Wu Lan Cho, adalah sebuah Negeri yang sangat penuh dengan misteri, pertumpahan darah, perebutan kekuasaan. salah satu kekaisaran yang bernama Negeri Naga yang di pimpin oleh seorang Kaisar yang sangat kejam dan bengis, yang ingin menguasai Negeri tersebut.
Pada saat ini dia sedang mencari penerusnya untuk melanjutkan tekadnya, dia pun menikahi 6 wanita berbeda dari klan yang mendukung kekaisarannya. dan menikahi satu wanita yang dia selamatkan pada saat perang di suatu wilayah, dan memiliki masing-masing satu anak dari setiap istrinya.
Cerita ini akan berfokus kepada anak ketujuh, yang mereka sebut anak dengan darah kotor, karena ibunya yang bukan seorang bangsawan. Namanya Wēi Qiao, seorang putri dengan darah gabungan yang akan menaklukan seluruh negeri dengan kekuatannya dan menjadi seorang Empress yang Hebat dan tidak ada tandingannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hazelnutz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wēi Qiao Dan Bawahannya
Malam itu, bulan menggantung tenang di langit. Setelah siang penuh dengan pengumuman mengejutkan dari Wēi Qiao, murid-murid Akademi Naga Langit mulai menata diri. Sesuai aturan akademi, setiap kelompok baru yang terbentuk diberi sebuah asrama khusus untuk mereka tempati.
Bangunan asrama itu sederhana—berdinding kayu kokoh dengan atap bersudut melengkung khas arsitektur kuno. Lentera-lentera kertas bergoyang di teras, memantulkan cahaya kekuningan yang lembut. Di dalamnya terdapat ruang utama yang cukup luas, dengan tikar tebal, meja kayu rendah, dan beberapa sekat menuju kamar pribadi.
Kini, di dalam asrama itu, tujuh orang duduk bersama. Mereka adalah inti kelompok baru yang dibentuk hari ini: Wēi Qiao, sang Putri yang telah mendeklarasikan tujuan gila untuk menumbangkan Kaisar Naga; lalu enam pengikut yang kini berikrar setia padanya—Liang Riu, Huang Jianwu, Chen Haoran, Han Yoran, Shen Jianguo, dan Wuan Ce.
Mereka baru saja kembali dari aula makan, perut kenyang oleh hidangan akademi. Tetapi justru di saat suasana tenang inilah, percikan pertama dalam hubungan mereka muncul.
[Liang Riu] meletakkan cangkir tehnya dengan bunyi tok, menatap keenam rekannya, lalu tersenyum lebar.
“Hmmm… karena kita sekarang resmi jadi satu kelompok, aku ingin menetapkan sebuah aturan sederhana,” katanya penuh percaya diri.
[Chen Haoran] mengangkat alis. “Aturan? Dari siapa?”
Liang Riu menepuk dadanya sendiri. “Tentu saja dariku! Aku kan pengikut pertama Putri Wēi Qiao. Jadi, sesuai logika, kalian semua seharusnya memanggilku Kakak Senior.”
Keheningan sejenak. Lalu tawa kecil pecah dari Han Yoran, yang menutup mulutnya agar tidak terlalu keras. Wajahnya tampak geli.
[Han Yoran]: “Kakak… senior? Kau serius? Hanya karena kau kebetulan ikut duluan, lalu kami harus tunduk padamu?”
[Chen Haoran]: ikut tersenyum sinis
“Kalau begitu, apa bedanya dengan anak kecil yang bilang ‘aku duluan’ saat main kejar-kejaran?”
[Liang Riu]: bersungut-sungut, mengangkat telunjuk
“Bukan main-main! Aku benar-benar yang pertama kali memberi sumpahku pada Putri! Itu artinya aku punya kedudukan khusus! Tradisi semacam ini wajar dalam dunia persaudaraan kultivasi. Pengikut pertama biasanya dihormati sebagai yang paling senior.”
[Shen Jianguo]: langsung bersorak keras sambil tertawa terbahak
“Hahahahaha! Senior? Kau? Liang Riu, jangan bercanda! Kalau begitu aku juga bisa bilang aku yang paling cerewet, jadi kalian harus memanggilku Kakak Berisik! Setuju?”
Seketika ruangan meledak oleh tawa, kecuali dua orang—Wuan Ce yang tetap duduk bersila dengan wajah dingin, dan Wēi Qiao yang hanya menghela napas sambil mengamati dari kejauhan.
[Huang Jianwu]: mendekat, merangkul bahu Liang Riu dengan lengan besar kekarnya
“Saudaraku… aku mengerti maksudmu, tapi ‘senioritas’ tidak ditentukan dari siapa yang paling cepat bicara. Kau tidak bisa memaksa kami hanya karena kebetulan kau yang berlutut lebih dulu. Kalau kau tetap ngotot, aku rasa tidak ada yang akan mengikutimu.”
[Liang Riu]: menyipitkan mata, pura-pura tersinggung
“Hmph, kalian ini tidak tahu menghormati peraturan. Kalau bukan aku yang pertama, bagaimana mungkin ada kalian yang lain?”
[Han Yoran]: mendekat, wajahnya jahil
“Kalau begitu, menurut logikamu… kalau bukan karena ibumu melahirkanmu lebih dulu, kau tidak akan ada. Jadi kita semua harus memanggil ibumu Kakak Senior juga?”
[Chen Haoran]: mendadak menepuk tangan, menahan tawa
“Hahaha! Han Yoran, jangan kejam begitu! Tapi aku setuju. Kalau soal senioritas, kenapa tidak kita tentukan lewat siapa yang lebih kuat? Bukankah itu jauh lebih adil?”
[Shen Jianguo]: mengacungkan tangan riang
“Setujuuu! Kalau begitu, ayo kita adakan adu siapa paling kuat di sini! Pasti seru! Aku yakin aku bisa kalahkan kalian semua dalam hal suara paling keras!”
[Liang Riu]: berdiri, wajahnya merah padam
“Ini bukan soal adu kekuatan atau suara! Ini soal posisi dan kehormatan! Aku—”
Namun sebelum ia bisa melanjutkan, [Han Yoran] dengan iseng menoleh ke arah satu-satunya yang sejak tadi diam seribu bahasa: [Wuan Ce]. Pemuda berwajah dingin itu duduk bersila dengan mata tertutup, seakan sama sekali tidak peduli dengan kekacauan di sekelilingnya.
[Han Yoran]: berjalan mendekat, lalu menggoyang-goyangkan bahu Wuan Ce
“Hey, kau! Wuan Ce! Katakan sesuatu! Kau setuju siapa yang pantas disebut Kakak Senior? Liang Riu? Atau… jangan-jangan kau sendiri ingin posisi itu?”
Semua mata beralih pada Wuan Ce. Namun pemuda itu hanya membuka sebelah matanya perlahan, menatap Han Yoran dengan dingin, lalu menutup kembali matanya tanpa berkata apapun.
[Han Yoran]: membuat wajah masam
“Ugh… kau benar-benar orang paling membosankan di dunia.”
Perdebatan pun kembali pecah. Chen Haoran dan Han Yoran saling menyindir Liang Riu, Shen Jianguo semakin riang berteriak-teriak mendukung siapa saja yang lebih kocak, sementara Huang Jianwu hanya bisa menenangkan agar tidak jadi pertengkaran besar.
Di sisi lain, Wēi Qiao hanya duduk bersandar, menatap mereka sambil mengobrol dalam hati dengan Micro Bots.
[Wēi Qiao]: dalam hati
“Apa pendapatmu tentang mereka? Sepertinya mereka lebih sibuk bertengkar soal gelar daripada serius berlatih.”
[Micro Bots]: suara nyaring dan sok pintar
“Memindai data… memindai… Oke, statistik mereka sudah terhitung. Mari kita lihat. Huang Jianwu—tenaga dalam di atas rata-rata, fisiknya sangat kuat. Chen Haoran—ilmu pedang elegan, juga di atas rata-rata. Han Yoran—potensi tinggi, meski emosional. Shen Jianguo—banyak bicara, tenaga dalam biasa-biasa saja. Liang Riu—sombong, rata-rata. Dan terakhir, Wuan Ce—dingin, tapi… ada sesuatu yang tidak bisa kukategorikan. Data menunjukkan anomali.”
[Wēi Qiao]: mengerutkan alis
“Anomali? Maksudmu?”
[Micro Bots]:
“Entahlah. Sistem tidak bisa membaca kedalaman kekuatan Wuan Ce sepenuhnya. Bisa jadi dia jauh lebih lemah… atau justru jauh lebih kuat dari perkiraan.”
Wēi Qiao menatap sekilas ke arah Wuan Ce yang masih duduk diam tanpa terpengaruh. Senyum samar muncul di wajahnya.
Di balik kegaduhan yang riuh itu, ia tahu satu hal: kelompok barunya memang berantakan, penuh perbedaan sifat, tetapi justru di situlah kekuatan mereka bisa lahir.
Liang Riu berdiri tegak di tengah asrama, matanya berbinar penuh kesombongan.
[Liang Riu] : “Aku ini pengikut pertama Putri! Itu artinya aku senior kalian, jadi sudah seharusnya aku dipanggil kakak senior!”
Chen Haoran mendengus sambil melipat tangan.
[Chen Haoran] : “Kakak senior dari mana? Kalau bicara soal kemampuan, bahkan anak kecil pun bisa menendangmu keluar halaman.”
Han Yoran ikut menyeringai, menambahkan garam pada luka Liang Riu.
[Han Yoran] : “Kalau begitu, bagaimana kalau kami panggil kau ‘kakak junior’? Lebih cocok, kan?”
Tawa kecil keluar dari bibir mereka. Liang Riu berteriak kesal, sementara Shen Jianguo malah tertawa terpingkal-pingkal.
[Shen Jianguo] : “Hahaha! Kakak senior katanya! Kalau kau kakak senior, aku ini apa? Paman senior? Hahaha!”
Pertengkaran semakin riuh. Huang Jianwu, yang biasanya bijak, berusaha menenangkan, tapi suara mereka menutupi segalanya.
Wēi Qiao yang sejak tadi duduk tenang, tidak ikut ribut, justru sedang berbicara dengan Micro Bots dalam benaknya.
[Dialog Internal: Wēi Qiao & Micro Bots]
[Wēi Qiao] : “Micro Bots, analisis kekuatan mereka.”
[Micro Bots] :
Liang Riu : jaringan otot aktif hanya 36%, cadangan tenaga dalam 28%, daya tahan fisik rendah, akurasi serangan tidak stabil. Potensi: minim, tapi masih bisa diperbaiki dengan disiplin keras.
Huang Jianwu : jaringan otot aktif 72%, cadangan tenaga dalam 68%, kecepatan refleks stabil. Memiliki dasar bela diri kokoh, potensi jangka panjang tinggi.
Chen Haoran : jaringan otot aktif 61%, cadangan tenaga dalam 74%, stabilitas pernapasan dalam posisi sempurna. Kekuatan inti di atas rata-rata murid lain.
Han Yoran : jaringan otot aktif 57%, cadangan tenaga dalam 59%, koordinasi gerakan baik. Kelemahan: stamina cepat menurun saat pertarungan panjang.
Shen Jianguo : jaringan otot aktif 54%, cadangan tenaga dalam 62%, fokus mental hanya 42% karena terlalu banyak berbicara. Potensi terhambat oleh sifat ceroboh.
Wuan Ce : jaringan otot aktif 85%, cadangan tenaga dalam 82%, fokus mental 93%, efisiensi gerakan tinggi. Hanya kekurangan motivasi untuk berkembang.
[Micro Bots] : “Kesimpulan: Wuan Ce adalah subjek unggul, Huang Jianwu dan Chen Haoran di atas rata-rata. Liang Riu paling lemah. Saran: lakukan pelatihan kelompok untuk menutup celah dan meningkatkan sinkronisasi tim.”
[Wēi Qiao] : tersenyum tipis dalam hati “Seperti yang kuduga. Kekuatanku bukan di individu mereka, tapi bagaimana aku membuat mereka bersatu.”
Suara gaduh semakin bising. Wēi Qiao akhirnya berdiri, menepuk tangannya sekali dengan lembut, namun penuh wibawa.
[Wēi Qiao] : “Diamlah kalian.”
Namun, meski mereka sempat terhenti, Shen Jianguo dan Liang Riu masih sempat beradu tatapan dan hampir kembali ribut.
Saat itulah, Wuan Ce yang sejak tadi berbaring, membuka satu matanya. Suaranya dingin, bagai angin es yang menusuk ke dalam tulang.
[Wuan Ce] : “Putri sudah menyuruh diam.”
Aura dingin yang tajam menyelimuti ruangan, membuat jantung semua orang berdebar. Suasana langsung sunyi.
Wēi Qiao melanjutkan dengan nada tenang tapi tegas:
[Wēi Qiao] : “Besok, kita akan berlatih di hutan belakang kastil. Aku ingin melihat kemampuan kalian sebenarnya. Latihan ini bukan untuk membuktikan siapa ‘kakak senior’, tapi untuk menutupi kelemahan kalian dan menyatukan kekuatan kita. Jika kalian ingin terus bersamaku, tinggalkan kebodohan seperti ini.”
Semua terdiam. Chen Haoran dan Han Yoran masih sempat saling melirik lalu menjulurkan lidah ke arah Liang Riu sambil berbisik:
[Chen Haoran & Han Yoran] : “Wleeee~ Kakak senior.”
Liang Riu mendengus keras, wajahnya memerah padam, sementara Shen Jianguo menahan tawa di balik tangannya. Namun tidak ada yang berani melanggar ketenangan yang sudah dipulihkan oleh Wēi Qiao dan Wuan Ce.
Tiba-tiba Wuan Ce perlahan duduk tegak, sorot matanya tenang namun menusuk.
[Wuan Ce] : “Putri, bagaimana dengan murid yang lain? Kita di ruangan ini disebut pemimpin, tapi jumlah kita masih kurang satu orang. Dan… mungkin sebaiknya kita memindahkan Liang Riu ke kelompok Anda, Putri.”
Seisi ruangan langsung terdiam. Semua mata beralih ke arah Liang Riu. Tatapan Chen Haoran dan Han Yoran tajam, sementara Huang Jianwu hanya menunduk, seakan tidak tega. Liang Riu menggertakkan gigi, wajahnya merah, lalu akhirnya menunduk dalam-dalam.
Wuan Ce kembali berbicara, nadanya datar tapi mengandung kebenaran yang menusuk.
[Wuan Ce] : “Jangan salahkan siapa pun, Liang Riu. Jika kau masih merasa kemampuanmu jauh di bawah rata-rata, bagaimana mungkin kau menjadi pemimpin? Ini bukan soal gengsi… ini soal hidup dan mati pengikut lainnya.”
Kata-kata itu menggema di udara. Liang Riu hanya menggenggam tangannya erat-erat, bahunya bergetar halus.
Wēi Qiao terdiam. Dadanya terasa berat. Saat itulah suara dingin namun teratur dari Micro Bots muncul di benaknya.
[Micro Bots] :
“Rekomendasi perubahan struktur: valid. Liang Riu adalah titik lemah sistem.”
“Namun… terlalu cepat untuk menyingkirkannya. Data latihan belum lengkap.”
“Saran: lakukan uji performa besok. Jika nilai fisik meningkat minimal 12%, pertahankan. Jika gagal… lakukan reposisi.”
Wēi Qiao menghela napas dalam hati, pikirannya bimbang. Apakah aku kejam jika membiarkan Liang Riu tetap ada? Atau aku justru kejam jika menyingkirkannya terlalu cepat?
Untuk pertama kalinya, Shen Jianguo yang biasanya cerewet menjadi serius. Wajahnya tidak lagi ceria, matanya menatap lurus pada Wēi Qiao.
[Shen Jianguo] : “Aku ada saran satu orang.”
Semua menoleh.
[Shen Jianguo] : “Dia dari Klan Naga Petir. Namanya… Xiao Yin. Banyak yang sudah mencoba merekrutnya, tapi hampir semua gagal. Dia terlalu liar, seperti petir itu sendiri. Tapi, jika Putri bisa menariknya… kelompok kita akan lengkap.”
Suasana mendadak berubah tegang. Nama itu saja sudah membuat beberapa murid saling berpandangan dengan wajah khawatir.
Chen Haoran menggigit bibir.
[Chen Haoran] : “Xiao Yin…? Itu bukan main-main.”
Han Yoran menghela napas berat.
[Han Yoran] : “Kalau dia benar-benar bergabung… kelompok ini akan berbeda dari yang lain. Sangat berbeda.”
Wēi Qiao memejamkan mata sesaat. Dalam kepalanya, dilema berputar seperti badai: menjaga Liang Riu, atau menggantikannya dengan Xiao Yin yang berbahaya.
Akhirnya, ia membuka mata, menatap semua dengan ketenangan khasnya.
[Wēi Qiao] : “Kita lihat besok. Untuk sekarang… istirahatlah. Besok hutan belakang kastil akan menjadi saksi. Bukan hanya untuk kalian… tapi juga untuk hatiku dalam memutuskan.”
Suasana hening. Bahkan Shen Jianguo pun tidak lagi bercanda.
Namun, saat semua mulai berbaring, Wēi Qiao masih duduk tegak, tatapannya menerobos langit-langit kamar. Suara Micro Bots kembali bergema dalam benaknya, tajam dan menghantui.
[Micro Bots] :
“Dilema terdeteksi. Probabilitas kegagalan tim saat ini: 42%.”
“Rekomendasi kuat: evaluasi Xiao Yin secepat mungkin.”
“Putri… keputusan Anda akan menentukan masa depan tim ini.”
Jantung Wēi Qiao berdetak cepat. Bayangan wajah Liang Riu yang tertunduk, bercampur dengan sosok misterius bernama Xiao Yin yang menanti di luar sana, membuat hatinya semakin berat.
Ia menutup matanya, berbisik nyaris tak terdengar.
[Wēi Qiao] : “Apakah aku siap… menjadi pemimpin yang harus memilih?”
Lanjuuuuutttt