Lima tahun pernikahan Bella dan Ryan belum juga dikaruniai anak, membuat rumah tangga mereka diambang perceraian. Setelah gagal beberapa kali diam-diam Bella mengikuti proses kehamilan lewat insenminasi, dengan dokter sahabatnya.
Usaha Bella berhasil. Bella positif hamil. Tapi sang dokter meminta janin itu digugurkan. Bella menolak. dia ingin membuktikan pada suami dan mertuanya bahwa dia tidak mandul..
Namun, janin di dalam perut Bella adalah milik seorang Ceo dingin yang memutuskan memiliki anak tanpa pernikahan. Dia mengontrak rahim perempuan untuk melahirkan anaknya. Tapi, karena kelalaian Dokter Sherly, benih itu tertukar.
Bagaimanakah Bella mengahadapi masalah dalam rumah tangganya. Mana yang dipilihnya, bayi dalam kandungannnya atau rumah tangganya. Yuk! beri dukungungan pada penulis, untuk tetap berkarya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Linda Pransiska Manalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30. Rahasia duapuluh dua tahun lalu.
Masa itu,
Wanita itu menatap tajam tajam ke pintu masuk rumah makan. Dia sedang dalam perjalanan menuju kota provinsi waktu itu. Dan ia tengah beristirahat makan di rumah makan itu. Kondisi rumah makan saat itu sangat ramai, sehingga sulit untuk saling meperhatikan satu sama lain.
Wanita itu sudah selesai makan. Dan bermaksud hendak pergi, melanjutkan perjalanannya. Namun, mendadak matanya melihat sesosok tubuh berjalan menuju arah tempat dia duduk. Seketika wanita itu panik, karena terkejut.
Untunglah saat itu dia tengah mengenakan jaket hoodie, sehingga sebagian besar wajahnya tertutupi. Belum lagi kaca mata hitam yang ia kenakan, semakin menyulitkan dirinya untuk dikenali
Degup jantungnya bertalu riuh, ada senyum tipis tergurat di sudut bibirnya. Namun, tak kala seseorang menyusul langkahnya di belakang, dengan seorang balita dalam gendongannya. Senyum wanita itu langsung lenyap! Berubah menjadi senyum sinis. Tatap mata penuh dendam.
Pasangan itu berdiri persis di depannya. Namun, mereka tidak menyadari kalau ada seseorang yang mengenali mereka dan duduk persis di dekat mereka saat itu berdiri.
"Kita duduk disana saja, Dek. Sepertinya ada meja kosong." sang pria berucap. Suara lembut yang sudah lama sekali tidak didengar wanita itu. Suara yang selalu dirindukannya selama ini. Suara yang membuatnya candu dan ingin selalu dekat dengan pria itu.
Namun, karena kesalahan fatal yang dia lakukan dan tidak bisa dimaafkan pria itu. Semuanya impiannya hancur berantakan. Yah, memang salahnya. Kenapa dia tega menghianati pria itu. Ketika pria itu berpaling pada lain hati, wanita itu tidak bisa menerima. Dan merasa yang paling tersakiti. Walau terpaksa, harus menerima kenyataan kehilangan pria itu.
Pria itu adalah Anwar. Kekasihnya semasa kuliah di sebuah universitas ternama. Mereka beda fakultas. Anwar di kedokteran, dan wanita itu di ekonomi
Wanita itu bernama Lastri. Tepatnya Lastri Arumi. Dia telah menghianati kisah cintanya dengan Anwar. Oleh hadirnya pihak ketiga. Bagas Aditya!
"Anwar, maafkan aku. Aku masih mencintaimu. Aku tidak ingin berpisah denganmu, War," rengek Lastri, saat itu ketika Anwar mengultimatum kekasihnya.
"Cinta? Kamu tau gak apa itu arti cinta. Jika kamu memang benar-benar mencintaiku, kenapa ada dia diantara kita?" cecar Anwar berang. Menuding Bagas yang berdiri angkuh di sisi Lastri.
"Kamu salah faham, War, Bagas hanya menemani aku makan. Tidak lebih."
"Salah faham?! Aku tidak buta Lastri. Aku lihat sendiri dengan mataku. Kamu masih berani bilang aku salah faham." Anwar meradang. Harga dirinya telah diinjak kekasihnya. Kenapa harus dengan Bagas? Pria itu selalu memandang sebelah mata padanya. Mentang-mentang dia anak orang berada.
"Pokoknya kita putus malam ini. Pergilah dengan Bagas. Jangan pernah temui aku lagi!" malam itu Anwar memutuskan hubungannya dengan Lastri. Meskipun Lastri menghiba-hiba pada Anwar, tapi cintanya pada Lastri telah menguap pergi.
Anwar akhirnya menikah dengan Renita setelah lulus jadi dokter. Lastri, juga pada akhirnya punya anak dari Bagas, tapi tidak dinikahi. Bagas tidak mau bertanggung jawab setelah Lastri hamil.
Malam nahas itu, mereka bertemu di rumah makan. Sepulang Lastri dari luar kota. Dia sedang melakukan bisnis terlarang waktu itu. Itulah sebabnya di berhasil dengan mudah menculik Ririn setelah mengolesi coklat batang itu dengan obat bius.
"Hahaha .... Sekarang kamu akan merasakan sakitnya kehilangan orang yang kamu cintai, Anwar. Seumur hidupmu akan dililit rasa penyesalan karena telah kehilangan putrimu ini." seringai Lastri, seraya memandang tubuh Ririn yang terkulai di kursi penumpang.
Malam itu, Lastri meletakkan tubuh Ririn di depan sebuah panti asuhan. Tempatnya sangat terpencil. Kemungkinan tentang hilangnya dan dibuangnya Ririn tidak akan tersebar.
Masa sekarang.
Lastri menghembuskan asap rokoknya ke udara. Asap itu berbentuk cincin lalu pada akhirnya menghilang di hembus angin.
Berkali-kali Lastri melakukan itu. Bermain-main dengan asap rokok. Lalu dia terbatuk, buru-buru dia mematikan rokoknya. Tangannya sibuk menepis asap rokok agar menjauh dari tubuhnya.
Wajahnya masih menyiratkan kecantikan. Dipoles oleh skincare yang mahal sehingga bisa menutupi kerut-kerut halus di pipi dan sudut matanya.
'Dua puluh dua tahun telah berlalu. Hem, bagaimana kabar gadis itu. Juga khabar Anwar,' guman Lastri mengawang. Bibirnya komat kamit entah sedang merapal apa.
Lastri lupa lokasi panti asuhan, tempat dia meletakkan gadis malang itu dulu. Karena sudah larut malam dan cuaca hujan deras pula, Lastri tidak bisa melihat sekitarnya.
Sebulan setelah dia menculik Ririn, Lastri menapak tilas jalan yang dia lalui malam itu. Bermaksud mengadopsi Ririn, tapi dia tidak menemukan panti asuhan tersebut.
Sudah berkali-kali dia mencarinya. Tetap menemui jalan buntu.
"Idih, ternyata mami ada disini. Kupanggil-panggil sedari tadi gak disahut," Soraya cemberut manja pada Lastri. Mendekati ibunya, memeluk lalu menciuminya.
"Ih, Mami bau rokok." protes Soraya saat mengendus tubuh ibunya.
"Mau apalagi kamu kemari?" dengus Lastri dingin pada Soraya. Sikapnya memang acuh pada putrinya karena masih kesal pada ulah putrinya yang meninggalkan Gavin di depan altar lima tahun lalu.
Sekarang pernikahannya hancur, karena menantunya itu selingkuh. Meskipun Soraya kini memiliki perusahaan sebagai hasil pembagian harta gono gini. Lastri tetap tidak respek pada putrinya itu.
"Mami dengar Gavin telah menikah. Kamu benar-benar gak serius untuk meraih hatinya lagi." ucapnya dingin.
"Segala cara sudah aku coba Mam. Sampai aku menyogok bibinya Hilda, dengan memberinya saham. Kata bibinya Gavin belum punya kekasih. Eh, tiba-tiba saja dia telah bertunangan dan diam-diam menikah." sahut Soraya kesal.
"Siapa perempuan itu?"
"Bukan siapa-siapa. Heran memang, bagaimana bisa Gavin terpikat gadis kampungan itu. Mana dia dibesarkan pula di panti asuhan. Wajahnya memang cantik. Pasti dia telah menjerat Gavin dengan kecantikannya itu." ucap Soraya seraya mencabuti bulu boneka pandanya.
"Kamu memang bodoh! Bagaimana kamu bisa kalah dengan gadis kampungan yang tidak jelas asal usulnya itu." hardik Lastri semakin jengkel.
"Mami kenapa sih, terobsesi sekali pada Gavin. Dia sangat membenci Soraya, Mi. Masak aku harus ngemis-ngemis cinta ke dia." Soraya tidak habis pikir dengan ibunya. Kenapa begitu memaksa dirinya untuk kembali fengan Gavin. Bagaiamanapun caranya. Membuatnya kadang stres.
"Kakek Gavin adalah musuh bebuyutan kakekmu dulu. Mama ingin membalaskan dendam pada keluarga itu." tukas Lastri penuh seringai.
Dengan menikahi Gavin, Lastri berharap bisa menghancurkan Pak Bonar, yang dulu telah membuat ayahnya masuk penjara.
Lastri tidak bisa melupakan kejadian lima belas tahun lalu. Dan sampai sekarang ayahnya masih mendekam di penjara. Karena di hukum seumur hidup. Pak Bonar, menjebak ayahnya hingga pada akhirnya tertangkap polisi karena telah mengedarkan narkoba.***