Yoanda menikah dengan Bagas karena perjodohan kakek nya, tapi Yolanda sangat menyukai dan mencintai Bagas karena selain tampan tubuh Bagas ideal sehingga membuat Yolanda jatuh hati kepada Bagas, tapi Bagas sedikit pun tidak menyukai Yolanda karena postur tubuh yang subur dan tidak ideal.
Selama menikah dengan Yolanda Bagas tidak pernah menyentuh nya sama sekali, Bagas malah membenci Yolanda, hingga suatu saat Yolanda melihat Bagas dengan wanita cantik dan sangat mesra.
Setiap hari Bagas selalu menyakiti hati nya dan bahkan memfitnah dan mengusir nya dari rumah hingga hidup Yolanda terlunta-lunta karena aset yang pernah di berikan keluarga Bagas diambil nya.
Hingga suatu saat Yolanda berpikir akan merubah hidup nya dan akan melakukan balas dendam kepada Bagas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💫✰✭𝕸𝖔𝖒𝖞𓅓 𝕹𝕷✰✭🌹, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hinaan
Sepulang dari pantai Ricard langsung ke restoran milik nya, Ricard ini pengusaha muda ternama yang mempunyai beberapa usaha, Ricard juga seorang CEO sebuah perusahaan ternama.
Dengan langkah yang tegak Ricard berjalan masuk ke dalam restoran nya.
"Kamu kenapa?" tanya Ricard menatap heran pegawai nya.
"Maaf bos, saya kebelet mau ke toilet."
"Ya sudah sana pergi, nampan nya sini biar saya pegang." Ricard mengambil nampan yang sedang di pegang pegawai nya.
Baru juga Ricard mau menyimpan nampan itu, suara perempuan memanggil nya.
"Mas kemari." teriak seorang wanita sambil melambaikan tangan nya, Ricard pun menghampiri wanita tersebut, dan betapa kaget nya dia ternyata wanita itu adalah wanita yang bertemu di pantai tadi.
"Kamu."
"Oh ternyata kamu kerja di sini, tolong dong menu nya." ucap ku kepada pria itu.
Ricard tidak menjawab nya, tapi dia langsung memberikan daftar menu kepada Yolanda.
Pelayan yang tadi ke toilet menghampiri Ricard dan mau mengucapkan sesuatu, tapi Ricard langsung memberi kode kepada pegawai nya, dan menyuruh nya untuk pergi.
"Silahkan nona." Ricard memberikan daftar menu nya.
Aku pun mengambil daftar menu yang pria itu berikan, aku langsung memesan beberapa makanan.
"Sudah segitu aja mas, oh ya mas maaf ya sewaktu di pantai tadi aku sudah mengganggu ketenangan mas." Aku tahu mungkin dia ingin menenangkan diri seperti aku, apalagi restoran ini restoran mewah dan tamu nya banyak, pasti dia merasa lelah harus melayani para tamu.
"Ngga apa-apa, oh iya panggil saya Ricard." pria itu mengulurkan tangan nya.
"Panggil saja Yola." aku menerima uluran tangan nya, aku tidak bisa marah lama kepada semua orang, apalagi pria itu juga tidak salah.
"Ini teman saya Lea." aku juga memperkenalkan Lea kepada Ricard.
Lea dan Ricard hanya tersenyum sambil mengangguk kan kepala mereka.
"Baiklah kalau begitu mohon di tunggu pesanan nya." Ricard pun pergi meninggalkan aku dan Lea.
Sekitar lima belas menit aku menunggu, akhir nya pesanan ku dan Lea datang, dan Ricard lah yang mengantarkan pesanan kita berdua.
"Maaf sedikit lama, silahkan di nikmati." Ricard pun pergi setelah menata makanan di atas meja.
"Mbak, Ricard tampan juga ya? Seperti nya dia juga orang nya baik dan penyayang."
"Kamu ini Le, baru juga kenalan sudah bilang kalau dia penyayang, kita belum tahu sifat dia yang sesungguh nya." ucap ku sambil menyantap makanan nya, dan Lea hanya tersenyum saja.
Aku dan Lea pun menghabiskan makanan yang kita berdua pesan, aku menyuruh Lea membayar nya.
Sampai kita berdua selesai makan dan mau pulang, Ricard tidak kelihatan lagi, aku juga tidak memperdulikan nya karena Ricard memang bukan siapa-siapa aku, dia hanya orang yang baru ku kenal.
"KIta langsung pulang saja ya Le, ngga usah ke galeri lagi, hari juga sudah terlalu sore kalau kita ke galeri dulu pasti pulang nya malam."
"Iya mbak."
Aku mengantarkan Lea pulang dulu setelah itu aku baru pulang ke rumah suami ku.
Ya itu memang rumah suami ku, aku hanya menumpang di sana, sebenar nya aku punya rumah peninggalan kakek, tapi karena aku sudah menjadi istri mas Bagas, aku jadi ikut dia dan tinggal bersama mas Bagas.
*
*
Bagas sudah ada di rumah dan dia membawa Elena ke rumah nya, mereka sekarang mau terang-terangan di depan Yolanda.
"Mas, apa aku boleh tinggal di sini juga?" tanya Elena yang kini sedang duduk di atas pangkuan Bagas.
"Apa sih yang ngga buat kamu, apapun akan aku berikan." Bagas memeluk dan mencium Elena dengan penuh kasih.
"Tapi aku ngga mau melihat istri kamu yang subur dan jelek itu berada di sini." dengan nada manja Elena mulai menghasut Bagas.
"Kamu tenang saja sayang, tidak lama lagi aku akan membuat dia pergi dari rumah ini." Bagas membelai pipi dan mengusap bibir Elena lalu me lu mat nya.
Mereka berdua tidak menyadari kalau mobil Yolanda sudah masuk ke pekarangan rumah nya.
Ku lihat mobil mas bagas sudah ada di parkiran, tidak biasa nya dia pulang masih sore begini.
Aku melangkah kan kaki ku dan masuk ke dalam rumah, betapa kaget nya aku ketika aku membuka pintu rumah, aku melihat mas Bagas sedang bercumbu dengan wanita itu.
Bagas dan Elena bukan nya kaget, mereka malah terus saja melanjutkan cumbuan nya membuat Yolanda emosi.
"Mas, apa yang kamu lakukan di rumah ini." aku berteriak hingga mas Bagas menghentikan cumbuan nya kepada wanita itu.
"Memang nya kamu buta, sampai kamu bertanya apa yang sedang aku lakukan." mas Bagas membentak ku sambil menatap ku dengan tajam.
Sedangkan wanita itu hanya tersenyum dengan kedua tangan dia simpan di atas dada nya.
"Aku ini istri kamu mas, tolong hargai aku sedikit saja." aku sudah ngga tahan melihat nya.
"Ya, kamu memang istri saya, tapi kamu hanya istri di atas kertas, aku melakukan pernikahan ini karena terpaksa, lagian siapa yang mau sama kamu sudah gendut, kusam jelek lagi, ngaca di cermin yang besar biar kamu sadar diri." semua ucapan yang keluar dari bibir mas Bagas membuat hatiku sakit sesakit-sakit nya, aku hanya bisa menangis.
"Sudahlah lebih baik kamu mundur aja, mas Bagas menikahi kamu hanya untuk mempertahan kan harta warisan dari kakek saja, asal kamu tahu aku sudah lama berhubungan dengan mas Bagas, jadi kamu jangan anggap aku merebut mas Bagas dari kamu, justru kamu lah yang sudah merebut mas Bagas dari aku." ucap wanita itu sambil menatap ku rendah.
"Sudahlah sayang, dia itu kan bodoh, jadi percuma kamu bicara seperti itu kepada dia, dia ngga akan mengerti."
"Kalau dia pintar dia ngga akan seperti ini mas, lihat saja body nya saja jauh banget ma aku, apalagi wajah dan penampilan nya."
"Makanya aku ngga mau mengakui dan mengenalkan nya ke semua orang, mau di taro di mana muka aku ini punya istri yang model seperti itu, kalau model nya seperti kamu aku pasti akan merasa bangga dan bersyukur sekali." mas Bagas tidak berhenti menghina pisik aku dan membandingkan nya dengan wanita yang sudah merebut mas Bagas dariku.
Mereka berdua tidak tahu malu, setelah mereka menghinaku kini mereka malah bercumbu di depan mata ku, aku sudah ngga kuat melihat nya dan ku putuskan untuk masuk ke dalam kamar yang selama ini aku tempati.
Selama aku hidup bersama mas Bagas aku memang tidur di kamar sendirian karena mas Bagas tidak mau tidur seranjang dengan aku.