Kekejaman dan sifat arogan dari seorang pengusaha muda yang banyak digandrungi para wanita serta pebisnis karena perusahaannya yang mendunia tidak dapat diragukan lagi.
Meski kejam tapi dia memiliki wajah sangat tampan dan banyak uang.
Itulah yang membuat wanita berlomba mendapatkan perhatiaannya.
Namun tidak dengan seorang gadis pemiliki coffe shop seberang kantornya.
Jika para wanita berteriak memanggil namanya dan memujanya, maka gadis itu hanya diam saja dengan cueknya.
Hal itulah yang membuat pengusaha itu penasaran dengan si gadis yang cuek dan dingin itu.
Apakah pengusaha itu mampu mendapatkannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lijun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30
El tersenyum melihat kebingungan Seina yang tidak percaya.
"Apa kamu tidak yakin kalau itu kafe milikmu?" tanya El yang berdiri dibelakang Seina.
"Seperti iya tapi tidak mungkin, kalau tidak mungkin apa iya bisa sama persis begitu" ucapnya bingung.
"Bagaimana kalau telpon temanmu saja untuk memastikan" ucap El.
"Caranya?" tanya Seina yang masih bingung.
"Sudah berapa lama kamu menempati kafe itu?"
"Hm 2 tahun"
"Apa yang ada didekat kafemu?"
"Yang paling dekat ya perusahaan E'R Corp yang cuma dari situ sampai.."
Seina kembali membulatkan matanya memandang El tidak percaya.
"Maksud kamu kita sekarang ada di perusahaan itu?" tanya Seina sedikit berteriak.
Untung saja ruang tamu itu area yang jarang dilewati para karyawan jadi tidak ada yang mendengarkan suara mereka.
"Yap benar" jawab El.
"Kamu bekerja disini? ya ampun kalau gitu aku pergi ya nanti bos kamu marah lagi liat ada orang asing masuk" kata Seina panik.
"Siapa orang asing?" tanya El pura-pura polos.
"Aku bukan karyawan sini nanti kalau bos kamu tahu, kamunya bawa orang lain yang bukan karyawan bisa gawat"
"Gawatnya?"
"Aduh nanti kamu dipecat atau dimarahi gimana? aku sering dengar dari teman kamu yang lain katanya direktur perusahaan ini kejam dan tidak berperasaan" bisik Seina diakhir kalimatnya.
El berusaha mati-matian menahan tawanya agar tidak pecah karena kepolosan gadis di depannya yang sangat luar biasa. Bagaimana mungkin dia bisa bicara begitu padahal yang punya sudah ada didepan matanya.
"Hey kok diam sih, aku pergi ajalah" Seina bergerak akan pergi tapi ditahan oleh El.
Mana mungkin dia bisa melepaskan permata seperti ini. Di saat para gadis menggilainya dan menginginkannya gadis ini malah tidak tahu siapa dia, tinggal di plenet mana sebenarnya dia.
"Seina tenanglah tidak akan ada yang memarahi kamu disini" ucap El
"Mana mungkin nggak ada yang marahin? uda ah aku pergi" kekeh Seina.
"Hey lihat aku Seina" yang merasa namanya di sebut melihat.
"Apa kamu benar-benar tidak tahu siapa pemilik perusahaan yang besar dan berkuasa ini?" tanya El memastikan.
Seina duduk disofa diikuti El disampingnya.
"Aku cuma tahu dia itu orangnya kejam, angkuh dan tidak berperasaan, kalau bagaimana bentuk orangnya mana aku tahu" kata Seina.
"Lalu kamu tahu dari mana kalau pemilik perusahaan ini orangnya seperti itu?"
"Para karyawan yang bekerja di sini hampir semua makan di kafe ku setiap jam makan siang, meskipun aku hanya didapur atau memantau sebentar keadaan diluar tapi telingaku masih bisa dengar apa yang mereka ucapkan hampir setiap harinya"
El yang baru tahu akan hal itu jadi semakin penasaran apa penilaian para karyawannya pada dirinya selama ini.
"Apa lagi yang mereka bilang?"
Seina menatap tidak percaya pada pemuda di sampingnya.
"Kamu kan kerja disini juga masa nggak tahu apapun?" herannya.
"Kalau aku tahu nggak tanya kamukan"
Seina menghela napas sejenak lalu bicara.
"Aku juga nggak tahu pastinya kayak gimana yang pasti kata mereka direkturnya itu suka marah trus pandangan matanya tajam wajahnya seram kalau mereka salah sedikit pasti di kasi tatapan kayak gitu, rasanya jantung mereka mau copot katanya kalau udah masuk ruang rapat yang dipimpin bosnya langsung" kata Seina dengan wajah seriusnya menatap El.
Mata El mengerjap beberapa kali karena ditatap seserius itu oleh Seina. Jadi begitu selama ini yang mereka nilai darinya, bagus kalau begitu pikir El.
Karena baginya penilaian seperti itu bukan hanya dari karyawannya saja tapi para rekan bisnisnya juga demikian. Tapi tidak masalah selama mereka bekerja dengan baik ditempatnya.
"Kamu sudah pernah bertemu dengannya?" tanya El.
"Nggak, nggak mau juga" jawab Seina lugas.
"Kenapa? diakan orang kaya banyak uang, harta benda, aset, kalau kamu bisa dekat kamu nggak perlu kerja lagikan! cukup duduk manis terima uang berlimpah darinya, banyak juga wanita yang ngejar-ngejar dia, kali aja kamu beruntung bisa jadi pacarnya."
"Kamu kira aku wanita yang akan melakukan segalanya demi uang begitu? lebih baik nggak kenal sama dia jadi hidupku bebas tanpa kekangan dan belenggu uangnya"
El menatap intens mata Seina mencari kebohongan dari ucapan gadis itu. Tapi yang El dapatkan hanya kejujuran dari setiap ucapannya.
Semakin mantaplah hati El untuk menaklukan makhluk langka seperti Seina ini. Dia bukan tipe gadis yang suka mengejar pria hanya karena hartanya.
"Tapi dia sangat tampan loh, nanti kamu menyesal nggak jadi sama dia" pancing El lagi.
"Selama ini juga aku nggak pernah dekat sama pria manapun jadi setampan apapun dia aku nggak bakal ngaruh juga, pekerjaan ku lebih penting" kata Seina pasti.
Senyum El mengembang untuk Seina dengan penuh keyakinan kalau gadis ini sangat tepat untuknya.
"Aku pergi ya" kata Seina bangkit dari duduknya tapi kembali ditarik lagi oleh El hingga duduk dipangkuannya.
"Mau lihat sesuatu nggak?" tawar El.
"Apa?"
El menyerahkan ponsel Seina yang dia ambil dari saku celananya. Tentu saja Seina senang mendapatkan kembali ponsel yang sudah sejak lama ia miliki.
Hadiah ulang tahun dari papanya sebelum mereka kecelakaan. Seina mengira sudah kehilangan satu-satunya barang penuh kenangan itu tapi ternyata dia mendapatkannya lagi.
"Di mana kamu menemukannya? aku kira ini sudha hilang" kata Seina senang bahkan sangat terlihat kebahagiaan itu diwajahnya.
"Kamu lupa kalau aku juga ada di tempat itu" ucap El menjawil pipi chuby Seina.
"Terima kasih" kata Seina dengan senyum manisnya yang mampu membuat El membeku.
Setelah menunggu lama akhirnya senyuman itu dia lihat juga bahkan diberikan untuknya sebagai ucapan terima kasih. Manis sekali gadisnya ini.
"Kamu telpon teman kamu trus minta dia keluar kafe cariin kamu" kata El yang berusaha menyembunyikan kagumnya karena tidak ingin ketahuan kalau.
"Ok" sahut Seina hendak pergi tapi ditahan lagi oleh El.
"Mau kemana?" tanya El memgang tangan Seina.
"Telpon" jawabnya polos.
"Dari sini aja kamu lihat dia kebawah"
Seina mengerti apa yang dimaksud oleh El dan langsung menumpukan lututnya pada sofa lalu menekan nomor Mila.
Tidak butuh waktu lama panggilan sudah dijawab.
"Seina" panggil suara diseberang.
"Hey aku ada didepan keluarlah" ucap Seina sembari mengamati kebawah depan kafenya.
"Sungguh kenapa nggak masuk aja? nggak ada yang larang juga"
"Kamu nggak mau sambut aku?"
"Baiklah aku keluar"
Seina dapat melihat Mila yang keluar dari kafe lalu melihat kesana sini mencarinya.
"Kamu dimana? aku sudah diluar"
"Cari aku sampai dapat"
Nampak Mila muali mencari Seina kesana sini. Kepalanya bergerak mencari tapi tubuhnya tetap ditempat.
"Hey yang betul carinya" kata Seina dengan senyumnya.
El yang melihat interaksi Seina dengan temannya ikut merasa senang juga karena dapat menghibur gadisnya untuk melupakan semua kesakitan yang dia derita dalam diam.
Senyuman manis Seina terus mengembang indah membuat El juga ikut tersenyum hanya dengan melihatnya saj.
Seina memutus telponnya setelah mengatakan pada temannya akan segera datang.
Pandangannya teralih pada El yang masih menatapnya tersenyum.
"Terima kasih ya kamu udah buat aku bahagia" kata Seina tulus
"Apapun akan aku lakukan asal kamu bahagia" sahut El menyelipkan rambut panjang Seina kebelakang telinganya.
Perbuatan El itu membuat Seina malu hingga rona merah dipipinya muncul yang semakin menambah kesan manis dan imut bagi gadis itu.
Tiba-tiba tangan Seina ada yang menariknya hingga suara keras terdengar disana.
PLAKk