NovelToon NovelToon
Seindah Cinta Bulan Dan Bintang

Seindah Cinta Bulan Dan Bintang

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Teen / Diam-Diam Cinta / Persahabatan / Kisah cinta masa kecil / Idola sekolah
Popularitas:514
Nilai: 5
Nama Author: NdahDhani

Apa jadinya jika dua orang sahabat memiliki perasaan yang sama, tapi sama-sama memilih untuk memendam perasaan itu daripada harus mengorbankan persahabatan mereka? Itulah yang saat ini dirasakan oleh dua orang sahabat, Bulan dan Bintang.

Bulan, sahabat sejak kecil seorang Bintang, menyukai pemuda itu sejak lama tapi perasaan itu tak pernah terungkap. Sementara Bintang, baru menyadari perasaannya terhadap gadis cantik itu setelah dirinya mengalami kecelakaan.

Keduanya terjebak dalam perasaan yang tak terungkap. Mereka tidak tahu harus melakukan apa. Keduanya hanya tahu bahwa mereka saling membutuhkan satu sama lain. Tapi, akankah persahabatan itu berubah menjadi sesuatu yang lebih?

---------------------------------------------------------------------------

"Lo keras kepala banget! Lo gak tau apa gue khawatir, gue sayang sama lo." gumam gadis itu lirih, bahkan hampir tak terdengar.

"Lo ngomong apa tadi?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NdahDhani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22: Cokelat dari siapa?

Setelah menyerahkan surat izin Bintang kepada wali kelasnya, Bulan pun langsung duduk di bangkunya. Karena Bintang tidak sekolah, Bulan pun memutuskan untuk membaca ulang materi saja. Terlebih ia yang jarang mempunyai teman, membuatnya merasa lebih nyaman dalam keheningan.

Bulan membaca sangat fokus, tidak menghiraukan perbincangan dan tawa dari teman-temannya. Baginya, mengulang pelajaran adalah pilihan yang tepat, mungkin saja ada ulangan dadakan dan Bulan sudah siap menghadapinya.

Bel masuk pun berbunyi, menandakan bahwa pelajaran jam pertama akan segera berlangsung. Bulan menutup bukunya, memfokuskan diri pada guru yang memasuki kelas.

Kelas yang ditempati Bulan terbilang tertib ketika jam pembelajaran berlangsung. Tak ada seorangpun yang membuat keributan di dalam kelas, walaupun hanya sekedar berbisik. Hanya suara goresan pena dan penjelasan guru yang terdengar di dalam ruangan itu.

Detik yang berubah menjadi menit, kini sudah berubah menjadi jam, mata pelajaran jam kedua pun dimulai. Seorang guru pria memasuki kelas dengan penuh wibawa, seisi kelas langsung terdiam hanya dengan melihat tatapan tajamnya.

"Selamat pagi anak-anak! Tolong siapkan selembar kertas ya, karena kita akan mengadakan ulangan hari ini." Ujar guru itu ketika sudah duduk di kursinya.

"Apa Pak, ulangan?!" Ujar seisi kelas kompak yang tidak tahu apa-apa soal ulangan itu.

Bulan hanya bersikap santai, ia sudah memprediksi ini. Terlebih ia pun tahu bahwa beliau suka membuat ulangan dadakan. Untungnya Bulan sempat membacanya tadi pagi.

Bulan pun langsung mengambil selembar kertas dan membuat nama di atasnya, sembari menunggu guru itu memberikan soal. Ia mengabaikan kericuhan teman-temannya dan hanya fokus pada lembar kertasnya sendiri.

Beberapa menit kemudian, guru itu pun menuliskan soal di papan tulis. Murid-murid yang lain siap tidak siap harus mengikuti ulangan dadakan ini.

Ulangan harian pun berlangsung dengan tenang, tapi tak jarang juga banyak yang terlihat gelisah karena tidak memiliki persiapan. Bulan sendiri langsung menjawabnya dengan santai, meskipun pikirannya masih melayang kepada Bintang. Ia berharap bahwa sahabatnya itu segera membaik setelah diperiksa oleh dokter.

Tak terasa, waktu pun berlalu begitu cepat, jam istirahat pun tiba. Bulan mengambil buku yang ia pinjam sebelumnya dan ingin mengembalikannya ke perpustakaan.

Bulan berjalan sendirian di koridor, mengabaikan murid-murid lain yang berlalu-lalang. Ia tersenyum ramah pada beberapa orang yang ia kenali, meskipun ia sendiri tidak terlalu akrab dengan mereka.

Tibalah Bulan di perpustakaan, dilihatnya perpustakaan yang tidak terlalu ramai. Ia pun langsung berjalan ke arah petugas perpustakaan untuk mengembalikan bukunya.

Setelah selesai, Bulan pun memutuskan untuk membaca novel saja di dalam perpustakaan. Ia merasa malas untuk pergi ke kantin, terlebih Bintang yang tidak ada di sisinya.

Lembar demi lembar ia baca, seakan ia terhanyut dalam cerita di dalam novel itu. Bulan sangat fokus membaca, hingga tidak menyadari bahwa ada seseorang yang sedang memperhatikan dirinya dari ambang pintu. Tapi itu tidak berlangsung lama, pemuda itu pun langsung berbalik pergi ketika temannya memanggil dirinya.

"Eh, udah mau masuk." Gumam Bulan lirih pada dirinya sendiri ketika ia melihat jam di tangannya.

Bulan pun langsung beranjak dan menyimpan kembali novel itu di rak. Setelahnya, Bulan pun keluar dari perpustakaan setelah ia mengisi daftar kunjungan.

Tiba di kelasnya, Bulan bisa mendengar teman-temannya yang berbisik-bisik tentang dirinya. Tak jarang sebagian dari mereka senyum-senyum gemas. Melihat hal itu, jelas saja membuat Bulan bingung.

Bulan langsung berjalan menuju tempat duduknya. Dan betapa terkejutnya ia ketika melihat sebuah cokelat serta selembar kertas di atas mejanya.

"Cokelat, dari siapa?" Ujar Bulan yang terkejut.

Bulan langsung mengambil kertas itu dan membukanya. Bulan bukannya senang, tapi justru kebalikannya. Bulan merasa risih dengan kejutan tidak terduga itu yang terasa alay menurutnya. Karena yang ia harapkan kejutan seperti ini hanya dari Bintang, bukan pemuda lain.

"Semangat belajarnya, cantik!"

Saat membaca tulisan itu, Bulan pun refleks membuang kertasnya. Ia merasa merinding dengan tulisan itu, bahkan cokelat di atas mejanya pun ingin dibuang saja oleh Bulan.

"Ciee yang dapat cokelat dari pengagum rahasia," goda salah satu teman pria di kelasnya.

Bulan tidak menanggapinya, ia pun langsung beranjak dan ingin membuang cokelat itu ke tempat sampah. Ia memang suka cokelat, tapi ia tidak bisa menerimanya terlebih cokelat itu entah dari siapa.

"Eh, kok di buang sih? Kalo lo gak mau buat gue aja." Ujar seorang gadis dengan nada tidak suka kepada Bulan, yang merupakan teman sekelasnya juga.

"Iya, aneh banget. Dikasih cokelat bukannya senang malah di buang. Pantesan aja gak ada yang suka," ujar yang lainnya sambil memutarkan bola matanya.

"Ambil aja kalo mau, gak usah ngatain gue kayak gitu." Ujar Bulan yang merasa tersinggung.

"Haha, lagian lo gak pantes juga dapet cokelat ini." Ujar salah satu dari mereka dan menarik cokelat itu secara paksa dari tangan Bulan.

Bulan memutarkan bola matanya, ia merasa malas jika harus menghadapi keduanya. Bulan pun langsung beranjak pergi dan kembali ke tempat duduknya, ia masih bertanya-tanya tentang siapa yang memberinya cokelat itu. Ia yakin cokelat itu bukan dari Bintang, tapi Bulan tidak bisa menebak pasti siapa orang yang memberikannya cokelat itu.

"Apa mungkin, Bryan?" Batinnya setelah memikirkan cukup lama.

Sementara itu di lain sisi, Bintang sudah merasa sedikit lebih baik setelah dokter mengecek dirinya tadi. Ia pun sudah meminum obatnya, dan obat itu bereaksi dengan cepat. Bintang sudah tidak merasakan menggigil lagi seperti sebelumnya.

Bintang meraih kursi rodanya yang diletakkan di samping tempat tidurnya, ia hanya ingin mencari udara untuk sejenak. Tapi karena Bintang yang masih sedikit lemas, ia pun akhirnya terjatuh ke lantai.

"Lo harus bisa Bintang, lo harus terbiasa!" Ujar Bintang yang masih berusaha meraih kursi rodanya itu.

Dengan susah payah, akhirnya Bintang berhasil meraih kursi rodanya. Ia pun menyeret tubuhnya untuk naik ke atas kursi roda itu. Padahal Bulan dan ibunya sudah memberitahu kepada Bintang, jika butuh apa-apa panggil ibu Bulan saja. Tapi Bintang merasa enggan, ia tidak ingin merepotkan keluarga Bulan, terlebih ia pun hanya menumpang tinggal di sana.

Beberapa kali mencoba, usahanya tetap sama. Ia berkali-kali terjatuh ketika berusaha untuk menaiki kursi rodanya itu. Bintang mencoba lagi, dan akhirnya kini berhasil. Ia pun duduk di atas kursi rodanya dengan nafas yang tersengal-sengal, seakan usahanya untuk menaiki benda itu sangatlah menguras tenaganya.

Bintang pun langsung mendorong kursi rodanya ke arah jendela. Ia membuka kaca jendela itu yang menghadap langsung ke arah taman rumah Bulan.

Bintang menarik nafas dalam-dalam, mencoba untuk mengisi paru-parunya dengan udara segar. Pandangan Bintang menatap jauh ke depan sana. Memang ia sudah mencoba untuk menerima kenyataan, tapi tetap saja Bintang masih merasa bahwa semua yang terjadi pada dirinya sangatlah tidak adil.

"Jika ini sudah menjadi kehendak-Mu, maka kuatkan aku ya Allah." Ujar Bintang lirih.

Ceklekk!

Tiba-tiba saja pintu kamar itu terbuka, Bintang pun langsung refleks menoleh ke arah suara. Terlihat jelas bahwa ibu Bulan yang berada di sana, sembari membawakan potongan buah di dalam piring.

"Ta-tante," ujar Bintang yang sedikit gugup.

"Kamu kok di sini, Bintang? Bukannya masih lemas?" Tanya ibu Bulan sambil meletakkan piring itu di atas meja.

"Ga-gapapa, Tante. Bintang udah enakan kok, terima kasih sebelumnya tante." Ujarnya.

"Ini Tante bawain buah untuk kamu, Tante ke belakang dulu ya. Kalo butuh apa-apa panggil aja Tante," ujar Ibu Bulan dengan seutas senyum sambil berlalu pergi.

"Terima kasih, Tante." Ujar Bintang yang memaksakan senyum.

Bintang merasa tidak enak dengan kebaikan hati keluarga Bulan, terlebih perkataan ibu Bulan yang lagi-lagi mengatakan hal yang sama. Bintang terdiam tanpa kata, ia tidak tahu harus membalas kebaikan keluarga Bulan dengan cara apa. Ia memandangi ke arah pintu sampai akhirnya ibu Bulan menghilang dari pandangan.

Bintang pun kembali memandangi ke kejauhan, tangannya ia letakkan di atas kursi rodanya. Tiba-tiba saja Bintang teringat senyum manis Bulan tadi pagi, senyum itu terasa sangat hangat di hatinya. Tanpa sadar, Bintang pun tersenyum sendiri.

"Apa sih?! Kenapa gue jadi mikirin Bulan, coba?" Gumam Bintang ketika sadar dari lamunannya.

Bintang pun kembali ke ekspresi datarnya. Ia merasa aneh ketika tiba-tiba memikirkan Bulan seperti itu. Bintang pun memutuskan untuk tidak memikirkannya lebih lanjut. Ia sangat yakin bahwa pikirannya itu hanya sebuah kebetulan saja.

^^^Bersambung...^^^

1
JJ Official
Hai Kak, Saya Sudah membaca Novel Kaka dari Bab 1 - 7 dan saat saya baca novel Kaka, Saya sedikit Kebingungan, sebenarnya Konflik Apa yang sebenarnya Dihadapi Oleh bintang sehingga dia menjadi anak yang nakal dan acuh tak acuh? dan apa pekerjaan Orang Tua Bulan sehingga dia bisa tinggal di keluarga yang Tidak Terlalu Kaya dan tidak terlalu Miskin? dari Bab 1 Bintang dan Bulan Tampaknya sudah Kenal, tidak dijelaskan bahwa mereka ketemu dimana? kenalan dimana? dan suka ngobrolin apa? begitu ya kak. itu saja kritik dari saya semoga Kaka bisa Up Episode 8 Dengan Alur yang Lurus ya kak 😊
ndah_rmdhani0510: Sudah di revisi, semoga suka ya sama ceritanya... Happy reading 🤗
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!