Dosenku Suamiku

Fadila masuk ke dalam rumah tanpa mengucap salam. Wanita itu masuk lalu membuang Tote bag nya di atas sofa. Begitu juga dengan Nikollas, pria itu juga membuang tasnya di sofa. Baik Nikollas maupun Fadila mendengus kesal karena hanya makan siang tahu isi, pisang goreng dan bakwan.

"Huh! Dasar suami ngik-ngik!" ketus Fadila sambil mendudukkan bokongnya di sofa dan menyandarkan kepalanya.

"Suami ngik-ngik? Maksudnya?" tanya Nikollas tak mengerti. Pria itu juga duduk di sofa namun dengan jarak yang lumayan jauh.

"Suami ngik-ngik itu suami yang otaknya greng-greng" jelas Fadila.

Nikollas menggeleng tak mengerti. "Nggak ngerti aku" ujar Nikollas.

"Bagaimana suasana hati kalian hari ini?" tanya Farhan.

"Baik. Kami baik-baik saja. Iya kan, Kak?" balas Fadila dengan santai sambil memberi kode Nikollas untuk mengiyakan.

"Jelas kami baik-baik saja" sambung Nikollas tersenyum.

"Apa mereka pikir bisa membodohi ku" batin Farhan.

Farhan ke dapur untuk makan siang. Pria itu tidak mengajak Fadila maupun Nikollas. Farhan hanya memberi pelajaran pada Nikollas dan Fadila agar mereka berdua tidak mengulangi kesalahan yang mereka perbuat. Terlebih lagi mengenai shalat.

"Kakak, aku punya uang di ATM. Bagaimana kalau kita ke ATM mengambil uang lalu kita makan di warung" kata Fadila dengan mata berbinar.

"Kamu ambil uang tanpa memberitahu suamimu kan. Nggak baik berbohong pada suami" kata Nikollas mengingatkan.

"Iya juga sih. Lalu kita bagaimana?" tanya Fadila cemberut.

"Haissss!! Ayo ikut aku ke dapur. Kita sudah menerima hukuman jadi kita bisa makan di rumah" ujar Nikollas menarik ujung jilbab Fadila. Pria itu cukup menghargai wanita berjilbab jadi sudah pasti dia tidak akan memegang tangan Fadila.

"Benar juga" gumam Fadila membiarkan Nikollas menarik ujung jilbabnya.

Di meja makan, Fadila duduk di samping suaminya. Sementara Nikollas duduk di depan Farhan. Saat makan, tidak ada yang bersuara. Hanya bunyi sendok yang terdengar. Fadila dan Nikollas mempergunakan waktu itu, mereka tidak mau membuka suara yang nantinya akan membuat Farhan menegur mereka.

Setelah makan siang, Fadila mencuci piring sementara Nikollas membersihkan meja. Sedangkan Farhan hanya duduk diam memantau pekerjaan Fadila dan Nikollas. "Nikollas, setelah membersihkan meja kamu masuk ke kamar dan tidur siang" titah Farhan tanpa ekspresi.

"Buset. Dosen ramah dan humoris mulai galak sekarang" batin Nikollas. "Iya, Om" balas Nikollas dengan halus. Setelah membersihkan meja, Nikollas kembali ke kamarnya. Sementara Fadila masih di dapur bersama Farhan.

"Sudah, By?" tanya Farhan.

"Sudah" balas Fadila memelankan suaranya.

"Jangan sok kalem. Sekarang juga masuk kamar dan ganti bajumu lalu tidur siang" kata Farhan.

"Huh! Baru juga bolong sekali hukumannya sudah seperti ini. Aku tobat nggak shalat subuh" batin Fadila mendengus kesal. Setelah mencuci piring, Fadila bergegas ke kamar untuk mengganti pakaian dan tidur siang.

...-----...

Adzan magrib terdengar bergema di masjid. Terlihat Farhan sedang bersiap-siap untuk shalat berjamaah di masjid. Sementara Fadila masih berada di dalam kamar mandi. Entah apa yang wanita itu lakukan, yang pasti, sudah hampir dua puluh menit dia berada di dalam kamar mandi.

"Jangan lupa shalat ya. Aku ke masjid dulu" kata Farhan sebelum keluar dari kamar.

"Iya, By" balas Fadila dari dalam kamar mandi.

Farhan keluar dari kamar, mendapati Nikollas berdiri di depan pintu utama. "Ayo kita berangkat" ajak Farhan. Mood pria itu mulai membaik.

"Ayo" balas Nikollas tersenyum. Nikollas dan Farhan pun ke masjid.

...--...

Setelah shalat magrib dan isya, Farhan dan Nikollas langsung kembali ke perumahan. Kedua pria itu duduk di sofa sambil menyaksikan siaran televisi ditemani kue kering yang ada di atas meja. Ketukan pintu rumah membuat Farhan dan Nikollas saling tatap.

"Biar aku yang buka" kata Fadila yang baru saja keluar dari kamar.

Cek--lek... (Pintu terbuka lebar)

"Mari masuk Tante" Fadila mempersilahkan Mama Nikollas masuk ke dalam rumah. Mama Nikollas masuk ke dalam tanpa mengucap salam.

"Dasar Ibu-Ibu jahat!" batin Fadila mengumpat.

"Ibu" Nikollas terkejut melihat Ibunya. Di tangan Ibunya ada ampload coklat dan kunci rumah serta kunci motor.

"Silahkan duduk, Kak" kata Farhan. Ibu Nikollas duduk di samping Nikollas. Menatap putranya yang menunduk.

"Ini uang untuk kamu. Gunakan uang ini dengan sebaik mungkin. Sesuai kesepakatan Ibu dan Papa. Ibu akan mendidik mu sampai kamu berumur 20 tahun. Setelah itu kamu akan menjadi tanggung jawab Papa. Dan jangan lupa undang Ibu bila nanti kamu akan menikah dengan wanita yang dijodohkan denganmu" ujar Ibu Nikollas.

"Dan ini kunci rumah dan kunci motor. Ibu nggak akan tinggal di Kota ini lagi. Sekarang Ibu dan Ayah akan ke Bandara. Kami akan menetap di Surabaya. Kamu bisa datang jika kamu ingin datang menjenguk kami" sambung Ibu Nikollas seraya menyerahkan kunci motor, kunci rumah dan uang sebanyak sepuluh juta.

Netra mata Nikollas mulai berkaca-kaca. Pria berhati lembut seperti wanita itu tak dapat memendam kesedihannya. "Ibu, kenapa Ibu dan Ayah harus pergi? Kenapa kalian nggak tunggu aku wisuda"

"Ibu dan Ayah akan datang saat kamu wisuda nanti. Niko, maafkan Ibu yang selalu memarahi mu dan mengusir mu dari rumah. Maafkan Ibu yang selalu melampiaskan kemarahan Ibu padamu. Maafkan Ibu yang membuatmu lahir dengan cara yang tidak baik" ujar Ibu Nikollas dengan netra mata yang mulai berkaca-kaca.

"Ibu" Nikollas memeluk erat Ibunya. "Aku pernah nyalahin Ibu. Maafkan aku ya, Bu .." kata Nikollas.

"Jangan menolak wanita yang sudah dijodohkan denganmu. Menikahlah dengannya setelah kamu wisuda nanti" kata Ibu Nikollas seraya mengelus pundak putranya.

Nikollas melepas pelukan Ibunya. Pria itu menggeleng tanda tak setuju. "Aku mencintai juniorku, Bu. Tolong bujuk Papa untuk tidak menjodohkan aku" pinta Nikollas.

"Maafkan Ibu" ujar Ibu Nikollas lalu beranjak dari duduknya dan keluar dari rumah Farhan

Nikollas menghampiri Farhan. "Om, apa Om juga tahu tentang hal itu?" tanya Nikollas.

"Iya" balas Farhan dengan jujur.

"Tolong bujuk Papa untuk membatalkan perjodohan itu. Aku mencintai Ummu, Om. Aku nggak mau menikah dengan wanita lain selain Ummu" pinta Nikollas terisak.

"Haiss!! Kamu membahas pernikahan tapi kamu sendiri seperti anak kecil. Jangankan wanita yang di jodohkan denganmu, Ummu pun nggak akan mau menikah dengan pria lemah sepertimu. Dikit-dikit nangis. Kamu laki-laki atau perempuan sih!" sindir Farhan.

"Aku laki-laki" balas Nikollas sambil menyeka air matanya.

"Fadila jangan tertawa" ujar Farhan. Pria itu tahu, istrinya pasti akan tertawa. Menertawakan Nikollas yang menangis layaknya anak wanita.