Tentang seorang pria yang tidak diperlakukan adil oleh ayahnya. Tapi dia bisa membuktikan bahwa dia bisa sukses tanpa mengandalkan kekayaan orang tua, sayangnya dia harus kembali jatuh ketika wanita yang dia cintai pergi begitu saja tanpa adanya alasan, membuat dia menjadi casanova.
Suatu hari dia mengalami nasib sial sehingga dia harus menikah dengan seorang gadis yang tak dia cintai, dan membuat dia menjadi menantu yang sama sekali tidak diharapkan oleh mertuanya, seakan memandang rendah pada profesinya sebagai seorang aktor.
Dan Morgan akan membuktikan bahwa dia adalah seorang pria yang patut dibanggakan, terlepas dengan semua masa lalunya yang kelam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Empat
Morgan kaget tiba-tiba Zhoya ikut masuk ke dalam mobil, dia sama sekali tidak tau gadis itu mengikutinya.
"Eh bocil, ngapain masuk ke mobil aku? Aku mau jemput Laura." Morgan malah mengusir Zhoya, menyuruhnya keluar dari mobilnya.
"Ya ampun kak, ko tega banget ninggalin aku sendirian. Anterin aku pulang lah."
Mereka tidak tahu bahwa wartawan yang semalam itu masih mengintai mereka, dia memotret kembali saat Morgan keluar dari kamar hotel, lalu diikuti oleh Zhoya, dan sekarang mereka sama-sama berada dalam satu mobil.
Sebut saja namanya Joko, dia tertawa kecil, "Hahaha...akhirnya aku bisa mendapatkan foto calon istrinya Morgan dengan jelas."
Morgan terpaksa mengantarkan Zhoya pulang, janjinya hanya meminta diantarkan pulang tapi gadis itu malah meminta makan.
"Kak aku lapar."
Morgan fokus menyetir mobilnya, "Kalau lapar ya makan lah."
"Tapi aku gak bawa uang, semalam aku cuma bawa uang buat minum bir saja. Soalnya dulu aku kapok kalau bawa uang banyak malah di copet."
"Untung cuma di copet, bagaimana kalau dia macam-macam padamu?"
"Tapi nyatanya tidak kan? Sampai sekarang aku masih perawan."
Morgan menelan saliva mendengarnya, karena wanita-wanita yang dia kencani sudah tidak ada yang perawan lagi, mungkin karena dia sering berkencan dengan sama-sama pemain juga.
Namun dia bukan pria yang akan mempermainkan pernikahan, ketika dia berkomitmen akan menikah, maka dia harus meninggalkan dunianya, walaupun mungkin sangat sulit, terkadang dia harus beradu akting bersama salah satu mantannya.
Morgan bisa menahan diri selama dua bulan untuk menjadi lalaki yang setia pun itu harus di acungkan jempol, dia tidak pernah seperti itu sebelumnya. Morgan hanya berusaha untuk menerima dan mencintai Laura.
"Hm... jangan bicara seperti itu lagi, tau apa kamu tentang keperawanan hm? Bahkan berciuman aja kamu gak pernah." Morgan malah meledek Zhoya.
"Hhhh..." Zhoya hanya mendengus kesal, kadang sifat Morgan memang sangat membuatnya kesal.
"Ya udah nanti aja kamu makannya di rumah, aku antar kamu ke rumah Galvin sekarang."
"Cuma minta makan aja pelit banget kak, ke rumah kak Galvin masih jauh, belum lampu merah. Bisa-bisa aku mati kelaparan. Nanti bakalan ada berita seorang aktor Morgan Xavier telah menyebabkan seorang gadis mati kelaparan karena kepelitannya."
"Pelit kamu bilang?" Morgan tidak terima dibilang pelit.
...****************...
"Nah makan semuanya!" Morgan memesan banyak sekali makanan di restoran, dia sengaja memesan ruangan khusus VVIP untuk menjaga privasinya, makanya dia tidak memakai masker.
Zhoya menganga melihat banyak sekali makanan yang Morgan pesan, hampir memenuhi meja makan itu. "Ya ampun kak banyak banget ini."
"Kamu bilang aku pelit kan? Makanya habiskan semuanya, kalau gak..."
"Kalau gak apa?"
Morgan berpikir sejenak.
"Kalau aku menghabiskan semuanya aku ingin kak Morgan berkencan dengan aku sekali aja, bagaimana?" Zhoya mengatakannya dengan penuh semangat.
Morgan malah mengacak-acak rambut Zhoya, "Kamu masih muda, belajar yang rajin bocil, jangan mikirin cinta-cintaan mulu."
"Bahkan aku siap menikah dengan kamu."
Morgan terlihat salah tingkah ketika mendengar perkataan Zhoya. "Ce-cepat. Habiskan makanannya!"
Zhoya merasa keberatan untuk menghabiskannya, "Tapi ini banyak banget lho kak."
"Aku gak mau tau. Habiskan semuanya!"
Drrrtt.... Drrrtt...
Ponsel Morgan bergetar, rupanya ada telepon dari Laura. Morgan memberi isyarat pada Zhoya untuk diam, dia tidak ingin Laura salah paham padanya.
Zhoya hanya cemberut sambil makan, sangat merusak suasana.
"Hallo Laura!"
"Kok kamu belum datang juga sih sayang? Aku nunggu kamu dari tadi lho."
"Iya sebentar aku berangkat, tunggu aku ya."
Zhoya rasa dia memang tidak memiliki kesempatan untuk bisa mendapatkan cinta Morgan, apakah dia harus menyerah saja?
𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘥𝘪 𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪 𝘴𝘦𝘵𝘶𝘭𝘶𝘴 𝘩𝘢𝘵𝘪 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘪 𝘴𝘪𝘢²𝘪𝘯
𝘥𝘢𝘴𝘢𝘳 𝘣𝘰𝘤𝘪𝘭 𝘥𝘪𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘯𝘢𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘥𝘪𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘯𝘺𝘦𝘳𝘢𝘩