Kevin nama pemuda berusia 19 tahun itu,ia tinggal sendiri di dalam rumah sewa yang kecil,hal itu tidak masalah baginya.selagi tempat itu bisa melindungi nya dari panas matahari dan tetesan air hujan,itu sudah cukup.harga sewa per bulan juga terbilang murah banget.
Mengandalkan gaji tak seberapa sebagai pelayan di kedai kopi,setidaknya dengan begitu,dia masih bisa membayar biaya sewa per bulan dan kebutuhan sehari-hari.kendati dia kerap kali merasa perutnya mendadak parik karena terlalu sering mengonsumsi mi instan
Kevin berniat berjalan di sekitar taman.daripada hanya diam - diam rumah tanpa melakukan apa-apa.itu sungguh membosankan.hari ini,jadwal kerjanya masuk pagi,pulang siang.setelah istirahat sejenak,ia pun jalan - jalan.ia pria yang tidak banyak bicara.ya,bisa dibilangin pria yang dingin banget.terkadang dia bisa menjadi pria yang hangat dengan sekitar
Entahlah,dia memang sulit ditebak.
Tumbuh dia tengah-tengah keluarga yang berantakan
membuatnya merasakan jika hidup t
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ade ramadhani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Don't be Blind
Kevin nama pemuda berusia 19 tahun itu,ia tinggal sendiri di dalam rumah sewa yang kecil,hal itu tidak masalah baginya.selagi tempat itu bisa melindungi nya dari panas matahari dan tetesan air hujan,itu sudah cukup.harga sewa per bulan juga terbilang murah banget.
Mengandalkan gaji tak seberapa sebagai pelayan di kedai kopi,setidaknya dengan begitu,dia masih bisa membayar biaya sewa per bulan dan kebutuhan sehari-hari.kendati dia kerap kali merasa perutnya mendadak parik karena terlalu sering mengonsumsi mi instan
Kevin berniat berjalan di sekitar taman.daripada hanya diam - diam rumah tanpa melakukan apa-apa.itu sungguh membosankan.hari ini,jadwal kerjanya masuk pagi,pulang siang.setelah istirahat sejenak,ia pun jalan - jalan.ia pria yang tidak banyak bicara.ya,bisa dibilangin pria yang dingin banget.terkadang dia bisa menjadi pria yang hangat dengan sekitar
Entahlah,dia memang sulit ditebak.
Tumbuh dia tengah-tengah keluarga yang berantakan
membuatnya merasakan jika hidup tidaklah begitu penting
Tanpak begitu monoton.tidak ada yang spesial baginya
Kecuali satu gadis yang berhasil membuat dirinya nyaman.gadis berparas ayu,yang selalu mengikuti sejak kevin di bangku sekolah Dasar kelas 4.gadis itu tantanganya,tatapi itu dulu.sebelum kevin pergi dari rumah . Hanya gadis itu. Satu-satunya teman yang mampu bertahan dengan dingin sikap kevin.iya ,hanya gadis itu,bisa yang sekarang sedang berjalan menghampiri kevin dengan senyuman yang tak pernah lepas dari wajahnya
namanya ade.dia gadis yang ceria,senyum hangatnya selalu ia umbar saat berpapasan dengan seseorang.mungkin karena kehangatan itulah yang membawa kesan positif dan akhirnya mampu melelehkan dinginnya es.batu seperti kevin
Alasan kevin tidak suka bergaul dengan orang lain atau bahkan bagaimana mereka menilainya.menatap seolah dia adalah seonggok sampah.menertawakan dan menikmati layaknya tontonan yang menghibur mareka.
Dalam hidupnya sendiri,tidak ada yang hebat,kecuali kabur dari rumah. Setidaknya dia bisa melarikan diri dari rumah yang penuh akan kelamnya hidupnya.seorang ayah pemabuk yang kerap kali melakukan kekerasan pada anak dan istri.suatu hari sang istri,ibu kev dikabarkan meninggal dengan darah yang mengucur dari kepala.korban dari tongkat golf yang diayunkan ayah kev.
Saat kevin pulang dari acara kelulusan sekolah, tahu-tahu rumah telah bergaris polisi.ia tidak lantas masuk.hanya mematung di depan pintu.termenung sejenak memahami situasi.tak lama keluarlah sang ayah dengan tangan diborgol
Berjalan sempoyongan, belum sepenuhnya sadar dari mabuk dituntun dua polisi.setidaknya ,dengan keputusan untuk pergi,ia bisa tenang meski terkadang malam -malam menagis merindukan sang ibu
"Hai kevi." Kev mengerjap,manakala ada pasangan tangan menyentuh tangannya begitu saja dari samping. Senyuman hangat tak lepas dari wajahnya,ia ikut serta duduk di bangku panjang di mana kevin duduk.
"Lama nunggu,ya?maaf,ada tambahan jam kuliah.kenapa tidak masuk,ada mama dan papa,kan?"
Kev,mengangguk sebelum menjawab,"tidak juga, mungkin 5 menit yang lalu."
"Yuk,masuk," Ajak ade,menarik lengan kevin
"Tidak perlu,aku tunggu disini saja, bersiaplah!tetapi jangan lama -lama."
Ade menyadari,ketika ia melihat kedua mata kevin yang terfokus ke arah lain. Bukan dirinya "kalau bicara dengan orang.lihat !"
"Maaf."
Ade menghela napas berat, tatapannya kini berubah sendu,"jangan terjebak dengan masa lalu terlalu lama ,kevin
Kau akan sulit menemukan jalan keluar nantinya."
"Kau tahu,aku hanya iri dengan mereka." Jawabannya kembali melihat bangunan rumah sakit tepat di sebelah rumah ade.
Ada dua anak kembar beserta kedua orang tuanya yang asyik berlarian di halaman
"Sebelumya rumah itu adalah rumah yang kelam, penuh dengan tangisan dan kekerasan,aku pikir,tidak akan ada yang berani menempatinya.tetapi lihatlah,ternyata mereka mampu mengubah rumah itu menjadi rumah yang hangat."
Sudah hampir dua tahun.semenjak memutuskan pergi dari rumah. Ia biarkan begitu saja. Namun.ade dan mamanya dengan sukarela merawat rumahnya.mereka berpikir jika rumah akan tetapi kevin lebih memilih menjualnya.sebulan yang lalu keputusan diambil kevin.dan dalam waktu tiga hari,rumah itu terjual.
"Kehidupan seseorang berbeda-beda .kevin.rasa perih yang kau alami bukan dari rumah yang kau tinggalin,tetapi itu memang garis yang ditentukan Tuhan yang harus kau hadapi.
Tuhan memiliki jalan yang kau rasakan."
Kedua saling melempar senyum dengan tatapan yang begitu teduh.
"Kevin.mama dan papa tak pernah berhenti menanyakan kabarmu. Mereka senang kau main ke rumah setelah sekian lama, tetapi berubah sedih saat kau hanya mampir sebentar dan mengajak ku ke taman.kapan -kapan main,ya menginap saja."
"Sampaikan permintaan .maafku akan aku usahakan jika libur kerja." Taman dan ke rumah ade juga tidak begitu jauh.
Itu sebabnya mereka memiliki berjalan kaki.sedangkan jarak rumah ade dan kevin menaiki kendaraan umum
"Kevin." Panggil ade
"Hmm."
"Ada temen seangkatanku yang tadi mengungkap kan perasaan ke aku,loh." Ujar ade, ia memulai cerita keseharian yang ia alami seperti biasanya.
Berapa detik menunggu respons kevin yang tak kunjung bersuara
"Kevv. Kau dengar aku, tidak?"
"Iya," Jawabnya,"terus bagaimana?"
"Aku menolaknya."
Reflek kevin menoleh ke arah ade,begitu pun ade
Terkejut ditatap seperti itu,ia mengerutkan keningnya,
"Kenapa menatapku seperti itu?"
"Mengapa kau tolak cinta ku?"
Diberi pertanyaan seperti itu.membuat ade mengerjap resah,matanya bergerak ke kanan,ke kiri,"karena aku...,"
"Karena?" Tanya pemuda yang kini berasa di seberang jalan taman yang sepi.
Sementara ade membeku di tempat,gejolak batinnya
Sedangkan berperan,hingga akhirnya ia pun bersuara lirik,
"Karena aku menyukai orang lain."
Kevin terkejut bukan main,meski berjarak,suara ade masih bisa terdengar jelas,kevin menoleh dengan tatapan tak terartikan,"siapa -siapapun
Ade memejamkan mata, menyakinkan diri,dalam sekali tarikan napas,dia pun menjawab,"orang yang ada di depan ku."
"Pria yang selalu ada di sampingku,pria dingin yang membawa rasa hangat dalam ikatan persahabatan.kau tahu,aku bersyukur memiliki mu sebagai sahabat ku,kakak ku kelas satu tingkat menengah akhirnya.hanya saja,aku tidak mau mengacaukan semuanya,tidak mau kau menjauhi ku karena tidak nyaman dengan perasaan ku.ku mohon jangan menjauhi ku setelah ini,meskipun kau tak membakar perasaanku,aku rela,maafkan aku.,"lanjutnya
Ade berusaha menyeka air mata yang mengalir di pipi dengan punggung tangannya.ia berusaha menutupi melihat menangis,jarak mereka hanya tiga langkah.
Ade merasakan dirinya tampak begitu menyedihkan ,tetapi dia tidak melebih -lebih kan atau berusaha mendramatisir dan tak dapat dicegah.dia mengucapkan perasaannya bersamaan dengan perasaan takut,juga bahagia.