Inayah Ayudia seorang gadis polos berusia 21 tahun, menjadi sekretaris dari seorang Pimpinan Perusahaan Property terbesar di kota Jakarta, bernama Ibrahim Arsenio Cipta berusia 28 tahun.
Karena keseringan bersama, lama kelamaan antara Bos dan Sekretaris itu saling membutuhkan satu sama lain. Akankah tumbuh perasaan cinta diantara mereka, dan apakah hubungan mereka berjalan dengan mulus ketika ada perbedaan status sosial?
Mampukah Inayah yang berasal dari keluarga sederhana masuk kedalam kehidupan seorang Ibra yang berlimpah dan bergelimang harta. Simak kisah mereka ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RizkiTa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Pertama (2)
Sebelum memulai mengerjakan apa yang di perintahkan oleh Ridwan, Inayah mengirimkan pesan kepada Yasmin.
Yas, kamu dimana? Udah jam 8 loh.
Beberapa menit kemudian, Yasmin masuk keruangan dengan tergesa-gesa.
“Selamat Pagi,” Ucap Yasmin.
“Baru hari pertama loh, telat?” Ucap Chintya, salah satu karyawan senior di tim mereka.
“Maaf Mbak, tadi ada kendala sedikit,” Jawab Yasmin.
Yasmin melirik ke arah Inayah, kemudian Inayah memberikan isyarat bahwa kursi kosong yang ada di sebelahnya itu adalah tempat Yasmin, dan Yasmin pun mengerti, ia langsung menghampiri Inayah dan duduk di sebelahnya.
“Siapa yang suruh kamu duduk disitu?” Tanya Chintya.
“Maaf mbak, saya kira kursi kosong ini disediakan untuk saya,” Jawab Yasmin kemudian bangkit dari duduknya.
“Memang iya, itu untuk kamu. Tapi saya kan belum persilahkan kamu duduk,” Jawab Chntya sinis.
“Maaf Mbak,” hanya itu yang bisa Yasmin ucapkan.
Sabar Yas, kita masih baru disini, dia udah senior.
“Ya sudah sekarang duduk,” Ucap Chintya.
Ini orang maunya apa sih? Yasmin menggerutu kesal kemudian duduk tepat disebelah Inayah.
“Yasmin, mending kamu samperin dulu atasan kita tuh ketua tim marketing VIP, Pak Ridwan namanya, itu yang di dalam ruangan,” Jelas Inayah. Ia berbicara sangat pelan dan hati-hati.
“Baiklah, apalagi aku terlambat hari ini, benar-benar kacau.” Kemudian Yasmin bangkit dari duduknya menuju ruangan kecil dimana Ridwan berada di dalamnya.
“Selamat pagi Pak, permisi.” Ucapnya dengan hati-hati.
“Ya, selamat pagi. Kamu pasti Yasmin, apa benar?” Jawab Ridwan dengan ramah.
“Iya Pak benar, maaf Pak saya terlambat. Apa yang bisa saya kerjakan hari ini Pak?” Kemudian Yasmin maju satu langkah.
“Iya nggak apa-apa. Kali ini kamu di maafkan, tapi lain kali jangan di ulang ya, kalau pun ada sesuatu yang mendesak sehingga membuat kamu harus datang terlambat, segera hubungi saya.” Jelasnya.
“Oh iya, kamu bantu saya disini ya. kamu lihat kan meja di sebelah sana sangat berantakan, tolong disusun kembali yang rapi dan berkasnya di masukkan ke dalam map sesuai urutan tanggalnya, paham?” Jelas Ridwan sambil mengarahkan Yasmin kepada berkas yang di maksud.
“Baik Pak,” Yasmin segera melakukan sesuai apa yang di perintahkan Ridwan.
Inayah bertanya-tanya kenapa Yasmin belum juga keluar dari ruangan itu padahal sudah sekitar sepuluh menit Yasmin berada disana.
Apa Yasmin dimarahi habis-habisan.
Ya ampun Yas, baru hari pertama. Inayah sangat mengkhawatirkan Yasmin.
Setengah jam kemudian akhirnya Yasmin keluar dari ruangan itu, Inayah lega melihatnya meski ia penasaran kenapa bisa sampai setengah jam berada diruangan itu. Yasmin pun kembali duduk tepat di sebelah Inayah.
“Gimana Yas? Kamu di marahi ya?” Bisik Inayah pelan.
“Nggak kok, Bapak itu sama sekali enggak marah, dia Cuma mengingatkan kalau seandainya aku telat lagi, setidaknya berikan kabar padanya, menghubunginya gitu.” Jelas Yasmin.
“Oh, jadi kenapa bisa lama banget di dalam ruangan?” ini lah yang membuat Inayah penasaran sejak tadi.
“Oh itu, aku disuruh Pak Ridwan untuk merapikan berkas-berkas di ruangannya,” Ucap Yasmin.
“Ehem,” terdengar deheman dari sudut kanan yang tidak lain adalah Chintya. Mereka langsung menghentikan pembicaraan.
***
Sore hari tiba, akhirnya mereka beranjak melangkahkan kaki keluar dari gedung itu.
“Kita langsung pulang atau mau kemana nih?” Tanya Ririn, mereka berempat berkumpul setelah jam pulang kantor.
“Aku mau ke toko baju langganan kita waktu kuliah dulu, aku mau beli beberapa potong kemeja dan celana panjang, soalnya bajuku udah banyak yang ketinggalan mode.” Jawab Inayah.
“Sama. Aku juga. Ayo kita kesana,” sahut Mawar.
Kemudian mereka berempat pergi ke toko baju langganan mereka, selain harganya murah, barang-barangnya juga bagus. Sesampainya disana Inayah langsung memilih beberapa potong kemeja dengan warna-warna yang gelap. Merah maroon, hitam biru dongker dan cokelat, karena ia ridak percaya diri jika harus mengenakan pakaian berwarna terang.
“Aku udah nih, kalian gimana?” tanya Inayah pada tiga sahabatnya yang masih memilih-milih.
“Bentar, ini cocok nggak buat aku?” Tanya Ririn.
“Cocok Rin, manis sekali kalau kamu pakai itu.”
“Okelah ayo,”
Mereka membayar di kasir, saat giliran Inayah ia agak sedikit khawatir apakah uang yang ia bawa cukup untuk membayar baju-baju yang telah ia pilih.
“Totalnya enam ratus lima puluh ribu rupiah Mbak,” Ucap wanita oenjaga kasir.
“Oh oke sebentar Mbak,” Inayah mengeluarkan sejumlah uang tersebut dari dalam tasnya.
Alhamdulillah cukup.
Mereka berempat Pergi toko baju bersama-sama menggunakan mobil Yasmin. Kemudian karena rumah Mawar dan Ririn tak searah dengan Yasmin. Mereka melanjutkan perjalanan pulang dengan menggunakan ojek online. Sementara Inayah yang searah, tetap ikut bersama Yasmin.
***
Bersambung...
kerja apapun
mSak tidur di jam kerja
dan LG Inayah ini gak ada sopan2 nya sama atasan
wajar Ibra bilang gak tau diri