Karena desakan Ekonomi, Rosa terpaksa harus menikah dengan pria yang sama sekali tak di cintainya. Bekas luka di tubuh serta hatinya kian membara, namun apalah daya ia tak bisa lepas begitu saja dari ikatan pernikahan yang isinya lautan luka.
seiring berjalannya waktu, Rosa membulatkan tekadnya untuk membalas segala perbuatan suaminya. bersembunyi di balik wajah yang lemah lembut nan penurut, nyatanya menyiapkan bom waktu yang bisa meledak kapan saja.
Hem, gimana ya ceritanya. yuk simak kelanjutannya, jangan lupa tinggalkan jejak likenya, komen, subscribe dan vote 🥰🫶
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hasil interview
Sampai di Kantor tempat untuk melakukan interview, ternyata sudah banyak orang yang mengantri dan bisa di perkirakan ada 40 orang lebih yang datang. Rosa pun bergabung dengan yang lainnya, mereka semua melakukan interview tahap awal.
Selanjutnya, setelah melakukan interview awal ada beberapa orang yang dinyatakan tidak lolos karena beberapa riwayat yang tidak di perbolehkan masuk oleh Lutfi. Sekitar 30 menit para pelamar kerja di berikan waktu istirahat, Rosa memanfaatkan waktunya untuk makan dan memikirkan desain apa yang akan ia gambar.
Sebuah mobil berhenti tepat di depan perusahaan, di susul dua mobil di belakang yang juga ikut berhenti. Dari dua mobil di belakang keluar beberapa orang yang memakai baju serba hitam, mereka semua berjajar menunggu pemilik perusahaan kaluar dari mobil. Salah seorang keluar lebih dulu dari mobil mewah, ia berputar mengitari mobilnya dan membukakan pintu sehingga keluarlah sosok tinggi, putih, rambut rapih nan wangi, serta pakaian mahal yang menempel di tubuhnya menambah kesan serta aura CEO yang kental.
"Berikan para pelamar makanan, untuk peserta yang lolos tambah lagi jumlahnya, tadinya aku butuh 2, tapi sepertinya harus di tambah 3 untuk cadangan." Bisiknya di telinga asistennya.
"Bain, Tuan muda." Jawab asisten.
Pemilik perusahaan yang tak lain adalah Lutfi, ia berjalan masuk ke dalam perusahaannya di ikuti Jeremy untuk meninjau perkembangan dan menyelidiki orang yang menjadi sumber masalah.
Perusahaan yang mengeluarkan produk Jewellry sudah diambang kehancuran, jika tidak ada perubahan maka kemungkinan bertahan sangat lah kecil. Pesaing bisnis yang di duga menggunakan desain perusahaan Lutfi semakin berkembang pesat, satu karya mampu menghasilkan keuntungan yang besar.
Waktu istirahat sudah habis, semua orang di kumpulkan di salah satu ruangan yang di pantau langsung oleh Lutfi dari Cctv agar tidak ada kecurangan. Rosa duduk di bagian tengah, nampaknya ia masih memikirkan sketsa yang akan di gambar karena ia tak mau memberikan hasil yang biasa saja, Rosa ingin memanfaatkan kesempatan agar bisa benar-benar lolos.
"Hm, kenapa Rosa diam saja? Apa dia benar-benar bisa menggambar, atau memang kebetulan saja? Lalu, gambar yang di kirim Lucy?" Gumam Lutfi bertanya-tanya.
Kamera memantau dengan jeli, Lutfi menyipitkan matanya saat menangkap salah seorang peserta diam-diam mengganti kertas kosongnya dengan kertas yang sudah di gambar, dengan kata lain gambar tersebut sudah setengah jadi yang di bawa dari rumah.
"Keluarkan orang itu!" Titah Lutfi menunjuk kearah layar.
"Laksanakan, Tuan Orlando." Jawab Jeremy.
Jeremy langsung turun tangan sendiri, ia keluar dari ruang pemantauan dan berjalan menuju ruang khusus peserta. Tanpa basa-basi, Jeremy langsung menyeret orang yang berniat licik keluar dari dalam ruang peserta. Para peserta lain melihat ke barisan paling belakang karena terkejut, saat peserta licik di dorong keluar Jeremy pun menjelaskan alasan menyeret peserta keluar.
"Lihat ini," Jeremy menunjukkan dua kertas yang berbeda, satu kertas kosong dan satu kertas yang sudah di gambar. "Siapapun yang berniat licik pasti akan di keluarkan secara tidak hormat, kompetisi harus tetap berjalan dengan jujur untuk menambah poin penilaian kalian." Jelas Jeremy.
Rosa hanya mendengarkan suara Jeremy tanpa melihat siapa yang bicara, namun setelah Jeremy keluar Rosa baru berbalik dan hanya menatap punggungnya saja.
"Siapa yang di keluarin?" Tanya Rosa kepada teman di sebelahnya.
"Itu yang paling belakang, katanya udah bawa salinan gitu sama punyanya dia dari rumah." Jawabnya.
Rosa membulatkan mulutnya membentuk huruf O seraya menganggukkan kepalanya mengerti, perusahaan menjaga ketat kejujuran karena memang mereka butuh orang jujur agar tidak ada hal yang sama terulang kembali. Meskipun Lutfi belum menemukan siapa pelakunya, ia tetap akan mengawasi setiap orang di sekitarnya.
Lutfi kembali mengamati, ia terfokus pada Rosa yang menggambar dengan teliti dan desainnya setelah ia perhatikan jauh berbeda dari yang lain.
"Keluarkan orang itu, itu, dan itu." Lutfi kembali menunjuk tiga orang yang berbuat curang di layarnya.
"Pengawal, keluarkan mereka." Titah Jeremy menatap kearah dua pengawal yang berdiri di depannya.
Pengawal pun menganggukkan kepalanya, keduanya langsung menjalankan perintah saat itu juga.
"Bawa hasilnya dan berikan padaku, aku yang akan memutuskannya sendiri." Ucap Lutfi.
Selama hampir 3 jam lebih para peserta baru bisa mengumpulkan hasil sketsanya, bukan hanya sekedar gambar yang di lukis diatas sebuah kertas, tetapi gambar dengan makna di dalamnya.
Kepala desainer berjalan memasuki ruangan peserta, namun Jeremy menghentikan langkah mereka.
"Tunggu!"
Bagian HRD dan juga kepala desainer menghentikan langkahnya, mereka berdua menatap kearah Jeremy dengan tatapan bingung.
"Ada apa, Tuan Jeremy?" Tanya kepala desainer.
"Kalian mau masuk??" Tanya balik Jeremy.
"Iya, saya kan masih harus menilai hasil sketsa peserta." Jawab Kepala desainer, Juwita.
"Heh, Tuan Orlando yang akan menilai langsung, kalian kembali bekerja." Ucap Jeremy dengan tatapan dinginnya.
Juwita hendak menghentikan Jeremy, tetapi ia tak bisa melakukan apapun jika sudah bersangkutan dengan Orlando.
'Gak bisa, gue harus tetap waspada. Sepertinya Orlando ini cukup bahaya di banding si nenek peot, untuk sekarang gapapa, masih ada kesempatan.' Batin Juwita.
"Tumben Tuan Orlando mau ambil alih, biasanya juga nyonya besar terima hasilnya aja. Mana saya gak tahu gimana sistem kerja Tuan Orlando, katanya dia gak bakalan kasih ampun sama orang yang berkhianat atau main kotor di bawah kepemimpinannya." Ucap Khalesia, bagian HRD.
Juwita menatap Khalesia, jika yang dikatakan Khalesia benar itu artinya ia harus benar-benar hati-hati dengan Orlando alias Lutfi.
Jeremy masuk mengambil semua hasil sketsa, ia keluar dan melirik sekilas kearah Juwita kemudian kembali melanjutkan langkahnya.
'Sepertinya aku melewatkan sesuatu, sebaiknya aku harus mengajak Tuan muda berdiskusi.' Batin Jeremy.
Karena banyak perusahaan membuat Jeremy kewalahan, sampai-sampai ia mengabaikan hal yang memang sudah sepatutnya di curigai sejak awal. Sekarang perusahaan pusat dan beberapa cabang sudah mulai berjalan dengan baik semenjak Lutfi terjun, namun satu perusahaan ini yang masih banyak yang harus di benahi karena tadinya kurang pengawasan dari bagian atasnya.
Jeremy menyerahkan hasilnya pada Lutfi, sementara Lutfi langsung mencari hasil Rosa sebelum memeriksa yang lainnya.
"I-ini, bagus sekali. Jeremy, lihatlah ini."
Jeremy merapatkan tubuhnya pada Lutfi, ia melihat dengan seksama setiap detail gambar yang nyaris sempurna hasilnya.
"Di bandingkan dengan yang lain, gambar ini termasuk elegan dan mewah. Saya tidak pernah menemukan desain seperti ini, jika di luncurkan dengan nilai fantastis pun ini sangat wajar, Tuan muda." Ucap Jeremy.
"Pegang ini, aku akan mencari lagi yang terbaik lainnya." Ucap Lutfi.
Lutfi melihat hasil tangan yang lain, tetapi gambarnya tidak terlalu menarik perhatiannya seperti milik Rosa. Ada sekitar 3 orang yang menurut Lutfi lumayan bagus, ia pun memberikannya pada Jeremy.
"Tuan, kemarilah." Ucap Jeremy meminta Lutfi mendekatkan telinganya.
Lutfi pun menurut, ia mendekatkan telinganya ke mulut Jeremy yang membisikkan sesuatu. Lutfi menganggukkan kepalanya mengerti, di dalam kepalanya Lutfi langsung merancang rencana yang nanti ia gunakan untuk menjebak pelaku.