Married With Daddy

Waktu pun berlalu. Di sebuah kamar sebuah hotel. Tampak sepasang sejoli baru saja selesai bertukar keringat, melepas hasrat.

“Kamu sangat hebat Mir, dan malam ini kamu benar benar sangat mendominasi permainan. Aku sangat suka..” ucap seorang laki laki teman tidur Miranda. Laki laki itu pun mencium wajah Miranda sebagai ucapan terimakasih karena susah dipuaskan berkali kali.

“Kamu juga sangat hebat Ren.” Ucap Miranda pada Renold teman tidurnya.

“Ren aku mau mengatakan sesuatu yang sangat penting buat kita. Kamu jangan salah paham dulu..” ucap Miranda yang masih berbaring di samping Renold sambil jari jarinya mempermainkan bulu bulu di dada Renold.

“Dalam waktu dekat ini, aku terpaksa harus menikah dengan Dokter Daniel. Demi keinginan orang tua dan demi bisnis aku. Kamu tahu kan Papa dan Mama tidak suka dengan kamu.” Ucap Miranda dengan suara pelan

“Gila kamu ya Mir! Terus ini malam perpisahan kita? Busssyeeet maka kamu sangat berhasrat malam ini. Tega kamu ya Mir ninggalin aku.” Teriak Renold lalu menegakkan kepala dan punggungnya serta sedikit menjauhkan tubuhnya dari tubuh polos Miranda.

“Aku memang bukan laki laki yang diinginkan oleh orang tua kamu. Tapi kita saling cinta Mir.” Ucap Renold lagi.

“Ren, kita masih tetap bisa berhubungan kita bisa lakukan seperti ini setiap kita mau, kapan saja, kita tinggal atur waktu dan tempatnya seperti kebiasaan kita ini.” Ucap Miranda sambil menggeser tubuhnya mendekatkan diri lagi pada Renold tangan Miranda pun memeluk tubuh Renold yang juga polos.

“Gila ya kamu, tidak punya perasaan kamu itu!” teriak Renold laki sambil menyingkirkan tangan Miranda dari tubuhnya dengan kasar. Renold marah.

“Ren, yang aku dengar Dokter Daniel tidak berhasrat pada perempuan makanya dia sudah hampir berusia empat puluh tahun dia tidak mau menikah.” Ucap Miranda dengan nada serius dia pun kini bangun dari terbaringnya dan duduk di atas tempat tidur sambil menatap Renold.

“Dia impoten gitu?” tanya Renold

“Mungkin, pokoknya yang aku dengar dia tidak punya gairah seksual.” Ucap Miranda

“Ini hanya demi status dia dan aku saja. Karena orang tua sudah ingin kami segera menikah.” Ucap Miranda selanjutnya.

“Papa dan Mama kan tidak setuju kalau aku sama kamu, tapi aku sangat cinta banget sama kamu. Kamu adalah canduku Ren.” Ucap Miranda sambil mengusap usap dada Renold.

“Kalau begitu tidak masalah Mir, karena kamu juga pasti akan membutuhkan aku ha.. ha... ha...” ucap Renold sambil tertawa bahagia, lalu dia memeluk tubuh polos Miranda mengarahkan wajahnya di dada Miranda dan menggigit kecil di puncak bukit Miranda. Miranda pun melenguh dan menggeliat sambil kedua tangannya memegang kepala Renold dan menekankan kepala Renold pada dadanya, sebagai kode agar melanjutkan kegiatannya.

Keesokan harinya. Di Mansion Frederick. Bebby tidak mau makan bersama di meja makan bersama Papa dan Oma Opa nya sebagai wujud protesnya.

“Beb, kamu harus makan nanti sakit kamu. Kegiatan kampusmu kan padat.” Ucap Tuan Frederick saat Bebby pamit akan berangkat ke kampus.

“Kalau sakit kan Papaku seorang dokter.. Opa...” ucap Bebby sambil melirik ke arah Sang Papa.

“Beb..” ucap Daniel saat Bebby sedang pamit pada Nyonya Frederick.

“Ya Pa.. maaf aku tergesa gesa..” ucap Bebby sambil menjabat dan mencium punggung tangan sang Papa.

“Biarkan saja, kalau lapar paling juga dia akan makan.” Ucap Nyonya Frederick tanpa menoleh ke arah Bebby.

“Iihhh Oma tahu aja.” Gumam Bebby dalam hati sambil terus melangkah keluar dari Mansion utama. Sebab dia memang akan mengisi perutnya di kantin kampus.

Waktu pun terus berlalu siang hari sepulang dari kuliah. Bebby dan Eliza jalan jalan ke mall, Bebby ingin makan di mall sambil refreshing.

Di saat mereka sedang berjalan, tiba tiba..

“Eh. Bentar El, jangan cepat cepat.” Ucap Bebby sambil memegang erat dan menarik lengan Eliza.

“Apa sih, aku sudah lapar banget Beb.” Ucap Eliza namun dia pun memperlambat langkah kakinya.

“Lihat itu perempuan yang memakai baju merah sexy itu.” Ucap Bebby sambil menunjuk ke suatu arah beberapa meter ke depan dengan dagunya.

“Itu yang nempel nempel pada cowoknya?” ucap Eliza yang menatap ke arah yang ditunjuk oleh Bebby. Tampak seorang perempuan berjalan menggandeng lengan seorang laki laki dengan tubuh saling berdekatan tanpa jarak.

“Iya dia itu yang dijodohkan Oma pada Papa.” Ucap Bebby yang terus berjalan di samping Eliza.

“OMG.. sexy sih tapi kok nempel nempel gitu pada cowok Beb. Mungkin itu cowoknya Beb. Tapi kenapa mau dijodohkan sama Om Dan. Terus apa yang akan kamu lakukan Beb.” Ucap Eliza yang terlihat ikut terbawa emosi.

“Ayo kita datangi mereka. Mumpung mereka belum berjalan jauh dan masih nempel nempel gitu. Lihat tuh sekarang yang cowok merangkul perutnya yang tidak dilapisi kain.” Ucap Bebby sambil mempercepat langkah kakinya.

“Apa kamu yakin dia orangnya, jangan jangan salah orang Beb, kita kan lihat dari belakang.” Ucap Eliza yang berjalan di belakang Bebby.

“Hmmm pasti, tadi aku sempat melihat wajahnya waktu mereka keluar dari gerai.” Ucap Bebby dengan mantap dan semakin mempercepat langkah kakinya.

“Apa kamu yakin berani menghadapi dia Beb? Ada cowoknya lagi.” tanya Eliza yang merasa kurang yakin dan kurang percaya diri.

“Ya lihat saja nanti.” Ucap Bebby asal

“Beb, kita belum makan, tidak ada energi kalau nanti mereka melawan.” Ucap Eliza

“Heleh, keburu mereka pergi kalau kita makan dulu. Nanti makannya kalau urusan sudah selesai, kalau aku sudah melabrak perempuan itu. Ayo cepat !” teriak Bebby tanpa menoleh ke arah Eliza yang masih berjalan di belakang.

Bebby terus melangkah dengan cepat untuk mengejar langkah kaki Miranda dan Renold yang kadang terhalang oleh pengunjung mall lainnya sehingga membuat jarak mereka semakin jauh.

Akan tetapi di saat Bebby sudah semakin dekat dengan Miranda. Bebby dikagetkan oleh suatu suara....

“Aduuuuuhhhh.”