nissa seorang gadis cantik nan ayu,dan menjadi yatim piatu di tinggalkan orang tuanya sejak berumur lima tahun, nissa hidup bersama neneknya di desa terpencil, nenek yang sangat menyayanginya melebihi apapun di dunia ini, namun siapa sangka di balik wajahnya yang cantik nan ayu tersimpan seribu dendam pada pembunuh orang tuanya yaitu arya juragan perkebunan
teh yang berusia 28 tahun, dan nissa yang kala itu berumur 17 tahun terpikat dengan laki-laki tampan yang menolongnya ketika dia terjatuh ke sungai,laki-laki itu ternyata dari golongan bangsa jin
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CancerGirls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5. Warisan Dari Ibu Alya
terlihat, seorang ibu tengah menyusui putranya, ibu itu tersenyum ke arahnya, dan nissa membalas senyum ibu itu.
tak terasa sampailah mereka pada sebuah istana nan megah bunga mawar mengelilingi pagar besi istana itu.
" inilah rumahku..aku dari bangsa jin..aku anak dari ibunda ratu mawar yang menguasai
hutan tempat kamu mencari sumber air dan ketika kamu tenggelam" bagas berterus terang.
nissa bingung harus berbuat apa, nissa tidak
merasakan takut sama sekali, ia tetap memandang pria itu adalah sebagai pujaan hatinya.
" oh..." kata-kata itu yang meluncur begitu saja dari mulutnya.
" kamu ndak takut?" tanya bagas dengan sedikit terkejut.
" ndak takut.." jawab nissa enteng lalu bagas berubah menjadi singa.
" kalau begini?" tanya bagas merubah wujudnya menjadi singa putih,saat nissa menoleh nissa pun terkejut.
" kalau begitu yah jelas takutlah mas bagas..." nissa mengomel.
bagas kembali ke bentuk semula sambil terkekeh.
" yaudah yuk masuk" bagas menggandeng nissa terlihat pagar besi itu membuka dan
menutup sendiri, ada dua pengawal yang menyapa bagas di ambang pintu.
" selamat datang pangeran" sapa mereka berdua.
" bunda dimana?" tanya bagas.
" bunda ratu sedang keluar pangeran, katanya ada urusan penting pangeran" jawab salah
satu pengawal yang semuanya memakai pakaian berwarna hijau.
bagas masuk ke dalam istananya bersama nissa di dalam istana itu semuanya berwarna hijau dan merah.
lambang mawar besar pun menghias langit-langit istana itu..terlihat para pelayan
wanita mengenakan pakaian berwarna hijau dengan kombinasi merah,sangat luas dan megah sekali istana itu tak terhitung banyaknya kamar-kamar di dalamnya, kamar para pelayan istana, bagas menaiki anak tangga yang di lapisi karpet merah,membawa nissa kesana ke dalam kamar sang pangeran.
pangeran menutup pintu kamarnya, nissa yang terperangah melihat kamar yang luas dengan empat jendela di setiap sisi istana, bagas menarik tubuh nissa yang kini terduduk di atas ranjang.
bagas menyibak rambut nissa yang panjang dan harum, mengangkat dagu nya, mata mereka beradu, dada nissa berdebar.
bibirnya ingin mengucapkan sesuatu tetapi
tertahan ,kala bagas melumat bibirnya yang ranum dan sensual, baru pertama kali nissa
merasakan ciuman hangat seperti ini, nissa tanpa pengalaman membalas ciuman itu mengikuti cara bagas , wajah nissa semakin memerah, ketika bibir bagas mendarat ke leher mulus milik nissa, menciumnya hingga
nissa melenguh merasakan sentuhan itu.
nisa terbaring di kasur empuk milik bagas, bagas menanggalkan pakaian nissa dan pakaiannya hingga mereka hampir telanjang.
tubuh nissa yang putih dan perut yang
ramping membuat bagas semakin gemas menciumi tubuh nissa, tangan nissa meremas punggung besar milik bagas.
hingga nissa mengeliat dan tanpa sengaja
menggigit leher bagas hingga tanda merah di leher bagas membekas, saat bagas hendak
membuka pakaian dalam nissa, nissa tersadar dan lekas mencegahnya, nissa terduduk mengambil pakaiannya dan mengenakan pakaian itu
" kenapa nis..?" tanya bagas mengerutkan kedua alisnya wajahnya terlihat memerah
hasratnya masih bergejolak.
" jangan bagian itu mas..aku belum siap..bawa aku pulang kerumahku mas" pintanya.
dengan berat hati bagas mengembalikan nissa dan sebelum bagas pergi, bagas mengecup bibir nisa, dan menghilang dengan kepulan asap putih yang semakin lama
menipis.
nissa berbaring di kamarnya di samping mita, ia menyesali tapi di sisi lain nissa menikmati
percumbuan itu hingga nissa terlarut dalam mimpinya dan tertidur.
" niss...bangun..udah pagi..ayo mandi ..kita kan mau kerja." tubuh nissa terguncang kala
mita membangunkanya.
nissa mengucek matanya, matahari sudah masuk kedalam jendela kamarnya yang sudah terbuka.
" tumben kamu sudah bangun duluan mit.." tutur nissa
" bukan aku yang bangun duluan niss...tapi kitanya yang kesiangan. .ayo cepet..masa hari
pertama kerja kita telat toh nis," ucap mita yang buru-buru menanggalkan pakaiannya dan memakai handuk dan berlari menuju kamar mandi.
nissa gegas menyusul mita dan mereka mandi bersama setelah selesai memakai
pakaian mereka pamit pada mbah uti mencium punggung tangannya dan mereka berlalu.
sepanjang perjalanan nissa tersenyum membayangkan wajah jin tampan itu, mita yang melihatnya menyenggol tubuhnya hingga nissa hampir terjatuh.
" ayooo mikirin cowok misterius itu lagi yah..." ledek mita terkekeh.
" sembarangan..yah ndak..lah" nissa berbohong ia malu jika harus berterus terang.
" alaaahhh..bohong.. kelihatan dari wajah kamu tuh.. masa senyum-senyum sendirian.. kalau bukan kasmaran namanya apa toh nis.."
" alahhh...kamu juga samanya mita..ndak bisa dipungkiri..kalau kamu suka kan sama anak juragan teh itu. .weee" ledek nissa.
mereka pun tertawa bersama, sampailah mereka pada tempat yang di tuju, yaitu
warung makan bu alya.
" lah kok tutup...mit??" tanya nissa keheranan.
" iya ya niss..kenapa yah..??" mita balik bertanya dan lebih keheranan.
mereka pun bertanya pada warung rokok di sebelah warung makan bu alya.
" permisi pakdeh..numpang tanya..ini warung bu alya tutup kenapa yah pakdeh?" tanya mita
" kemarin siang bu alya terkena serangan jantung, dan meninggal ketika dalam
perjalanan kerumah sakit" terang pakdeh pemilik warung rokok.
" apa???meninggal? ?" serempak mereka bertanya padahal mereka sudah tau jawabanya.
seakan tak percaya dengan apa yang mereka dengar.
" pak bolehkah saya minta alamat lengkap
rumahnya?" tanya nissa wajahnya terlihat gusar.
"' sebentar yah nduk..pakdeh catat dulu" pakdeh warung mengambil secarik kertas dan menulis alamat pada kertas itu lalu memberikanya pada nissa.
" iya pakdeh ..terimakasih sudah membantu kami" jawab nissa
" kami permisi pakdeh" timpal mita.
pakdeh itu manggut-manggut, mereka menaiki sebuah angkutan umum beberapa saat kemudian mereka telah sampai mereka turun mencari alamat yang tertera pada kertas itu.
mereka berjalan dan bertanya pada warga sekitar..dan mereka berjalan sesuai arahan, terlihat tenda biru dan bendera putih, bangku-bangku plastik berjejer dengan orang-orang yang tengah duduk.
nissa dan mita berdiri di depan pintu rumah bu alya tak lupa mereka mengucapkan salam, lalu mereka di suruh masuk oleh seorang nenek.
mereka di persilahkan duduk terlihat seorang wanita seumuran nissa dan mita
memperhatikan mereka yang tengah duduk beralaskan tikar dan wanita itu menghampiri
nissa dan mita.
" permisi kamu nissa dan mita kan?" tanya wanita yang wajahnya terlihat sembab.
" iya saya nissa..dan ini saudara saya mita" nissa tersenyum memperkenalkan diri, wanita itu membalas senyumnya
" saya tami.."
tami mengulurkan tangan untuk berjabat tangan pada nissa dan mita.
" maksud kedatangan kami kesini kami ingin memastikan apa benar bu alya meninggal
dunia terkena serangan jantung, sebab hari ini hari pertama kami bekerja pada ibu alya.." tutur mita
" ibu sudah bercerita semuanya pada saya.. tentang kalian..kata ibu..jika ibu wafat ibu ingin memberikan warung makan itu pada nissa.. ibu sangat menyayangi anak yatim piatu"
" sebentar saya tinggal ke dalam dulu" pamit tami.
terlihat nissa yang mulai menitikan air mata begitu besarnya cinta bu alya pada anak-anak seperti nissa dan mita, nissa merasa sangat di hargai ketika ia menjual singkong pada bu alya..
tidak seperti yang lain yang menganggapnya seorang gelandangan..
" ini surat tanah warung makan milik ibu.. sekarang jadi milik kamu nissa..kata ibu..ini
rejeki yang ndak boleh di tolak, kalau kamu menolaknya..ibu akan sedih di sana, ini
amanatnya yang harus saya sampaikan sama kamu nissa.. belum tentu saya nanti akan
bertemu kamu lagi sebab rumah saya juga jauh dari sini.." terlihat tami mengulurkan sebuah map merah dan nissa memeluk
tubuh tami ia terharu dan tangisnya pun pecah..