NovelToon NovelToon
Dijual Untuk Hamil Anak Ceo

Dijual Untuk Hamil Anak Ceo

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Mira j

Liana Antika , seorang gadis biasa, yang di jual ibu tiri nya . Ia harus bisa hamil dalam waktu satu bulan. Ia akhirnya menikah secara rahasia dengan Kenzo Wiratama—pewaris keluarga konglomerat yang dingin dan ambisius. Tujuannya satu, melahirkan seorang anak yang akan menjadi pewaris kekayaan Wiratama. agar Kenzo bisa memenuhi syarat warisan dari sang kakek. Di balik pernikahan kontrak itu, tersembunyi tekanan dari ibu tiri Liana, intrik keluarga besar Wiratama, dan rahasia masa lalu yang mengguncang.

Saat hubungan Liana dan Kenzo mulai meluruhkan tembok di antara mereka, waktu terus berjalan... Akankah Liana berhasil hamil dalam 30 hari? Ataukah justru cinta yang tumbuh di antara mereka menjadi taruhan terbesar?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mira j, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 6

Langit mulai beranjak jingga saat Kenzo dan Liana berdiri di tepi laut. Angin pantai berhembus lembut, menerbangkan helai-helai rambut Liana yang tak sempat ia rapikan. Mereka hanya berdua, menyisakan keheningan di antara debur ombak dan desir angin yang berlarian di permukaan pasir.

Kenzo memasukkan kedua tangannya ke saku celana, matanya menatap jauh ke horizon. Liana berdiri beberapa langkah darinya, masih membungkus tubuhnya dengan jaket tipis yang dipinjamkan Kenzo sebelumnya.

“Tempat ini… tenang ya,” gumam Liana pelan.

Kenzo melirik ke arah gadis itu. Wajahnya yang polos, pipinya sedikit memerah karena terpaan angin. Ada sesuatu yang berbeda dari tatapan gadis itu—bukan sekadar ketakutan seperti beberapa hari lalu, melainkan semacam keikhlasan yang menyedihkan.

“Kenapa kamu diam?” tanya Liana hati-hati.

“Aku sedang berpikir,” jawab Kenzo singkat, lalu menoleh penuh. “Tentang kamu.”

Liana terkejut. “Aku?”

Kenzo mengangguk. “Kamu gadis aneh. Dibawa ke tempat asing, dijual, dijebak... Tapi masih bisa berdiri dan bicara seperti ini. Kenapa kamu nggak lari?”

Liana tersenyum miris. “Lari ke mana? Dunia ini kecil, aku tak bisa lari mana pun. Jika aku lari ayahku yang akan sengsara .”

Jawaban itu membuat Kenzo memandangnya lebih dalam. Ia menarik napas panjang, lalu berkata pelan, nyaris terdengar seperti pengakuan.

“Kalau kamu punya kesempatan kedua... kamu tetap mau hidup seperti ini?”

Liana menunduk. “Kalau bisa memilih, aku cuma mau jadi anak biasa. Lulus kuliah, kerja halal, dan lihat ayahku bisa berjalan lagi. Tapi semua itu... seperti mimpi.”

Kenzo menatapnya diam-diam. Pipinya mulai bersemu merah, matanya sedikit berkaca.

“Jangan pernah anggap mimpimu cuma mimpi,” ujar Kenzo tiba-tiba, nadanya kini lebih lembut.

Liana menoleh, tatapannya penuh tanya.

“Kalau kamu mau, aku akan bantu wujudkan itu.”

Liana terdiam. Angin menyapu pipinya, dan dadanya terasa sesak. Ia tak tahu harus percaya atau tidak.

Kenzo menggeser posisi, berdiri tepat di samping Liana. Pandangannya tetap mengarah ke lautan.

“Jangan menangis di depan ombak, Liana. Dia cuma bisa dengar, tapi nggak bisa jawab.”

Liana akhirnya tersenyum kecil, meski air matanya tetap jatuh. Dan untuk pertama kalinya, Kenzo tidak memalingkan wajah. Ia membiarkan Liana menangis, tanpa menghakimi.

Angin laut berhembus lembut, mengibaskan rambut Liana yang duduk bersimpuh di atas pasir. Matanya menatap langit senja yang perlahan berubah warna. Kenzo berdiri tak jauh darinya, memandang lautan dengan tangan di saku celana, wajahnya terlihat tenang namun pikirannya bergemuruh.

Liana menarik napas panjang. Hatinya berdebar, tapi ia tahu ia harus mengatakan ini sekarang atau tidak sama sekali.

"Tuan Kenzo..." panggilnya pelan.

Pria itu menoleh, lalu berjalan pelan mendekatinya, kemudian duduk di sampingnya.

"Ada yang ingin aku sampaikan," ucap Liana sambil menatap pasir yang digenggamnya.

"Apa itu?" Kenzo menoleh, matanya mengamati wajah Liana dengan tenang.

Liana menelan ludah, suaranya terdengar pelan namun jelas. “Aku mau mengandung anakmu …..tapi, dengan jalan yang halal.”

Kenzo mengerutkan kening. Diam sesaat. Liana melanjutkan, suaranya bergetar tapi tegas, “Bisakah... Anda menikahi saya? Tak perlu lama, hanya sampai saya melahirkan. Setelah itu... Anda bisa meninggalkan saya.”

Kenzo memandang Liana dalam-dalam, ekspresinya sulit ditebak. Matanya menajam, bukan karena marah—lebih kepada tak percaya dengan permintaan itu.

“Liana... kamu tahu aku sudah beristri, bukan?”

"Aku tahu." Liana mengangguk pelan. “Tapi aku juga tahu, anak ini nanti tidak minta dilahirkan dalam kondisi seperti ini. Aku hanya ingin... ketika dia lahir, dia Punya ayah, dan ibu yang sah di depan agama.

Diam panjang menyelimuti mereka. Hanya suara ombak dan desir angin yang menjadi saksi pertarungan batin di antara dua manusia yang saling terluka.

Kenzo berdiri. Ia membelakangi Liana, kedua tangannya mengepal di sisi tubuh.

“Kamu pikir semudah itu menikah denganku?” suaranya dingin, tetapi tidak ada kemarahan di sana. Justru lebih terdengar seperti... takut.

“haya itu yang aku inginkan tuan, dan aku ingin hubungan kita nanti adalah ibadah ….. Bukan zina,” jawab Liana lirih.

Kenzo menutup mata, lalu menarik napas panjang. Dalam hatinya, entah kenapa, kata-kata Liana terasa lebih menusuk daripada semua hinaan yang pernah ia terima dalam hidupnya.

Perlahan ia menoleh, menatap Liana yang duduk memeluk lutut, menunduk.

Dan untuk pertama kalinya, Kenzo merasa… kalah.

Hening kembali tercipta di antara mereka. Liana mulai merasa bahwa mungkin permintaannya memang terlalu berani, terlalu egois. Tapi sebelum ia sempat berkata apa-apa lagi, suara Kenzo memecah keheningan.

"Besok... ikut aku ke kantor KUA."

Liana mendongak, matanya membelalak tak percaya. “Apa… maksud tuan ….?”

Kenzo perlahan menoleh, tatapannya kini tak lagi dingin. Ada ketegasan, ada sesuatu yang baru di sana—tanggung jawab yang mulai muncul dari sosok pria yang biasanya tak peduli.

“Aku akan menikahimu. Secara sah,” ucapnya pelan namun pasti.

Liana menahan napas. Air matanya mulai menggenang.

“Tapi,” sambung Kenzo, menekankan kalimatnya, “pernikahan ini akan tersembunyi. Tidak akan ada yang tahu, termasuk Claudia.”

Nama itu membuat hati Liana terasa diremas. Istri sah Kenzo—sosok yang selama ini memaksakan kehendaknya agar suaminya  punya anak dari wanita lain, karena ia tak mau hamil dan merusak tubuh indah nya. 

Ia tahu posisinya, tahu kenyataan bahwa ia hanyalah ‘alat’ dari sebuah kesepakatan gelap yang tak pernah ia pilih. Tapi sekarang... Ia merasa ada titik terang dalam menjalin hubungan dengan Kenzo. Ia ingin menjalin hubungan ini Dengan halal.

“Kenapa harus disembunyikan?” Liana bertanya lirih.

Kenzo menatapnya dengan mata tajam, tapi suaranya tetap tenang. “Karena aku tidak ingin hidupmu makin hancur setelah ini. Jika Claudia tahu, dia akan menghancurkanmu. Aku tidak akan biarkan itu terjadi.”

Liana terdiam. Kata-kata itu anehnya terasa seperti perlindungan, meski disampaikan dengan nada datar.

“Kamu bersedia?” tanya Kenzo.

Liana menunduk sejenak, lalu mengangguk perlahan. “Asal anak yang akan aku  lahirkan nanti punya status  jelas... aku bersedia.”

Kenzo mengangguk, lalu kembali duduk di sampingnya. Mereka tak berbicara lagi setelah itu, hanya membiarkan angin laut menyapu wajah dan menghapus sedikit luka di hati masing-masing.

Besok, hidup mereka akan berubah.

*

*

*

Malam itu kediaman keluarga besar Kenzo tampak lebih ramai dari biasanya. Lampu-lampu gantung mewah bersinar hangat menyinari ruang keluarga yang luas, di mana para anggota keluarga besar telah berkumpul. Wajah-wajah penuh pertanyaan memenuhi ruangan. Semua ingin tahu keberadaan Kenzo, pewaris utama bisnis keluarga yang tiba-tiba menghilang tanpa kabar.

Claudia duduk anggun di tengah keramaian, mengenakan gaun biru laut yang menonjolkan sosoknya sebagai istri resmi Kenzo. Meski tersenyum, ia tak bisa menyembunyikan sedikit ketegangan di balik tatapan matanya.

"Claudia, di mana Kenzo? Sudah dua hari dia tidak muncul di perusahaan. bahkan di acara keluarga seperti ini," tanya Paman Rinto, membuka suara dengan nada yang cukup menekan.

Claudia meletakkan cangkir teh di meja dengan hati-hati, lalu menjawab dengan tenang, "Kenzo sedang berada di Eropa, Om. Ada urusan bisnis yang sangat penting dan mendadak. Dia tidak bisa meninggalkannya begitu saja."

"Selalu saja Eropa," celetuk Bibi Rina sambil menggeleng pelan. "Tapi biasanya dia masih sempat mengirim kabar, setidaknya ke ibunya."

Claudia tetap tersenyum. "Saya juga dikabarin pas dia sudah disana, Bi. Tapi saya percaya pada Kenzo. Dia hanya sedang fokus, dan saya yakin dia akan segera memberi kabar saat urusannya selesai."

Ibu Kenzo yang sejak tadi hanya diam mulai berbicara, tatapannya menusuk ke arah Claudia. "Kalau ada masalah antara kalian, lebih baik jujur. Jangan membuat kami semua bertanya-tanya."

Claudia menahan napas sejenak sebelum menjawab dengan suara lembut namun tegas. "Saya mengerti, Ma. Tapi tidak ada masalah apa pun. Kenzo hanya ingin menyelesaikan proyek besar dengan mitra dari Prancis. Dia ingin memastikan semuanya berjalan lancar, dan itu sebabnya dia butuh waktu tanpa gangguan."

Beberapa sepupu Kenzo tampak saling pandang, namun tidak ada yang berani berbicara lagi. Ayah Kenzo akhirnya angkat suara, suaranya berat namun penuh wibawa. "Kalau Claudia bilang semuanya baik-baik saja, kita percayai. Kenzo pria dewasa. Dia tahu apa yang dia lakukan."

Claudia tersenyum penuh hormat kepada mertuanya, mengangguk pelan.  Dia juga memberi hormat kepada anggota keluarga yang lain. Setelah beberapa jam pertemuan keluarga selesai claudia segera minta izin pamit .setelah di izinkan ia segera berjalan ke lantai atas menuju kamarnya .

Namun saat ia naik ke lantai atas dan masuk ke dalam kamarnya, senyum itu lenyap dari wajahnya.

Ia mengunci pintu, lalu berjalan pelan ke depan cermin. Tangannya meraih ponsel di meja, membuka layar—masih tidak ada pesan dari Kenzo. Sunyi. Hampa.

Pandangan Claudia berubah tajam.

“apa kamu berani macam macam belakangku, Kenzo…?” gumamnya pelan, matanya memantulkan bayangan amarah yang mulai tumbuh.

“jika kau  berani mengingkari kesepakatan, Aku akan pastikan kau menyesal... Dan perempuan itu... tidak akan bisa hidup tenang.”

Setelah beberapa lama merenung, ia berdiri dan berjalan ke meja rias. Jarinya menyentuh bingkai foto pernikahannya dengan Kenzo. Foto itu diambil di hari yang paling membahagiakan dalam hidupnya. Ia masih ingat bagaimana Kenzo menatapnya kala itu—hangat dan tulus.

Claudia menghela napas berat. “mungkin... dia sedang bersama wanita itu? Liana?” gumamnya lirih.

Ia tahu betul bahwa keluarga besar Kenzo mendesak mereka untuk segera memiliki keturunan. Desakan itu datang bertubi-tubi, terutama dari tante-tante Kenzo yang sangat kolot dan percaya bahwa cucu adalah warisan utama keluarga. Kenzo pun sempat mengatakan, jika semua jalan tak berhasil, ia akan menyelesaikannya dengan caranya sendiri.

Mungkin… ini waktunya .”

Claudia menelan ludah, dadanya terasa sesak, tapi ia mencoba untuk tetap rasional. Jika memang Liana sedang bersama Kenzo untuk tujuan itu... demi anak….. aku harus menerima kenyataan ini.”

Bibir Claudia mengulas senyum tipis, getir, tapi tetap terkontrol. “Setidaknya… jika benar dia bersama Liana, dan mereka berhasil... ..aku akan tetap jadi ibu dari anak itu. Anak Kenzo. Anak yang selama ini kudambakan. Anak yang ditunggu-tunggu keluarga besar. dan aku akan menjadi pewaris kekayaan Kenzo ha..ha.. ”

Ia bangkit dari tempat duduknya, menyisir rambut pelan seolah ingin memperindah penampilan yang tak ada yang akan melihat. Ia sedang meyakinkan dirinya—bahwa semuanya akan baik-baik saja. Ia hanya perlu bersabar sedikit lagi. Karena jika benar Liana bisa memberinya seorang anak, maka semua ini akan sepadan.

“Selama kau tetap pulang padaku, Kenzo… aku akan menahan semuanya,” bisiknya lirih, lalu berdiri tegak menatap pantulan dirinya di cermin.

1
watashi tantides
Nyesel ya pak gara gara nikah lagi😔 Kasian nasib Liana anak kandungnu pak😭
watashi tantides
Sakit banget💔😭 Liana 🫂
watashi tantides
Semoga Kenzo jatuh cinta ke Liana🥰 maaf Claudia istri sah itu semua karna kamu yang mepersatukan Kenzo dan Liana dan yang terlalu tega ke mereka😔
watashi tantides
Sakit banget💔😭
watashi tantides
Please ini mengandung bawang😭
watashi tantides
Mulai tumbuh benih sayang Kenzo ke Liana🥹🤍
Mira j: trimakasih KK dah singgah 🙏🏻💞
total 1 replies
watashi tantides
Liana😭❤️‍🩹
watashi tantides
Liana😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!