Tak pernah terbersit di pikiran siapapun, termasuk laki-laki rasional seperti Nagara Kertamaru jika sebuah boneka bisa jadi alasan hatinya terpaut pada seorang gadis manja seperti Senja.
Bahkan hari-hari yang dijalaninya mendadak hambar dan mendung sampai ia menyadari jika cinta memang irasional, terkadang tak masuk akal dan tak butuh penjelasan yang kompleks.
~~~
"Bisa-bisanya lo berdua ada main di belakang tanpa ketauan! Kok bisa?!"
"Gue titip anak di Senja."
"HAH?!!!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21# Mengejar sarapan
Senja masih duduk di atas karpet dengan memeluk dirinya sambil mengecek beberapa notifikasi ponsel tentang pekerjaan, tentang grup whatsapp atau kolom chat pribadi.
Nagara Kertamaru
Nja, udah pulang?
Kenapa ngga bilang kalo kamu pulang sendiri malem-malem?
Senja sempat ingin membalasnya, namun kemudian ia mengurungkannya, bingung. Ditambah motor Shaka terdengar di depan sana.
"Shaka dah balik tuh, Vi..." Senja baru saja ingin mencolek Vio, namun bumil itu rupanya sudah memejamkan matanya sambil ditontonin televisi menyala. Pantas saja sejak tadi senyap, rupanya Savio sudah tidur.
Terdengar suara mengobrol dari luar, nih mobilnya masih ada.
"Vi, Nja..."
Dari balik gawang pintu akses, muncul Shaka bersama Alby yang juga ikut.
"Eh, bobo disini kamu yannk..." Shaka berjongkok sebentar dan mengecup kening Vio yang tak menggoyahkan lelapnya Vio.
"Nja, balik yok..." ajak Alby diangguki Senja, "pindahin Ka, ngga enak tidur disini, dingin."
Shaka membuka jaketnya mengangguk, "thanks, Nja."
Senja beranjak mengambil terlebih dahulu tas dan kunci mobil, "terus nanti lo gimana baliknya By?" tanya nya.
"Gampang lah. Ojol bisa..masih ada jam sebelasan mah." Alby melirik jam tangannya.
"Oke. Ka, gue balik ya...bilangin Vio nanti."
"Sip. Sekali lagi thanks Nja."
Senja melangkah menuju pintu disusul Alby, "lo bisa bawa mobil kan, By?"
"Bisa lah. Sembarangan..." ucap Alby tak terima.
"Maksudnya lo ngga ikut-ikutan mabok sama yang lain? Gila ya!" dan suara omelan Senja itu masih sayup terdengar oleh Shaka yang meraih Vio untuk ia pindahkan ke dalam kamar.
"Ikut minum Nja, tapi ngga parah kaya Arlan sama Maru. Gue nyicip dikit doang..." ia menerima kunci mobil Senja dan masuk ke dalam bangku pengemudi.
"Gue tutup dulu gerbangnya." Ujar Senja belum masuk ke dalam mobil, namun Shaka justru telah keluar lagi, "ngga usah Nja, naik aja...biar gue yang tutup sekalian dikunci."
"Oh oke." Senja turut masuk ke bangku samping Alby.
Ada bunyi klakson yang berbunyi demi pamit pada Shaka. Alby membawa laju mobil Senja keluar dari perumahan tempat Shaka dan Vio tinggal.
Sudah sekitar 10 menit, baik Senja maupun Alby sama-sama diam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Dimana Alby masih memikirkan kondisi Senja--Maru dan Arlan, may be..pertemanan mereka. Arghh! Kejadian malam ini membuat syok dirinya.
Ia berdehem, dengan otak yang menganalisa....kehadiran Senja benar-benar berpengaruh untuk kedua temannya itu. Mengobrak-abrik sisi kewarasan Arlan dan Maru. Seolah langit runtuh tanpa Senja, terlihat jelas dari kejadian malam ini, yang akhirnya kedua temannya itu buka-bukaan tentang perasaannya masing-masing yang selama ini mereka simpan rapat-rapat.
Sementara Senja masih merutuki para cowok yang begitu liar, "lo semua ngga manggil cewek panggilan kan, By? Astagaaa By, boleh gue ngumpat ngga sih?!" dan akhirnya Senja buka suara juga.
Alby mendengus sumbang, "ya engga lah, Nja. Kita ngga sebodoh itu. Ngga sebede bah itu buat nyatuin minuman sama cewek." Alby menelan salivanya sulit menatap Senja di sampingnya, ingin bertanya memastikan, tapi jujur mulutnya itu mendadak kelu, ia tak mau Jakarta banjir malam-malam, atau tiba-tiba dilanda angin ribut.
Biarlah kondisi Senja yang seperti Vio itu mereka simpan baik-baik diantara anggota laki-laki saja. Karena ia tebak, jika para perempuan tak tau kondisi Senja mengingat acara mereka aman sentosa saja tadi.
Senja menghela nafasnya, memijit pelipis dan bersandar, lambat laun ia memejamkan matanya. Hingga tak lama Alby terpaksa harus mengguncang bahunya, "Nja, ini tuh apartemen lo ke arah mana?"
Dengan mata yang memerah Senja mencoba mengumpulkan kesadaran, "sorry...jadi bangunin lo. Tapi gue ngga hafal jalan."
"Oh," Senja menajamkan pandangan meneliti jalan diantara gelapnya malam, "belok kiri ke jalan Manggis, bukannya gue pernah shareloc di grup 21 ya By? Eh tapi lo lama di Jepang, jadi lupa-lupa inget sama jalanan Jakarta." oceh Senja
Alby mendengus geli, "kapan lo share alamat apart lo? Ngga ada ah...seinget gue lo cuma bilang akhirnya di acc punya apart sama mami-papi lo, yang mau main hayu, udah begitu doang." Jelas Alby membuat Senja mengernyit, tapi Maru bilang...
"Ini Nja?" tunjuk Alby ke arah gerbang dengan bergambar daun eceng di pintu masuknya.
Senja mengangguk, "masuk aja By, gedung apart lurus terus..."
Alby memberikan klaksonnya pada security yang berjaga, namun Senja meminta berhenti sejenak.
"Pak, nanti ada ojol atas nama Senja masuk buat jemput temen saya ini...suruh masuk aja soalnya dari apartemen kesininya lumayan jauh." Ucap Senja diangguki security, "siap bu."
Ck, Senja berdecak di dalam mobil, "gue belum ibu-ibu." omelnya membuat Alby terkekeh, "nyopan Nja."
"Ngga sopan itu namanya. Bisa kalee panggil mbak." Gerutunya lagi.
Tidak seperti hari biasanya, pagi ini Senja memilih untuk lari pagi. Mengingat ia yang mengajukan cuti 3 hari. Rencananya, hari ini ia akan pergi ke rumah mami dan ke salon sebelum esok pernikahan Mei dan Jingga digelar di salah satu hotel yang ada di Jakarta.
Meski begitu, ia tetap tak meninggalkan pekerjaannya begitu saja. Hanya lari pagi di sekitaran apartemennya yang luas. Taman kecil yang berada tak jauh dari pusat ruko disana menjadi tempatnya duduk sejenak sambil menikmati suasana pagi yang jarang ia lewatkan di area outdoor begini.
Jika sedang sendirian begini, suara hati dan pikirannya begitu berisik. Terlalu banyak yang ia pikirkan entah ucapan Resa yang sedikitnya membuat Senja memikirkan ulang tentang esok lusa bagaimana, tentang mempelajari kembali semua data base yang bikin kepalanya pusing, ditambah...bayangan kejadian semalam dimana Maru dan Arlan, apakah seperti bayangannya? Apakah Arlan bicara tentangnya pada Maru, atau justru sebaliknya? Suatu kebetulan yang membuatnya berdebar.
"Pagi-pagi udah ngelamun?"
Senja mendongak ke arah sumber suara dimana seseorang sudah berdiri dengan kaos rapinya dan memasukan kedua tangannya di saku celana, menghalangi sinar matahari yang menyorot pada Senja.
"Awas, kamu ngalangin vitamin D buat kulit aku." usirnya.
Maru mendengus tersenyum tengil dan bergeser, "lagi jemur kulit.."
Senja justru menggeleng, "jemur otak." Dan Maru kini mengehkeh lalu duduk di samping Senja, "kamu ngga kerja apa? Tiap pagi kesini?"
"Kerja. Ngga tiap pagi, Nja. Baru kemarin sama sekarang."
"Oke. Terus ngapain kesini kalo harus kerja? Bukannya siap-siap.."
"Tempatku kerja itu kasih waktu buat sarapan dulu sebelum kerja. Nah itu yang sekarang lagi kulakuin, cari sarapan."
Senja tertawa kecil berujung sumbang, "sarapan kamu harus sejauh ini, Ru? Unbelievable...di deket apartemen kamu ngga ada orang jualan sarapan ya? Atau kamu ngga pernah siapin sarapan sendiri?"
"Kamu udah sarapan?" tanya Maru tak menjawab pertanyaan Senja tadi, yang dibalas gelengan Senja.
"Kita cari bubur, mau?" tawarnya lagi. Senja menghela nafasnya menatap Maru, "kamu udah sadar kah, semalem kamu mabok, kan?" desisnya sinis, menunjukan jika ia tak suka dengan kelakuan minus laki-laki 21 semalam.
Maru mengangguk membenarkan, tak ingin membela dirinya, "makanya pagi ini aku kesini, buat mastiin Alby anter kamu. Soalnya semalem kamu ngga balas wa aku."
"Kalian tuh ngapain sih, ya ampun..cici sampe ngamuk gara-gara kelakuan kalian. Kamu sama Arlan yang paling parah astaga, Ru...harusnya kamu yang kasih tau. Biasanya dulu tuh kamu yang paling bener." omel Senja.
"Ini aku ngga tau ya, suatu kebetulan atau gimana, aku punya feeling ngga enak antara kamu sama Arlan..." Senja memandang Maru tak habis pikir, kesal dan malas.
Maru menyunggingkan senyumnya, meraih rambut Senja yang mencuat dari ikatannya dan merapikan itu, membuat Senja dilanda gugup dan freeze dalam rentang waktu beberapa detik. Mendadak waktu berhenti bersama dengan degupan jantungnya, saat Maru melakukan itu.
"Kita bukan anak kkn lagi Nja, yang apa-apa jadi tanggung jawab Jingga atau aku. Kita udah dewasa, baik buruknya ditanggung masing-masing. Lagipula, sekali seumur hidup...Kita ngga rugiin orang lain...cukup tau batasan. Implementasi pesta bujang ngga harus melulu tentang tuker kado atau pesan-pesan, toh..yang ada disana bujang semua kecuali Shaka. Jadi pesen apa yang mau kita kasih buat calon manten, kita sendiri aja pada lajang ngga punya pengalaman."
"Pesta bujang itu, melakukan apa yang menurut kita masih bikin penasaran karena belum pernah dicoba bareng-bareng, seru-seruan bareng, *harinya bujang* sebelum besok lusa, ketika Jingga sudah menikah sama Mei, dia bakal kesulitan untuk ijin melakukan hal-hal yang menurutnya gila untuk dilakukan."
Senja menggeleng menolak mencerna penjelasan Maru, "terserah."
"Ini gara-gara Shaka terima telfon Vio di dalem aja, jadinya bikin rame..."
"Kalo ngga gitu, kita ngga tau apa yang kalian lakuin." Delik Senja sinis.
"Emang harusnya gitu kan? Kalian ngga perlu tau, bukan private party namanya kalo gitu..."
"Jadi, mau cari sarapan dimana?" tanya Maru melirik arlojinya, "aku masih ada waktu sejam sebelum berangkat ke firma.."
"Sengaja kamu, Ru?"
Maru mengangguk, "mau sarapan bareng maminya Jojo."
"Sebagai?" tanya Senja.
"Papinya Jojo." Jawab Maru membuat Senja menegakan badannya.
Alby terbangun diantara sinar mentari yang masuk dari celah-celah gorden hijau botol dan abu apartemen Maru, masih ada Jovi dan Arlan yang tergelar di sofa dan kasur si advokat ini, namun si empunya unit sudah tak terlihat lagi, padahal semalam...ia tidur di sampingnya.
.
.
.
.
ya ampun Nja...... kayaknya maru gak niat deh kamu hrs ngembaliin uangnya.... dia cuma pengen dekat ma kamu aja,, ngerasa dibutuhin sm kamu, makanya dia kasih uang itu ke kamu.. eh kamu malah anggep utang...
😂😂😂😂
seenggak enakan gitu kamu nja
bar bar tapi hari kamu baiiiik njaaa