Aprilia, gadis desa yang dijodohkan dengan Vernando, pria tampan dan kaya raya, harus menelan pil pahit kehidupan.
Alih-alih kebahagiaan, ia justru menerima hinaan dan cacian. Vernando, yang merasa memiliki istri "jelek" dan "culun", tak segan merendahkan Aprilia di depan teman-temannya.
Kesabaran Aprilia pun mencapai batasnya, dan kata "cerai" terlontar dari bibirnya.
Mampukah Aprilia memulai hidup baru setelah terbebas dari neraka pernikahannya? Atau justru terjerat dalam masalah yang lebih pelik?
Dan Apakah Vernando akan menceraikan Aprilia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Surga Dunia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 30
Aprilia akhirnya bisa menenangkan diri. Ia melepaskan pelukan eratnya pada Yuka, lalu menyeka air mata yang masih membasahi pipinya. "Maaf, Pak," ucapnya dengan suara serak.
Yuka menatapnya dengan tatapan lembut. "Ada apa, Aprilia? Kamu terlihat sangat terpukul."
Aprilia terdiam. Dilema melandanya. Haruskah ia menceritakan masalah yang sebenarnya pada Yuka? Tapi, ini adalah aib keluarganya.
Dengan ragu, Aprilia menggelengkan kepalanya, berusaha menyunggingkan senyum meski terasa pahit. "Kucing... kucing di kampungku mati, Pak," jawabnya berbohong.
Yuka menghela napas lega. "Astaga, saya pikir ada masalah besar apa"
Tiba-tiba, Zio menyahut, "Pasti kucing itu kesayangan Kak April, ya? Makanya Kak April sedih sekali, kan?"
Aprilia mengangguk, menatap zio yang ada di samping Yuka dengan sayang. "Iya, sayang," jawabnya lirih.
Tanpa terasa, mobil yang mereka tumpangi telah tiba di kediaman Kakek Arthur. Halaman rumah itu sudah dipenuhi mobil-mobil mewah. Sepertinya, sebagian besar tamu undangan pesta Dayana sudah datang.
Aprilia keluar dari mobil, diikuti oleh Yuka dan Zio. Mereka berjalan memasuki rumah megah itu, diiringi tatapan penasaran dari beberapa tamu yang sudah hadir.
Tawa dan obrolan memenuhi ruangan saat Dayana dan Arthur sibuk menyambut para tamu. Di tengah keramaian, Aprilia, Zio, dan Yuka terlihat menghampiri mereka. Dayana, dengan senyum yang sedikit dipaksakan, menatap Aprilia dan Yuka bergantian.
"Aprilia, kok bisa kamu datang bareng Yuka?" tanya Dayana, nada suaranya menyimpan sedikit rasa ingin tahu.
Aprilia tampak sedikit kikuk, matanya melirik Yuka seolah mencari jawaban.
Yuka, dengan ekspresi wajahnya yang datar seperti biasa, menimpali, "Aprilia membantu aku menjaga Zio."
Dayana mengangkat alisnya, pura-pura terkejut, padahal Vernando sudah menceritakan semuanya. "Maksudnya, Aprilia jadi pengasuh Zio?"
"Hmm" jawab Yuka singkat. "Tolong izinkan menantu Tante menjadi pengasuh Zio karna Zio sudah sangat dekat dengan nya"
"Kalau Aprilia sendiri tidak keberatan, Tante juga tidak akan mempermasalah kan, walau bagaimana pun Zio juga keponakan Aprilia, bukan Begitu?" kata Dayana, matanya menatap Aprilia mencari persetujuan.
"Hmm," gumam Yuka sebagai jawaban. Ia kemudian menyerahkan sebuah kotak kado yang tadi sore dibelinya bersama Aprilia.
"Makasih, Yuka," ucap Dayana sambil tersenyum.
Yuka hanya mengangguk, lalu beralih menatap Zio. "Ayo, kita temui kakek buyut mu dulu"
"Kak April, aku ke kakek buyut dulu ya," kata Zio sambil menatap Aprilia.
"Iya, sayang," jawab Aprilia sambil mengusap rambut Zio dengan sayang.
Setelah Yuka dan Zio berlalu, Aprilia mendekati Dayana. "Maaf ya, Bu, sebelumnya aku tidak memberitahu kalau aku bekerja di rumah pak Yuka" ucap Aprilia dengan nada menyesal.
"Tidak apa-apa, Aprilia," jawab Dayana sambil tersenyum tulus.
"Ini, Bu, ada hadiah kecil dari aku," kata Aprilia sambil menyerahkan sebuah kotak kecil berisi cincin yang tadi dibelinya.
"Wah, makasih banyak, Aprilia," ucap Dayana terharu sambil memeluk Aprilia.
"Kalau gitu, aku mau nyapa kakek dulu ya, Bu," pamit Aprilia.
Dayana mengangguk dan tersenyum. Setelah Aprilia pergi, Dayana menatap Edward dengan tatapan mencela.
"Lihatlah, wajah keponakanmu yang masam itu," sindirnya, mengingat sikap dingin Yuka padanya selama ini.
"Sudahlah, Dayana. tidak perlu membuat keributan di acara seperti ini" jawab Edward dengan nada memperingatkan.
"Tapi apa kamu tidak mengkhawatirkan sesuatu?" bisik Dayana, nada suaranya penuh kekhawatiran.
Edward mengerutkan kening. "Apa?"
Dayana menunjuk dengan dagunya ke arah Yuka dan Aprilia yang sedang berbincang dengan kakek Arthur. "Lihat kedekatan Yuka dan Aprilia itu."
Edward menghela napas pelan. "Sudahlah, Dayana. Tenang saja. Anak kita sudah menikahi Aprilia. Kedekatan Aprilia dengan Yuka tidak akan berpengaruh apa-apa."
Dayana berdecak kesal. Ia ingin sekali menceritakan pada Edward tentang bagaimana Vernando memperlakukan Aprilia dengan buruk.
Namun, ia takut Edward akan marah besar pada Vernando.
Di sisi lain, ia juga khawatir jika Aprilia mengadu pada Yuka tentang perlakuan Vernando. Yang lebih ditakutkannya lagi, Yuka akan membantu Aprilia mengadu pada Arthur, dan itu bisa menjadi masalah besar. Pikiran-pikiran itu berkecamuk di benaknya, membuatnya semakin gelisah.
***
Setelah Yuka menjelaskan pada Kakek Arthur tentang Aprilia yang menjadi pengasuh Zio, wajah Kakek Arthur berbinar senang.
"Kakek senang kalau Aprilia yang mengasuh Zio. Zio akan aman bersamamu, Aprilia. Dan sebaliknya, Aprilia juga akan aman berada di rumahmu, Yuka," ucap Kakek Arthur dengan nada penuh restu.
Yuka hanya mengangguk-angguk, seperti biasa, tanpa ekspresi berlebihan.
Aprilia, yang selama ini mengamati Yuka, mulai menyadari sesuatu. Awalnya, ia mengira Yuka hanya bersikap dingin pada orang lain, dan akan hangat pada keluarganya.
Ternyata, ia salah. Yuka tidak hanya dingin pada orang asing, tapi juga pada keluarganya sendiri. Hanya bersama Zio-lah Yuka bisa menunjukkan kasih sayang yang tulus.
Tak lama kemudian, Aprilia melihat Vernando baru saja datang bersama Vini. Hatinya mencelos.
Bayangan foto test pack dan hasil USG yang dikirim Vini beberapa waktu lalu kembali menghantuinya.
"Kek, sebentar ya, aku mau nemuin Vernando," ucap Aprilia, berusaha menyembunyikan gejolak di hatinya.
Kakek Arthur mengangguk dan tersenyum, tanpa menyadari apa yang sedang berkecamuk dalam diri cucu menantu nya.
Aprilia berjalan mendekati Vernando yang sedang asyik berbincang dengan Dayana, Edward, dan Vini.
Vernando menatap Aprilia tanpa berkedip. Penampilan Aprilia jauh lebih cantik dan anggun dibandingkan terakhir kali ia menyewakan penata rias untuknya.
Hari ini, Aprilia benar-benar terlihat berbeda. Vini, yang menyadari tatapan Vernando pada Aprilia, merasa kesal.
"Eh, Kak Lia, maaf ya. Tadi di jalan nggak sengaja ketemu Kak Nando, jadi aku ikut bareng," ucap Vini dengan suara dibuat-buat, seolah menyesal.
Aprilia membuang muka, muak melihat drama yang selalu dibuat oleh adik tirinya itu.
Ia memperhatikan interaksi antara Dayana dan Vini. Ia merasa Dayana lebih dekat dengan Vini, bahkan Dayana belum pernah sedekat ini dengannya.
Aprilia merasa Vini selalu merebut orang-orang yang seharusnya dekat dengannya.
"Aku ingin bicara," ucap Aprilia pada Vernando, suaranya datar.
Vernando mengangguk. Aprilia berjalan menjauhi keramaian, diikuti Vernando di belakangnya.
"Apa kamu tidur dengan Vini?" tanya Aprilia, tanpa basa-basi.
"Apa-apaan kamu ini! Apa kau nuduh ku selingkuh?" bentak Vernando, matanya memicing tajam.
Aprilia membuka ponselnya, hendak menunjukkan foto yang dikirim Vini tadi. Namun, ia terkejut. Foto itu sudah tidak ada. Lagi-lagi Vini menarik pesannya.
Aprilia akhirnya sadar, Vini ingin memberitahunya tanpa meninggalkan bukti, agar Aprilia sakit hati namun tak memiliki bukti apa pun. Vini memang benar-benar licik.
"Apa? Mau nunjukkin apa? Mana bukti kalau aku selingkuh?" tantang Vernando, nada suaranya meremehkan.
"Ingat ini, aku menerima semua perbuatanmu padaku. Hinaan, cacian, perlakuan kasar, aku tetap diam. Tapi, kalau kamu berani berselingkuh dan bahkan menghamili wanita di luar sana, aku akan meminta kakek untuk menyetujui perceraian kita," ucap Aprilia, suaranya bergetar menahan amarah. Ia berbalik, hendak pergi.
Vernando mencekal tangannya dengan kasar. "Berani sekali kamu mengancamku!" bentaknya.
"Lepas!" ucap Aprilia tegas, berusaha melepaskan cengkeraman Vernando.
"Kau pikir kau hebat?!" ucap Vernando, mencibir.
"Lepas!" ucap Aprilia lagi, suaranya meninggi.
Aprilia berusaha sekuat tenaga melepaskan lengannya, namun cengkeraman Vernando terlalu kuat.
Tiba-tiba, Yuka datang. Vernando, yang terkejut dengan kedatangan Yuka, langsung melepaskan cengkeramannya.
"Ada apa?" tanya Yuka, tatapannya dingin dan menusuk.
"Kenapa? ingin sekali tahu masalah rumah tangga orang lain?" tanya Vernando sinis.
"Kalau masalah keluarga, sebaiknya dibicarakan di rumah. Dan jangan kasar pada wanita," ucap Yuka dengan tatapan tajam pada Vernando.
Vernando terdiam, lidahnya kelu. Ia ingin sekali membalas Yuka, namun ia sadar, ia belum mampu mengalahkan Yuka. Dengan wajah merah padam, Vernando berlalu meninggalkan mereka.
Yuka mendekati Aprilia, matanya tertuju pada pergelangan tangan Aprilia yang memerah.
Tanpa berkata apa-apa, Yuka menggandeng Aprilia, membawanya masuk ke dalam salah satu ruangan di rumah mewah itu.
Yuka mengambil es batu dan mengompreskannya pada pergelangan tangan Aprilia yang memerah.
"Terima kasih, Pak," ucap Aprilia, merasa sedikit canggung karena di ruangan itu hanya ada mereka berdua.