NovelToon NovelToon
Cinta Di Bawah Hujan Season 1

Cinta Di Bawah Hujan Season 1

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Kisah cinta masa kecil / Cinta Murni / Tamat
Popularitas:192
Nilai: 5
Nama Author: Rindi Tati

Di tengah derasnya hujan di sebuah taman kota, Alana berteduh di bawah sebuah gazebo tua. Hujan bukanlah hal yang asing baginya—setiap tetesnya seolah membawa kenangan akan masa lalunya yang pahit. Namun, hari itu, hujan membawa seseorang yang tak terduga.

Arka, pria dengan senyum hangat dan mata yang teduh, kebetulan berteduh di tempat yang sama. Percakapan ringan di antara derai hujan perlahan membuka kisah hidup mereka. Nayla yang masih terjebak dalam bayang-bayang cinta lamanya, dan Arka yang ternyata juga menyimpan luka hati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rindi Tati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Eps 19

Cinta di Bawah Hujan

Arka berdiri di depan Nayla dengan wajah penuh penyesalan. Rambutnya berantakan, matanya sembab, kemejanya kusut seperti orang yang tidak tidur semalaman. Ia menatap Nayla seolah takut kehilangan, seolah satu kata dari bibir perempuan itu bisa menghancurkan seluruh dunianya.

“Nayla…” suaranya serak, bergetar. “Aku minta maaf. Aku tahu semalam kamu lihat sesuatu yang bikin hati kamu hancur. Tapi aku sumpah, aku nggak pernah undang Karin ke kantor. Dia datang tiba-tiba. Aku juga kaget.”

Nayla menunduk, tangannya menggenggam erat ujung bajunya. Hatinya ingin percaya, tapi matanya semalam melihat pemandangan yang menusuk lebih dalam dari seribu pisau. “Arka, masalahnya bukan cuma Karin datang atau nggak. Masalahnya, aku udah capek. Capek harus terus merasa nggak cukup. Capek selalu dihantui rasa takut.”

Arka melangkah mendekat, tapi Nayla mundur satu langkah. Ia menahan napas, takut jarak yang terlalu dekat akan melemahkan hatinya.

“Aku nggak pernah bosen bilang, kamu satu-satunya buat aku,” Arka melanjutkan. “Aku tahu aku banyak salah, aku tahu aku nggak bisa ngilangin masa lalu aku begitu aja. Tapi aku janji, Nay, aku nggak akan biarin siapa pun ganggu hubungan kita lagi. Termasuk Karin.”

Air mata Nayla mengalir, tapi kali ini bukan hanya karena marah atau sakit hati—juga karena dilema yang membuatnya hampir tak mampu berdiri. Ia mencintai lelaki itu, lebih dari apa pun. Tapi cinta saja cukupkah?

Rani yang sejak tadi mengawasi dari jauh akhirnya mendekat, meletakkan tangannya di bahu Nayla. “Kamu nggak harus mutusin sekarang kalau kamu belum siap, Nay,” ucapnya lembut. “Tapi jangan biarin dirimu terus-terusan disiksa sama rasa takut.”

Nayla menarik napas panjang, mencoba menata kata-katanya. “Arka, aku butuh waktu. Aku butuh ruang buat yakin lagi. Aku nggak bisa langsung percaya setelah semua yang terjadi. Kalau kamu bener-bener sayang, kasih aku kesempatan buat tenang dulu.”

Arka menatapnya, wajahnya pucat. “Kamu… mau pergi dari aku?”

“Aku nggak bilang aku pergi. Aku cuma bilang aku butuh waktu.” Suara Nayla bergetar, tapi tegas. “Aku nggak mau ambil keputusan karena emosi. Aku mau ambil keputusan karena yakin. Dan untuk yakin, aku butuh jarak.”

Arka terdiam lama, lalu akhirnya mengangguk dengan pasrah. “Kalau itu yang kamu mau, aku akan kasih. Tapi satu hal yang harus kamu tahu, Nay—aku nggak akan berhenti berjuang buat kamu. Sekalipun kamu butuh seribu tahun, aku tetap akan nunggu.”

Kalimat itu menusuk hati Nayla, membuat air matanya semakin deras. Ia ingin memeluk lelaki itu, ingin merasakan kehangatan yang selama ini membuatnya bertahan. Tapi ia juga tahu, memeluk sekarang hanya akan memperpanjang luka yang belum sembuh.

Arka akhirnya pergi dengan langkah berat, menoleh sekali sebelum masuk ke mobilnya. Tatapan itu—campuran cinta, penyesalan, dan ketakutan—akan selalu melekat di benak Nayla.

Ketika mobil itu menghilang di tikungan, Nayla jatuh terduduk. Rani segera memeluknya erat. “Kamu kuat, Nay. Aku tahu ini nggak gampang. Tapi apapun pilihanmu nanti, pastikan itu buat kebahagiaanmu, bukan karena kamu takut kehilangan.”

Hari-hari berikutnya, Nayla mencoba fokus pada dirinya sendiri. Ia kembali mengajar anak-anak di sanggar seni, mengisi waktunya dengan kegiatan yang ia cintai. Perlahan, ia merasakan kedamaian yang sempat hilang. Meski bayangan Arka masih sering hadir, ia belajar meletakkan hatinya di tempat yang lebih sehat.

Sementara itu, Arka menepati janjinya. Ia tidak memaksa, tidak mengejar dengan berlebihan. Tapi hampir setiap hari, ia mengirim pesan singkat: “Selamat pagi, semoga harimu indah.” atau “Aku di sini kalau kamu butuh.” Pesan sederhana, tapi cukup membuat Nayla tahu bahwa lelaki itu masih berpegang pada cintanya.

Namun, masalah tidak berhenti sampai di sana. Karin kembali muncul, kali ini dengan lebih agresif. Ia mendatangi sanggar seni tempat Nayla mengajar, berpura-pura ingin mendaftarkan keponakannya. Nayla terkejut, tapi berusaha tetap tenang.

“Kamu masih yakin Arka milikmu?” tanya Karin dengan senyum dingin, saat mereka bertemu di halaman sanggar. “Percaya deh, cepat atau lambat dia bakal balik ke aku. Kamu nggak akan bisa ngalahin kenangan yang kita punya.”

Kata-kata itu menusuk Nayla. Tapi berbeda dengan sebelumnya, kali ini ia tidak menangis atau lari. Ia menatap Karin lurus-lurus, dengan keberanian yang baru lahir dari luka hatinya. “Kalau Arka balik ke kamu, itu artinya dia memang bukan untuk aku. Dan aku nggak akan lagi buang air mata untuk orang yang nggak milih aku.”

Karin terdiam, wajahnya memucat sejenak sebelum akhirnya menyunggingkan senyum sinis dan pergi.

Saat itu, Nayla menyadari sesuatu: ia tidak lagi takut. Rasa cintanya pada Arka masih ada, tapi ia juga sudah lebih kuat. Ia tahu bahwa apapun yang terjadi, ia akan baik-baik saja.

Dan di situlah kekuatan cinta yang sebenarnya mulai tumbuh—cinta yang tidak hanya bergantung pada orang lain, tapi juga berakar dari dirinya sendiri.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!