Dear My Ex Husband..
Terimakasih untuk cinta dan luka yang kau beri..
Mario menemukan sepucuk surat dari mantan istrinya sebelum pergi, dua baris kata yang entah mengapa seperti mengandung misteri untuknya..
Mereka berpisah baik- baik bahkan sampai mantan istrinya akan pergi mantan istrinya masih mengungkapkan bahwa dia mencintai Mario..
...
Kebodohan yang Namira lakukan adalah menikmati malam bersama mantan suaminya, hingga Namira menyadari apa yang dia lakukan menyakiti dirinya sendiri.
Apalagi saat mendengar kata- kata dari mantan suaminya..
"Aku harap dia tumbuh, untuk menjadi bukti cinta.." katanya sambil mengelus perut Namira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Senin..
Hari senin yang selalu sibuk..
Namira yang sudah bangun sejak subuh baru saja selesai mengerjakan semuanya, memasak dan membersihkan rumah, hingga ibunya tak perlu lagi repot dengan urusan rumah lainnya dan hanya fokus menjaga Juni saja.
Selesai menata sarapan di meja, Namira pergi ke arah kamar mandi dan membersihkan diri.
Saat keluar dari kamar mandi Namira melihat Juni baru saja bangun dan mengucek mata kecilnya "Mamii?"
"Ya, sayang Mami disini.." Namira segera memeluk Juni dan membawanya ke dalam pangkuannya.
Pergi ke kamar mandi dan membersihkan Juni, menunggu Juni buang air kecil dan menyikat gigi. Kebiasaan ini sudah Namira terapkan sejak usia Juni baru dua tahun, membiasakan Juni buang air di toilet dan membersihkan diri saat bangun tidur dan sebelum tidur, dan terbukti efektif hingga Juni tidak perlu tidur dengan popok lagi.
"Sudah selesai dan Juni sudah tampan.." kecup Namira pipi merah Juni. Namira sudah selesai dengan mendandani Juni, dan dia juga sudah siap untuk bekerja.
Degan mengenakan kemeja putih di balut dengan jas ramping warna hitam, dengan rok dan sepatu hak tinggi yang senada. Namira melangkah keluar kamar masih dengan Juni di pangkuannya "Mami pergi kerja dulu ya.. ingat jangan nakal dan repotin nenek!"
"Oteh mami.." Namira kembali mengecup pipi Juni sebelum pergi dan berpamitan pada ibunya.
..
Menaiki mobil sejuta umat miliknya, Namira memacu waktu menuju kantor tempatnya bekerja, menempuh waktu sekitar 45 menit Namira memarkirkan mobilnya di parkiran karyawan.
"Mbak Nami kok baru datang.." Namira mengerutkan keningnya melihat Nisa menunggunya dengan gelisah.
"Aku datang lima menit lebih awal loh Nis.." Namira melihat jam di tangannya dia belum terlambat.
Namira menekan tombol lift "Aduh mbak bos baru sudah datang baru masuk lewat lift eksekutif" Namira mengerjapkan matanya.
"Kamu serius?"
"Menurut mbak, kenapa aku tunggu mbak disini" Nisa meremas tangannya khawatir.
Namira kembali menekan tombol lift "Sial ini tidak mau terbuka.." Namira mengeram jika dia mengumpat di depan Juni sudah pasti ini akan buruk, anak itu sedang meniru apa saja yang di ucapkan orang lain, beruntung Juni sedang tenang di rumah.
Namira beralih ke lift eksekutif yang biasa di naiki petinggi perusahaan "Mbak Nami serius?"
"Apa jadinya di hari pertama bos sekertarisnya datang terlambat, bisa di pecat aku.." Memang bukan salah Namira, siapa suruh bos barunya datang terlalu cepat.
"Kalau mbak Nami di pecat aku gak mau kerja di bawah mbak Rania.."
Namira memasuki lift tak peduli semua orang memperhatikannya, dan Nisa memberi semangat saat pintu lift tertutup, dia akan menunggu lift karyawan saja, dia tidak berani naik lift eksekutif.
Saat memasuki ruang rapat semua orang sudah mengisi kursi dari divisi masing- masing dan hanya kursinya yang kosong, yang sialnya kursinya ada di sebelah kursi direktur baru, Namira melihat semua orang sedang mendengarkan dengan serius, apa semua orang mendadak rajin hari ini..
Namira berniat masuk diam- diam kebetulan dia melihat bos baru mereka sedang memunggungi pintu dan bicara tentang peraturan kerja kedepannya, baru datang saja sudah langsung peraturan kerja di rubah, Namira berjongkok dan mengendap, namun sial lagi untuk Namira saat sebuah suara mengalihkan perhatian semua orang "Nami baru datang?.." Namira mendongak melihat Rania sekertaris wakil direktur yang memang sangat anti dengannya "Bagaimana bisa sekertaris direktur datang terlambat"
Dasar Rania, nenek lampir itu, Namira hanya bisa menggeram dalam hati, belum reda rasa kesalnya Namira di kejutkan suara berat di depannya.
"Bukankah sudah saya katakan, tak perlu masuk jika datang terlambat!"
Deg..
Namira merasa baru mendengar suaranya saja jantungnya serasa di remas.
Namira menelan ludahnya kasar kenapa dia serasa mengenal suara itu.
Namira menyiapkan hatinya dan mendongak, dan lagi- lagi Namira merasa ini hari sialnya, datang terlambat, lift yang tidak mau terbuka, di hujat Rania dan sekarang dari semua kesialannya Namira merasa sekaranglah yang paling sial, bertemu dengan mantan suaminya Mario Michael Andreas..
...
Like..
Komen..
Vote..
sungguh km mmbagongkn...
g masuk akal bgt km mario....
bakal nyesel km mario... klo tau setelah namira km ceraikan.... trnyata dia mngandung ankmu....