasih Pak. Sudah tugas saya sebagai sekretaris Pak Arkan. Saya baru saja ingin tidur.”

“Hmm..baiklah. Selamat istirahat Febi. Mimpi yang indah.”

Febi hanya membaca pesan itu tanpa niat membalasnya lagi.

“Dasar bos aneh…” gumamnya.

Febi menatap layar ponsel cukup lama sebelum akhirnya tersenyum kecil. Ia tidak membalas, hanya menyentuh layar ponsel dengan lembut dan menatap ke luar jendela, merasakan semilir angin malam yang membawa ketenangan.

1
Andriyani Lina
namanya juga suka Febu, ya gitu2 kelakuan bos kalau mau dekat2 sama karyawan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!