Hai, novel ini adalah karya kedua MAY.s
Semoga kalian suka😘
Alex Kenzo Prasetya. Dia adalah mahasiswa yang terkenal badung di kampus, ketua dari geng The Fly yang sering bertingkah usil kepada siapapun yang ia suka. Akan tetapi setelah ia diam diam menyukai gadis cantik yang sering menjadi korban keusilan anak buahnya itu, perlahan ia pun berubah lebih baik dari kebiasaannya.
Aradilla Resty. Gadis itu tak pernah menyangka akan menjadi target keusilan geng The Fly. Yang kemudian setelah tahu jika Alex menyukainya, tentu ia menjadi dilema. Antara memilih pria pilihan papanya, atau menerima pesona berandal kampus itu.
Penasaran? Ikuti terus sampai akhir kisah Alex dan Resty. Dijamin seru loh..
Note: Sedikit ada squel dari novel yang sebelumnya. Biar nanti tidak bingung, silahkan baca dulu Love Of Aurora.
TIDAK MENERIMA BOOM LIKE🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MAY.s, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 04
Resty dan Ika berjalan menuju ruang kelas mereka untuk mengikuti kelas makul kedua, mereka berdua sengaja datang lebih awal karena tidak ingin terlambat lagi sehingga akan bolos lagi seperti saat kelas makul pertama tadi.
Kedua sahabat itu memang kebetulan sama-sama mengambil satu jurusan, yaitu arsitektur. Mereka pun menyadari jika di kelas mereka lebih banyak kaum cowok dari pada cewek, tapi kendati begitu tak membuat mereka menjadi sosok yang caper dan sok manis kepada teman-teman cowok yang sering menggodanya karena kecantikan mereka.
Selangkah lagi mereka sudah akan masuk ke kelasnya, namun semua itu terhenti ketika bersamaan dengan dosen Budi yang kebetulan juga akan keluar.
"Kamu! Ikut saya!"
Dosen itu menunjuk tepat ke arah Resty, dan gadis itu menurut saja berjalan mengekor di belakangnya. Namun ternyata bukan hanya dirinya yang mengekori dosen tersebut, melainkan juga ada Alex turut berjalan sejajar dengannya.
Resty menoleh ke belakang, ada Ika yang tetap memandanginya sambil mengangkat sebelah tangannya isyarat memberi kata semangat buat sahabatnya itu. Entahlah sanksi apa yang akan diberikan dosen tersebut padanya, ia hanya bisa pasrah. Sebab memang baru pertama inilah dirinya akan menjalani hukuman karena membolos kuliah setelah dua bulan ini menjadi mahasiswa baru di sana.
Sedangkan Alex sendiri tetap diam, ia tetap fokus memandang ke depan tanpa menghiraukan adanya Resty disampingnya.
"Sombong amat!" Gadis itu samar-samar bergumam sendiri, mendapati pria itu yang terkesan cuek dan tak mengenalinya. Padahal hari ini saja mereka sudah bertemu dua kali.
Namun ternyata hal itu didengar oleh Alex, hingga membuat gadis itu gelagapan dan kehilangan fokus sampai membentur punggung dosen Budi yang kebetulan berada tepat didepannya.
"Kau?!!" Sergah dosen yang berkacamata tebal itu.
"Maaf, Pak." Resty tertunduk sambil mengapitkan kedua tangannya kepada dosen tersebut.
"Rasain lo!" Ejek Alex diikuti tawa kecilnya kepada gadis yang mulai memasang muka betenya karena ejekannya itu.
"Kalian sini!" Pak Budi memanggil mereka dan menunjuk ke arah lapangan basket yang berada dibelakang kampus.
"Bersihkan tempat ini sebersih mungkin. Kalau perlu kalian cabuti semua rumput liar yang tumbuh disekelilingnya juga. Jangan mengikuti kelas apapun hari ini jika hukuman ini masih belum selesai."
"Tidak ada hukuman yang lebih gentle lagi Pak? Masa saya harus nyapu juga ngepel? Itu kan pekerjaan cewek, Pak." Alex merasa keberatan dengan hukuman itu sambil menoleh kepada Resty ketika berucap kata cewek tadi.
Gadis itu melirik sekilas kepada Alex. Baru tadi itu ia memujinya karena kesopanannya terhadap mang Ujang atau maksudnya kepada orang yang lebih tua, nah sekarang? Ternyata pria itu tak cukup sopan juga. Terbukti ketika ia membantah perintah dari dosen Budi barusan.
Alex menyadari tatapan tak suka dari Resty padanya, tapi ia memilih cuek saja.
"Kalau begitu saya tambah kau push up lima puluh kali. Sudah gentle kan?"
Alex hanya bisa melotot mendengarnya. Seandainya saja sebelah telapak tangannya tidak terluka, tentu sangat sepele baginya. Tapi kalau sudah terlanjur begini harus bagaimana lagi coba?
"Ya sudahlah, lebih baik membersihkan saja kalau begitu." Suara Alex terdengar pasrah, meski sebenarnya ia sangatlah gengsi mendapatkan hukuman menyapu atau mengepel yang menurutnya bisa menurunkan pamornya sebagai ketua geng The Fly.
"Ck! Lagakmu pingin terlihat gentle didepan cewek. Baru cuma disuruh lima puluh push up sudah mundur duluan." Dosen itu terlihat sebal kepada Alex karena masih membantah dengan hukuman darinya.
Gadis itu pun tak sengaja terkekeh saat mendengar ucapan pak Budi yang begitu mengena terhadap Alex. Mungkin awalnya pria itu bertujuan agar terlihat keren saja, tapi sekarang?
"Makan tuh sapu!" umpatnya yang hanya berani berucap dalam hatinya saja.
Alex menoleh lagi pada Resty, dari tatapannya itu sudah jelas jika pria itu merasa di rendahkan karena hukuman yang harus ia jalani setelah ini. Sejenak mereka pun hanya saling beradu pandang dalam sorot mata yang sama-sama terpancar tajam.
"Pak, saya tidak--" Alex tak sengaja mengangkat telapak tangan kanannya yang terluka, sehingga dosen itu tadi tak sengaja melihat luka yang masih basah itu.
"Tanganmu kenapa?" Pak Budi menanyainya, tapi Alex sendiri langsung menyembunyikan tangannya itu dibalik punggungnya.
"E-eh tidak kenapa-napa Pak," Kilahnya langsung.
"Ya sudah lah!" Pak Budi hanya bisa menggelengkan kepalanya, merasa heran sendiri dengan muridnya yang terkenal sering bolos saat jam makulnya.
"Kalian jangan curang! Awas saja kalau kalian ketahuan. Nanti ada Romy yang menjaga kalian disini."
Romy adalah asisten dosen Budi, pria itu terkenal kutu buku namun juga begitu patuh dengan segala perintah pak Budi padanya.
"Kau!" Pak Budi memandang sejenak kepada Resty.
"Kalau kau ketahuan tidak mengikuti pelajaran saya lagi, saya jamin kau akan mengulang kelas tahun ini." Ujarnya sebelum akhirnya dosen itu pergi.
Sedang dari ujung jalan sana sudah ada Romy yang berjalan menuju keberadaan mereka guna mengawasi hukuman yang akan mereka jalani setelah ini.
Tanpa mengulur waktu lagi mereka pun mulai mengambil alat-alat kebersihan yang juga berada di sana. Menyapu, itu lah kegiatan awal yang akan mereka lakukan.
Resty menjalankan tugasnya dengan begitu semangat, karena ia ingin hukuman ini segera selesai. Sedangkan Alex terlihat kesulitan karena harus menyapu menggunakan tangan kirinya.
"Apa dia kidal?" Resty bertanya-tanya sendiri dalam hati.
"Woiy, ngapain lo bengong!" Sergah Alex, merasa tak enak sendiri di pandang oleh gadis yang ditolongnya tadi.
Resty segera tertunduk mendapati sergahan pria itu dan kembali mengerjakan tugasnya lagi. Gadis itu mulai berpikir sendiri, kenapa Alex juga bisa dihukum bersamanya. Apakah mereka sebenarnya adalah teman satu kelas? Hanya saja ia baru menyadarinya hari ini?
Jawabannya adalah memang karena Alex sering bolos, dan mungkin juga karena Resty sendiri terlalu cuek dengan teman lelaki di kelasnya sehingga membuatnya baru tahu kalau ternyata mereka adalah teman satu kelas.
Sedangkan Ika sahabatnya itu tak pernah bercerita jika Alex juga teman sekelasnya. Mungkin karena Ika sendiri tidak suka terhadapnya, atau terkesan bodo amat dengan pria yang terkenal sebagai pemimpin geng The Fly itu.
Diam-diam Resty mencuri pandang lagi terhadapnya, terlihat pria itu sedikit meringis ketika memaksakan diri menyapu menggunakan tangan kanannya. Ingin rasanya menanyai kenapa ia seperti sedang menahan sakit, cuma hal itu selalu urung mengingat pria itu terlalu cuek dengan keberadaannya.
Seketika Resty teringat dengan noda darah yang menempel di tasnya itu, ia semakin curiga jika benar tangan pria itu sedang terluka karena membantunya tadi. Dengan langkah yang masih ragu, ia pun memberanikan diri mendekat ke arah Alex berada.
Tanpa ragu lagi Resty langsung meraih tangan Alex, dan benar saja telapak tangan kanannya itu memang terluka karena tergores benda tajam yang digunakan preman itu tadi.
"Tanganmu terluka," Gadis itu langsung menarik tangannya mengajaknya untuk duduk sebentar.
"Cuma tergores kecil." Alex langsung melepas tarikan tangan Resty, namun kali ini yang berbeda darinya pria itu bersuara lembut kepadanya.
"Tapi ini kalo dibiarin bisa infeksi loh." Resty meraih tangan itu lagi. Lantas ia memandangnya lekat sambil tak terasa mulutnya meniup-niup luka itu.
Alex membiarkan saja apa yang dilakukan gadis itu, karena sebenarnya ia mulai tersita dengan kecantikan gadis itu yang membuatnya tanpa sadar mulai terpesona.
"Ehem!" Romy, sang asisten dosen Budi sengaja berdeham yang keras kepada mereka.
Resty dan Alex sama-sama menoleh ke arahnya. "Tangannya terluka. Boleh nggak kita istirahat dulu? Biar saya bantu obatin lukanya dulu." Resty meminta dispensasi kepada Romy.
Lantas kemudian Romy mengangguk setuju kepadanya. Dan mereka pun melangkah untuk duduk di tepi lapangan itu, sedang tangan itu tak terasa terus saling bergandengan.
"Hei," sapa Alex di tengah mereka menuju kursi panjang yang berada di tepi lapangan itu.
Resty menoleh sejenak ke arahnya.
"Kamu cantik!"
"Hah?"
*