NovelToon NovelToon
AMBISI SANG ANTAGONIS

AMBISI SANG ANTAGONIS

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / One Night Stand / Pelakor / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Angst
Popularitas:366.4k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

Di malam pertunangannya, Sahira memergoki pria yang baru saja menyematkan cincin pada jari manisnya, sedang bercumbu dengan saudara angkatnya.

Melihat fakta menyakitkan itu, tak lantas membuat Sahira meneteskan airmata apalagi menyerang dua insan yang sedang bermesraan di area basement gedung perhotelan.

Sebaliknya, senyum culas tersungging dibibir nya. Ini adalah permulaan menuju pembalasan sesungguhnya yang telah ia rancang belasan tahun lamanya.

Sebenarnya apa yang terjadi? Benarkah sosok Sahira hanyalah wanita lugu, penakut, mudah ditipu, ditindas oleh keluarga angkatnya? Atau, sifatnya itu cuma kedok semata ...?

"Aku Bersumpah! Akan menuntut balas sampai mereka bersujud memohon ampun! Lebih memilih mati daripada hidup seperti di neraka!" ~ Sahira ~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ASA : 28

“Bagaimana Nona?” tanya pria berseragam batik, menatap cemas sosok tenang tak sedikit pun terlihat ketakutan.

“Buka saja! Ikuti skenario mereka!” Sahira menatap lekat kelima orang yang masih duduk di jok motor.

Dia membuka jendela. Sesungguhnya sosoknya bukanlah sopir taksi.

“KELUAR KAU!” Ditariknya kerah kemeja sang sopir.

Dua orang rekannya turun dari motor, langsung saja membuka pintu samping kemudi dan penumpang.

Brak!

“Jangan bertingkah! Atau ku tebas lehermu!”

Wajah Sahira sampai mendongak kala rambutnya dijambak kuat oleh pria berkepala plontos.

Dia diam, pun ketika tas nya diambil paksa, dibuang keluar.

Bugh!

Bugh!

Sang sopir dihajar hingga tersungkur. Kemudian sosok yang tadi memegang tongkat baseball masuk di jok kemudi, mulai menjalankan mobil yang mesinnya masih menyala.

Salah satu preman menoleh ke belakang, menatap heran.

Sebagai seorang tawanan, korban mereka teramat tenang, tidak panik, ketakutan, memohon dilepaskan.

“Apa kau bisu?” tanya pria yang tadi menjambak Sahira.

“Tak usah kalian pikirkan! Tugas kita hanya membawanya, bukan ikut mengeksekusi!” sela si sopir, lalu mereka terdiam.

.

.

Roda pesawat terbang menggelinding di landasan pacu. Sang pilot berhasil melakukan landing dengan sempurna.

Saat lampu kabin dihidupkan seluruhnya, dan para penumpang sudah diperbolehkan turun dengan tertib.

Thariq Alamsyah masih duduk di kursi bisnis, mengaktifkan ponsel, mencoba menelepon Sahira.

Namun, nomor istrinya tak aktif. Perasaan Thariq seketika diselimuti rasa cemas.

Damar tetap diam, menunggu dalam senyap.

Tak hilang akal, Thariq menghubungi sang adik. “Apa kau masih bersama Sahira?” tanyanya langsung.

Mustika ~ “Tidak, Kami sudah berpisah dari satu jam yang lalu.”

“Kau tidak menghantarkan nya kembali ke apartemen, Mustika?”

Di seberang sana, Mustika dilanda kebingungan, rasa takut mulai menyergap. “Apa Kak Sahira belum kembali, Bang?”

“Ceritakan!”

Mustika membeberkan mulai dari awal bersama sang kakak ipar, sampai pada insiden dia sakit perut, lalu pulang diantar pengawal yang ditugaskan menjaga Sahira. Pun, saat kakak iparnya keukeuh menolak semobil dengannya, beralasan karena tak searah.

Wajah Thariq mengeras kala mendengar penjelasan adiknya, langkahnya melebar keluar dari dalam pesawat, tak juga membalas sapaan ramah para pramugari.

Damar bergerak cekatan, tanpa kesulitan membawa barang pribadi milik atasannya, sambil menelepon sang bawahan.

“Salah satu tim kita sudah tiba di Resto Nusantara, dan melihat cctv. Terakhir terlihat Nyonya Sahira naik taksi,” ungkap Damar, diapun membeberkan nomor plat kendaraannya.

“Telusuri!”

Thariq masih berusaha menelepon nomor apartemen, tapi tak ada yang mengangkatnya. “Sial!”

Dia mengusak kasar rambutnya, satu hal yang disesali, apartemennya tidak dilengkapi dengan cctv, hal tersebut tentu saja atas permintaan Sahira. Wanitanya merasa tak nyaman, dan Thariq langsung mencopot semua kamera pengawas.

Beruntungnya, tidak ada barang di bagasi pesawat, sehingga mereka bisa langsung keluar bandara.

Seorang sopir yang sudah menunggu sedari tadi, begitu melihat boss nya, langsung membukakan pintu.

***

Pada gudang tua di pinggiran kota, dua wanita sedang menghisap nikotin seraya tertawa.

“Kita seperti mengulang kisah masa remaja, salah satu kesenangan sekaligus mendebarkan saat menunggu detik-detik menyiksa si anak pungut itu!” Jenny mengepulkan asap rokoknya.

“Inilah yang ku nantikan setelah sekian lama absen merundungnya. Sengaja tak langsung membocorkan ke Mama dan Papa, supaya memiliki kesempatan bermain-main dulu dengan Benalu.” Arimbi menyeringai, membuang puntung rokok di lantai yang semennya masih kasar, berlubang, berdebu.

Arimbi memilih bungkam, sebab dia paham kalau sampai orang tuanya mengetahui Sahira masih hidup, maka akan meminta wanita itu kembali bekerja di restoran. Terlebih keadaan Wita Resto sedang tidak stabil, setiap harinya mengalami penurunan omset.

Takkan ada penyiksaan, hanya peringatan. Tentu bukan itu yang diinginkan oleh Arimbi.

“Brengsek! Kemana perginya si Wira Tama?!” Jenny memijak puntung rokoknya. Sudah belasan kali dia menghubungi Wira, tetapi ponselnya tidak aktif.

“Mereka datang!” Adisty menarik resleting jaketnya, dia sedari tadi mengintai lewat jendela tanpa kaca, kosong.

“TURUN!” Pria pengendara motor membuka pintu yang mana tempat Sahira duduk. Menarik lengan kurus wanita berwajah tenang, tatapan mata tajam.

“Cepat jalan!”

Bugh!

Sahira tersungkur di atas rerumputan, tubuhnya didorong kuat. Dia masih diam, sangat tenang berusaha berdiri tanpa kesusahan, menepuk telapak tangan.

Celana panjangnya kotor di bagian lutut. Punggungnya ditodong tongkat baseball, agar langkahnya tergesa-gesa menaiki tangga tanpa railing.

"Wow … tak ku sangka si anak pungut berani berbusana ketat!” Jenny bertepuk tangan, memindai penampilan Sahira dari atas kepala hingga kaki.

“Apa kalian tak ingin mencicipi? Mumpung gratis.” Jenny menawarkan Sahira kepada dua sosok preman profesional yang mereka sewa.

Namun, Arimbi sudah tak dapat membendung amarah, langsung menjambak rambut Sahira, mendorong tubuh ringkih itu hingga tersungkur di atas lantai kasar.

“Sudah masuk ke wilayah musuh pun, kau masih berani memasang wajah pongah!”

Plak!

Arimbi menampar pipi kanan Sahira yang terbaring miring. Lalu mencengkram rahangnya. “Dasar Benalu, kali ini kau mau merangkak menjadi Nyonya Alamsyah, iya? Jangan mimpi!”

Cuih!

Pipi memerah bekas tamparan itu, diludahi oleh Arimbi.

“Ambil air kerasnya, Adisty!” Arimbi berdiri, kakinya menendang Sahira hingga terlentang, lalu memijak perut adik angkatnya.

Dua orang preman tadi memilih pergi, tugas mereka sudah selesai.

Jenny ingin mendapatkan bagian, tak mau hanya menjadi penonton.

“Minggir Arimbi! Beri aku kesempatan bermain-main sebentar!” Ia koyak cardigan Sahira, lalu mencampakkan nya, menarik lengan kurus itu agar berdiri.

Sahira berdiri kokoh, kendatipun sudut bibirnya pecah, rambut berantakan, lengannya terdapat banyak luka goresan.

“Menangis lah! Ayo cepat memohon! Agar kami sudi meringankan hukuman mu!” Dia jambak rambut panjang yang kusut, matanya terbelalak kala melihat noda merah samar memenuhi leher jenjang Sahira.

“Kau lihat ini Arimbi!” Jenny mengusap-usap kasar kulit leher Sahira, semakin jelaslah kissmark yang warnanya mulai memudar.

“Jalang Sialan!” Arimbi menjambak lagi rambut Sahira, sampai tubuh wanita yang tetap tenang, tak merintih sakit itu ikut terseret.

Duk!

Duk!

“Rasakan kau!” Seperti orang kerasukan, Arimbi menghantamkan kening Sahira pada dinding tembok. Belum puas juga, dia menampar pipi sebelah kiri, mencakar leher yang dipenuhi tanda cinta suaminya.

“Kau tak layak hidup, Sampah! Tempat yang cocok untukmu cuma neraka!” Kedua bahu Sahira ditekan ke dinding.

“Bukankah wajar bila seorang suami mencumbui istrinya, Kak Arimbi?” Sahira menatap mengejek. Tersenyum puas disela-sela sudut bibir pecah mengeluarkan darah.

Arimbi kehilangan kendali, mencari sesuatu untuk dihantamkan ke mulut Sahira.

“Biar saya yang menyelesaikan, Nyonya! Anda cukup melihat hasilnya!” Adisty maju, tatapannya tanpa ekspresi.

Arimbi menyingkir, berdiri di sisi Jenny, menatap antusias pada sang asisten yang tak pernah mengecewakan nya.

Sahira bergeming, berdiri bersandar pada dinding, netranya tetap kering. Pun, ketika asisten kakak angkatnya meninju pipinya.

Bugh!

Wajah Sahira tertoleh ke kiri kala pipi kanannya ditinju.

Bugh!

Kedua kaki Adisty ikut andil, menendang paha bercelana hitam kelabu dipenuhi debu.

Tak cukup sekali, tapi sampai Sahira tumbang, meringkuk, napasnya mulai pendek-pendek, kepala terasa pusing.

“Hebat kau Adisty! Ayo lakukan lagi hingga dia sekarat!” Arimbi dan Jenny bersorak, seolah mereka melihat pertarungan di ring tinju.

Adisty memijak lengan atas Sahira, menjambak hingga wajah mulai menampakkan tanda-tanda lebam itu ikut terangkat.

“Cuih! Sampah sepertimu memang layak diludahi!” Kemudian dia melepaskan begitu saja jambakannya.

“Sepertinya sudah cukup, dia nyaris sekarat!”

Ponsel Arimbi bergetar, salah seorang orang suruhannya mengabarkan bila melihat Thariq Alamsyah keluar dari bandara.

"Sialan! Thariq sudah pulang, kita harus bagaimana?”

“Lari! Bersembunyi sampai keadaan aman. Biarkan dia mati secara perlahan di sini!” tutur Adisty tenang, berjalan mengambil tas ranselnya.

Jenny dan Arimbi tak setenang Adisty, mereka terlihat gugup, cepat-cepat menuruni tangga, bersiap pergi keluar kota, bersembunyi.

Mata sayu itu mulai terpejam, kepala berdenyut, sudut bibir nyeri, dan sekujur tubuh perih. Kala Sahira nyaris tak sadarkan diri, sayup-sayup dia mendengar langkah kaki.

Seseorang berjongkok, mengelap bekas air ludah, lalu mengusap lembut pipi si wanita. "Sahira! Hey ... Sahira! Bertahanlah!"

"SAHIRA MAHESWARI PANGESTU! BUKA MATAMU!!"

.

.

Bersambung.

1
Mommy'ySnowy 💕
ouhh alamsyah murka krna sahira pke KB?
jd knpa bsa mual2,dn d prjelas sma anggoro itu kehamilan?/Doubt/
Mommy'ySnowy 💕
anggaraa kau itu titisan siapee? tau begituan bljar dr manee?🤦‍♀️😂😂🤣🤣🤣
jumirah slavina
sukuriiinnnnnn 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
harus tiap jam biar si kecebong bisa berenang dengan aman menuju 10 bulan kurang...🤣🤣🤣
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
kan kan kan,,, tapi kalo.ngelawan emang lebih enak sih...🤣🤣🤣🤣
jumirah slavina
sadar diri perlu ya🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
jumirah slavina
hhuuuuaaaaaaa Torik kerennnnnn...

Aku padaKuuuuuuu.....

readers : Aku padamu Jum... bukan pada'ku...

pokoke Aku padakuuuuuuuuu

Jumi : klo Aku pada'mu tar Bang Agam minta cerai lagi., gak akh...


🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
laaaaahhhh trus sahira huek huek kenapa... kembung doank...
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
damar mana woy... harusnya pawang adisty di masukin juga...
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
karna terlalu banyak denger ocehan si arimbi jadi gila si tono...🤣🤣🤣
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
astagfirullah... manukmu mabur...🤭🤭🤭🤭🤭
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
bukan,,,,, dia cuma anak.mungut dijalan trus di jadiin kembaran adisty...🤣🤣🤣
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
kamu juga anaknya kafka plus satu ari ari sama anggora...🤣🤣🤣
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
tinggal bilang HAMIL susah amat deh.. 🤣🤣🤣🤣
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒔𝒖𝒌𝒂 𝒄𝒂𝒓𝒂 𝑻𝒉𝒂𝒓𝒊𝒒 𝒃𝒖𝒂𝒕 𝒍𝒊𝒏𝒅𝒖𝒏𝒈𝒊 𝑺𝒂𝒉𝒊𝒓𝒂 👏👏
Zeliii... S
Bang Thariq... gak sabar pen punya dedek bayi ya... biar lebih mengikat sahira... 🥰🥰🥰😘
Zeliii... S
Teparlah tuh rubah licik... 3-0...🤪🤪🤪🤪🤪
Zeliii... S
hihihi... Sahira gak sinkron badan sama pikiran nya... 🤣🤣🤣🤣🤣
Fera Susanti
3X sehari ath Thor up nya kayak minum obat🤭😬
Sulis Agustin
karya selalu q tunggu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!