NovelToon NovelToon
IBU SUSU PUTRIKU WANITA GILA

IBU SUSU PUTRIKU WANITA GILA

Status: tamat
Genre:Romantis / Duda / Balas Dendam / Ibu Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Ibu susu / Tamat
Popularitas:144.3k
Nilai: 5
Nama Author: Archiemorarty

Davian Meyers ditinggal oleh istrinya kabur yang mana baru saja melahirkan putrinya bernama Cassandra Meyers.

Sayangnya Cassandra kecil justru menolak semua orang, selalu menangis hingga tidak mau meminum susu sama sekali.

Sampai dimana Davian harus bersedih hati karena putri kecilnya masuk rumah sakit dengan diagnosa malnutrisi. Hatinya semakin hancur saat Cassandra kecil tetap menolak untuk menyusu. Lalu di rumah sakit Davian menemukan putrinya dalam gendongan seorang wanita asing. Dan mengejutkannya Cassandra menyusu dengan tenang dari wanita tersebut.

Akan tetapi, wanita tersebut tiba-tiba pergi.

Demi kelangsungan hidup putrinya, Davian mencari keberadaan wanita tersebut lalu menemukannya.

Tapi bagaimana jika wanita yang dicarinya adalah wanita gila yang dikurung oleh keluarganya? Akankah Davian tetap menerima wanita itu sebagai ibu susu putrinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 33. PIKIRAN

Kesunyian malam menyelimuti kediaman Meyers. Di luar, angin musim gugur berhembus lembut, membawa aroma tanah basah dan dedaunan kering yang berjatuhan. Namun di dalam ruang rawat itu, Olivia tak mampu merasakan ketenangan sedikit pun.

Di atas ranjang, tubuhnya memang berbaring, tetapi pikirannya tidak pernah berhenti berlari. Detak jam di dinding yang terdengar tik-tok perlahan justru menambah tekanan di dadanya. Bayangan tentang Cassandra kecil, yang ternyata adalah darah dagingnya sendiri, berputar-putar tak kenal lelah di kepalanya.

"Apa yang harus kulakukan?" bisiknya lirih, seakan bertanya pada ruang kosong. Matanya menatap langit-langit putih pucat yang terasa dingin.

Ia masih ingat jelas bagaimana kebenaran itu terungkap. Bahwa bayi mungil yang selama ini diasuhnya, yang menangis hanya dalam pelukan dirinya, ternyata memang sungguh anak kandung Olivia sendiri. Daging dari dagingnya. Darah dari darahnya. Bagi yang ia lahirkan. Tes DNA itu membuktikan keraguannya selama ini tentang apakah sungguh Cassandra adalah bayinya yang hilang atau bukan.

Seketika semua yang pernah ia jalani bersama Cassandra terasa berbeda. Senyuman bayi itu, rengekannya, bahkan aroma tubuh mungilnya. Ada ikatan tak kasat mata yang kini semakin menjerat hatinya erat-erat.

Namun, justru dari ikatan itu lahir kecemasan baru.

Apakah Olivia berhak menuntut Cassandra untuk dibawa bersamanya? Apakah ia harus angkat kaki dari rumah megah keluarga Meyers, meninggalkan segala kenyamanan yang semu, lalu memulai hidup baru di kota asing bersama bayi kecil itu?

Pertanyaan-pertanyaan itu menusuk benaknya berkali-kali, hingga ia merasa dadanya sesak.

Olivia menutup mata, mencoba membayangkan bagaimana hidupnya kelak jika ia benar-benar membawa Cassandra pergi.

Mungkin Olivia bisa menjual sedikit aset warisan yang masih tersisa, aset peninggalan ayah kandungnya yang belum sepenuhnya disentuh oleh ibu tirinya. Ada beberapa bidang tanah kecil di pinggiran kota, juga sejumlah tabungan lama yang ia tahu masih tersimpan di bank.

"Aku bisa memulainya dari sana," gumamnya dalam hati. Memikirkan kemungkinan yang ia sendiri ragu.

Olivia membayangkan dirinya tinggal di rumah sederhana, jauh dari hiruk pikuk kota besar yang penuh intrik dan rahasia. Hanya ada ia dan Cassandra. Olivia yang akan menyusui, membesarkan, dan melindungi bayinya dengan segala cara. Tidak ada lagi tatapan tajam orang-orang, tidak ada lagi kecemasan akan rahasia yang terbongkar.

Namun, apakah itu sungguh mungkin?

Olivia meneguk ludah, menyadari bahwa ia bukan siapa-siapa. Ia bukan perempuan kaya raya, bukan pula istri sah dari seorang pria berkuasa. Selama ini ia tinggal di rumah Meyers bukan karena status, melainkan karena kebetulan dan kebutuhan: ia hanyalah ibu susu.

Kini, setelah tahu kebenaran itu, dunia seolah memaksanya mengambil keputusan yang jauh lebih besar dari pada dirinya.

"Bagaimana jika aku tak mampu melindungi Cassandra?" gumam Olivia lagi.

Pertanyaan itu muncul tanpa diundang. Olivia menegakkan tubuhnya, menatap jendela yang setengah terbuka. Di luar sana, dunia terlalu besar, terlalu kejam. Bagaimana ia bisa menjaga Cassandra dari ancaman yang bahkan ia sendiri tak mengerti?

Belum lagi bayangan tentang Davian.

Apakah pria itu akan mengizinkannya pergi? Bagaimana jika Davian menolak melepaskan Cassandra? Bukankah Cassandra juga darah dagingnya?

Hatinya semakin berkecamuk.

Sejenak, Olivia merasa dirinya terjebak dalam lingkaran tak berujung. Keputusan apa pun yang ia ambil, akan selalu ada konsekuensi besar di baliknya.

Tangannya mengepal erat di atas selimut. "Aku hanya ingin hidup tenang bersama putriku ... hanya itu."

Pintu kamar rawat itu berderit pelan. Olivia terperanjat, buru-buru menenangkan dirinya dari segala pergumulan hati dan pikiran.

Davian masuk dengan langkah tenang, meski sorot matanya tajam seakan mampu membaca isi kepala Olivia. Pria itu berdiri di sisi ranjang, memperhatikan wajah Olivia yang tampak resah.

"Kau tidak terlihat baik-baik saja," ucap Davian dengan nada lembut, namun mengandung perhatian yang terselubung. "Ada sesuatu yang kau pikirkan, Olivia?"

Olivia menunduk, menahan gelombang emosi yang hampir meluap. "Aku ...," suaranya tercekat. "Aku hanya memikirkan Cassandra."

Nama itu membuat mata Davian berkilat sesaat. Ia mendekat, duduk di kursi samping ranjang, tubuhnya condong ke arah Olivia. "Apa yang kau pikirkan tentang Cassandra?” tanyanya pelan, hati-hati.

Olivia menatapnya, mata berkaca-kaca. "Aku tak tahu harus bagaimana, Davian. Sekarang aku tahu dia darah dagingku. Aku tak bisa berpura-pura lagi. Aku tak bisa hanya berdiri di sisinya sebagai ibu susu. Aku ingin aku ingin hidup bersama putriku. Memulai hidup baru."

Kata-kata itu membuat ruangan mendadak hening. Davian menatap Olivia lama sekali, seolah mencoba mencerna setiap huruf yang keluar dari bibir wanita itu.

Akhirnya, Davian menghela napas dalam. "Kau benar-benar memikirkannya?"

Olivia mengangguk pelan, meski tangannya gemetar. "Aku hanya mengkhawatirkan anakku. Bagaimana kehidupannya selanjutnya. Aku hanya ingin putriku hidup jauh dari segala intrik dan orang-orang jahat."

Davian menunduk, menyandarkan siku di lututnya, lalu menautkan jemarinya. Sorot matanya redup, namun dalam. "Olivia ... jangan katakan kau ingin pergi dari rumahku?"

Olivia terdiam, merasa tertangkap basah.

"Karena kalau kau pergi, kau tidak hanya membawa Cassandra. Kau juga merenggut sesuatu yang berharga dariku." Suara Davian meninggi, penuh ketegasan. "Kau lupa? Cassandra juga darah dagingku. Dia bukan hanya milikmu. Dia juga milikku. Dan aku tidak akan membiarkan kalian pergi."

Olivia terperangah. "Davian ..."

Pria itu menatapnya lurus, tak memberi celah. "Aku akan bertanggung jawab. Tidak hanya untuk Cassandra, tapi juga untukmu."

Kata-kata itu menghantam hati Olivia seperti badai. Ia ingin percaya, ingin menyerahkan segalanya pada janji itu, tetapi keraguannya terlalu besar.

"Bagaimana bisa kau begitu yakin? Hidup ini tidak sesederhana itu. Kau seorang Meyers, dengan segala beban nama besarmu. Sedangkan aku ... aku hanyalah perempuan biasa dengan banyak masalah dan konflik. Kau akan mendapatkan masalah jika terus berurusan denganku."

Davian bangkit berdiri, wajahnya semakin tegas. "Kau bukan masalah, kau bukan beban. Jangan pernah berkata begitu lagi, Olivia."

Olivia terdiam.

Davian mencondongkan tubuh, mendekat ke arah Olivia hingga jarak mereka begitu tipis. "Olivia, mulai sekarang kau harus mengerti. Aku tidak akan membiarkanmu pergi. Karena kau bukan hanya ibu susu, bukan hanya seorang perempuan yang kebetulan hadir di hidupku. Kau adalah ibu dari anakku. Dan itu berarti kau juga bagian dariku. Keadaan sudah berubah. Aku yang akan menjagamu dan juga putri kita mulai sekarang," ucapnya lembut.

Air mata Olivia pecah. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan, sementara tubuhnya bergetar menahan isak.

Davian meraih tangan Olivia perlahan, menyingkirkan jemari yang menutupi wajahnya. "Lihat aku," ucapnya lembut namun tegas.

Olivia menurunkan tangannya perlahan, menatap mata Davian yang dalam dan penuh keyakinan.

"Kau tidak sendirian lagi," lanjut Davian. "Kau tidak perlu melarikan diri, tidak perlu berjuang apa pun, tidak perlu menanggung beban itu sendirian. Biarkan aku menanggungnya bersamamu. Biarkan aku bertanggung jawab, sebagai ayah Cassandra dan sebagai seseorang yang peduli padamu. Aku bukan pria brengsek yang akan menelantarkan putriku sendiri dan juga ibunya. Aku tahu hubungan kita terkesan aneh dari awal. Jadi karena itu, aku ingin memulai semua dari awal. Hubungan kita, interaksi kita, dan juga status kita."

Hati Olivia bergetar hebat. Sebagian dari dirinya ingin menyerah pada ketegasan Davian, ingin memercayai bahwa masa depan mereka bisa diatur bersama. Namun sebagian lain masih dihantui rasa takut, masih ragu apakah ia benar-benar pantas.

"Davian," suaranya parau. "Aku takut, terlalu banyak yang terjadi padaku sampai detik ini. Dan mendapatkan hal baik seperti ini justru membuatku takut."

Pria itu meremas lembut tangan Olivia. "Kalau begitu, biarkan aku jadi alasanmu untuk tidak takut. Aku akan menjadi penopang hingga tamengmu. Jadi karena itu. Jangan pergi dariku apalagi sampai membawa putri kita."

Keheningan kembali memenuhi ruangan. Namun kali ini, keheningan itu tidak sama seperti sebelumnya. Ada sesuatu yang berubah, sebuah tekad baru yang perlahan merayap masuk ke hati Olivia.

Ia belum benar-benar yakin, belum sepenuhnya berani, tetapi kata-kata Davian telah menyalakan cahaya kecil di dalam gelap pikirannya.

Mungkin, untuk pertama kalinya, ia tak harus berjuang sendirian. Hingga akhirnya Olivia mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Davian barusan.

1
Ima Kristina
Semuga tidak ada perusak rumah tangga Davian dan Olivia
Ima Kristina
next
Ima Kristina
Davian sungguh tulus menyayangi Olivia
Ima Kristina
Mungkinkah yang bertamu adalah tuan Morgan.... Olivia menerima kejutan bertubi tubi
Ima Kristina
Cassie usia berapa sich Thor setau aku MPASI mulai usia 6 bulan bukan
Archiemorarty: yeps 6 bulan, kan Olivia dah lama di rumah Davian. di skip aja...biar gx kelamaan /Slight/
total 1 replies
Ima Kristina
Semuga papa kandung Olivia masih hidup dan segera kembali
Ima Kristina
rasain Mak Lampir masuk hotel prodeo
Ima Kristina
Siapa yang datang thor...tuan Morgan kah atau polisi
Ima Kristina
lanjut lanjut penasaran Kakaa
Ima Kristina
Mak Lampir Natali juga dihukum kan Thor
Archiemorarty: Harus donk ini
total 1 replies
Ima Kristina
Lalu bagaimana dengan tuan Morgan yang hilang Thor dan ibu tiri Olivia si mak Lampir Natali
Archiemorarty: lanjut...bakal ke jawab nanti /Chuckle/
total 1 replies
Ima Kristina
co cweet
Ima Kristina
Ini ceritanya Davian nebeng pada acara pertemuan investor untuk melamar Olivia /Facepalm//Facepalm/
Archiemorarty: Sekalian menurutnya /Facepalm/
total 1 replies
Ima Kristina
Woww Olivia kerennn
Ima Kristina
Pasti Raymond gak menyangka wanita itu adalah Olivia
Ima Kristina
Benar apa kata Davian ini saatnya kamu membalas perbuatan jahat Raymond dan sekutunya ambil kembali hartamu Olivia
Ima Kristina
Raymond sombong banget jadi orang tunggu kehancuranmu
Ima Kristina
makin seru ceritanya Thorr menghibur banget
Ima Kristina
Pasti sedih kecewa karena dibohongi tapi Davian kamu harus tetap berdiri tegak demi Cassie dan Olivia
Ima Kristina
Kok Davian tidak melamar Olivia sih Thor....kan sudah jelas Cassie diantara mereka
Archiemorarty: Ada saatnya /Proud/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!