Ini adalah perjalanan cinta kedua putri kembar Ezar dan Zara.
Arsila Marwah Ezara, si tomboy itu akhirnya berhasil bekerja di sebuah perusahan raksasa yang bermarkas di London, Inggris, HG Corp.
Hari pertama nya bekerja adalah hari tersial sepanjang sejarah hidupnya, namun hari yang menurutnya sial itu, ternyata hari di mana Allah mempertemukan nya dengan takdir cintanya.
Aluna Safa Ezara , si gadis kalem nan menawan akhirnya berhasil menyelesaikan sekolah kedokteran dan sekarang mengabdikan diri untuk masyarakat seperti kedua orang tuanya dan keluarga besar Brawijaya yang memang 90% berprofesi sebagai seorang dokter.
Bagaimana kisah Safa sampai akhirnya berhasil menemukan cinta sejatinya?
Karya kali ini masih berputar di kehidupan kedokteran, walau tidak banyak, karena pada dasarnya, keluarga Brawijaya memang bergelut dengan profesi mulia itu.
Untuk reader yang mulai bosan dengan dunia medis, boleh di skip.🥰🥰
love you all
farala
💗💗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 2 : Penasaran
HG Corp. Perusahaan raksasa yang bergerak di bidang hospitality industry. Hotel dan real estate nya tersebar di seluruh dunia.
HG Corp berkantor pusat di London, Inggris.
Sejak dulu, Marwah ingin sekali bekerja di HG, bahkan proposal penelitiannya di alihkan dari Brawijaya ke HG.
Alasan utama selain mencari suasana baru, Marwah tidak ingin di cap mengambil keuntungan atau pun perlakuan khusus dari petinggi petinggi Brawijaya. Sulit bagi Marwah untuk menutupi identitas nya, karena semua direksi mengenal nya dengan baik.
HG, setara dengan Brawijaya. Hanya saja, kedua perusahaan raksasa bekerja di bidang yang berbeda. Brawijaya adalah perusahaan dengan jaringan rumah sakit terbesar di seluruh dunia, terutama di benua asia.
Perekrutan karyawan baru HG adalah persiapan untuk di tempatkan di kantor HG yang baru. Oleh karena itu, perekrutan ini di lakukan dengan sangat alot untuk menemukan calon calon manajer nantinya. Karena di antara lima belas orang tersebut, kesemuanya adalah lulusan magister di bidangnya masing masing.
Setelah memberikan sambutan , Barra kembali duduk.
Dia memberikan sedikit arahan sebagai salah satu dewan direksi.
Seperti awal masuk tadi, Barra hanya menatap Marwah yang berpenampilan berbeda dari yang lainnya.
" Aku meminta CV wanita yang berkerudung hitam itu." Bisiknya pada Liam, sang asisten pribadi.
Tidak langsung menjawab, Liam menatap ke arah yang di maksud sang bos.
" Wah,,, apa tuan berencana untuk selingkuh?" Tanyanya juga dengan nada berbisik.
Raut wajah Barra seketika berubah.
" Diam kau! Lakukan saja apa yang aku minta." Kesal nya.
" Baik tuan." Liam dalam mode on, setelah membuat Barra kesal, tentu dia takut kekesalan bos nya itu akan berlarut larut dan membuatnya kewalahan sepanjang hari.
Jam istirahat.
HG menyiapkan ruangan besar semacam coffee shop . Tempat itu banyak di gunakan karyawan untuk meluangkan waktu sembari menikmati berbagai macam jenis kopi yang di sediakan.
" Kau lihat pria yang berbicara tadi?" Evelyn, teman Marwah terlihat begitu antusias membicarakan seorang pria sembari menyesap secangkir Americano yang dia pesan.
" Yang mana?" Marwah terlihat cuek, dia masih sibuk dengan ponselnya.
" Itu loh pria seksi nan tampan yang memberikan sambutan. Aku dengar jabatannya cukup tinggi Di HG.
" Oo,,, menurut mu, dia tampan? Bagiku, Biasa saja."
" What? Hei, matamu buta , ya..dia itu pria idaman para wanita , Ara. "
Marwah tertawa.
" Aku sudah biasa melihat modelan kayak gitu."
" Benarkah?" Evelyn mulai penasaran.
Marwah mengangguk.
" Aku tidak percaya."
" Mau bukti?"
" Iya."
Marwah membuka galeri ponselnya.
" Ini, tampan kan?"
Evelyn melihat foto itu, lalu menatap Marwah penuh tanda tanya sembari berbisik." Apa kau simpanan om om..?"
Marwah melotot memandangi Evelyn.
" Hush,, apa aku terlihat seperti ayam kampus?"
Dengan bodohnya, Evelyn benar benar memindai tubuh Marwah.
Namun beberapa detik kemudian, dia menggeleng.
" Tidak."
Marwah menghela nafas . " Dia Abi ku."
" Abi?"
" Maksudku, ayah ku."
" Gila..ini benar benar ayah mu?" Evelyn histeris.
Evelyn merampas ponsel Marwah dan menatap wajah Abi Ezar dengan seksama di dalam layar.
" Pantasan kamu cantik, ayahmu saja macam model begini. Ayahmu pengusaha, ya?"
" Bukan, beliau dokter."
" Wah, Hebat."
Evelyn menggeser ke slide berikutnya. Di sana ada foto Azzam yang sedang tersenyum. Itu adalah foto bersejarah sepanjang masa.
Foto itu adalah foto candid, Marwah diam diam memotret Azzam saat sedang bersenda gurau dengan opa buyut. Itu adalah pertama kalinya Marwah melihat Azzam tersenyum dan sungguh,,,tampan sekali.
" Lalu, ini siapa? Kekasih mu?"
" Bukan, itu sepupu ku."
Netra Evelyn tidak berkedip menata gambar Azzam.
" Pantas, kau tidak tergoda dengan ketampanan pria. Di sekeliling mu taman surga semua."
" Jangan terlalu berlebihan."
Semakin penasaran, Evelyn menggeser layar dan menemukan sebuah foto.
Keningnya mengernyit .
" Tunggu, aku seperti pernah melihatnya."
Marwah melihat siapa gerangan yang di maksud Evelyn, dan secepat kilat dia mengambil ponselnya kembali.
" Kau ada ada saja." Marwah mulai was was.
" Aku tidak bohong, aku pernah melihat nya, tapi di mana?"
Marwah tau siapa yang di maksud Evelyn, karena di slide berikutnya, ada foto uncle Zayn dan opa buyut. Entah dia fokus ke yang mana, yang pasti wajah kedua orang terkasih nya itu berseliweran di majalah majalah bisnis, sosial media dan di televisi yang menampilkan informasi bisnis dalam dan luar negeri.
Safa dan Marwah sangat berhati hati dalam menyembunyikan identitasnya. Beruntung, kedua orang tuanya tidak menyematkan nama Brawijaya di belakang namanya, Karena jika itu terjadi, sulit bagi mereka untuk berbaur dengan orang banyak. Dan sulit juga bagi Marwah yang memiliki jiwa petualang untuk bisa bekerja di perusahaan lain selain di perusahaan keluarga.
Evelyn menyesap kopinya sambil berpikir. Namun sekeras apapun , dia tetap tidak bisa mengingat nya.
" Akh, sudahlah."
Marwah bisa bernafas lega.
Dering ponsel mengagetkan pemiliknya.
Marwah meraih ponselnya di atas meja.
Mrs. Rachel. Begitu yang tertulis di layar. Marwah segera mengangkat nya.
" Ke lantai dua puluh sekarang juga."
" Baik."
Marwah menghabiskan jus buah yang dia pesan sebagai pengganti kopi. Lambungnya sangat tidak bersahabat dengan minuman berkafein itu.
" Kenapa buru buru?"
" Mrs. Rachel, dia menyuruhku ke lantai dua puluh."
" Lantai dua puluh? Bukankah itu ruangan wakil direktur?"
Marwah berhenti dari aktivitas nya sejenak dan beralih menatap Evelyn.
" Kau serius?"
" Iya, itu yang aku baca tadi pagi."
" Ya Allah. Apa aku membuat kesalahan di hari pertama ku bekerja?" Ujarnya lalu setengah berlari meninggalkan Evelyn sendiri.
Setengah mati Marwah mengatur nafas yang saling memburu. Kini dia sudah berdiri di depan sebuah pintu. Otaknya mulai bertraveling.
Bagaimana dia harus bersikap? Apa yang harus dia katakan ? Apa bosnya itu pria tua yang garang dan menyebalkan?
Sederet pertanyaan pertanyaan berseliweran di benak Marwah. Dia trus berspekulasi sebelum masuk dan melihat langsung dari balik pintu itu.
" Kamu bisa , Ra." Batinnya menyemangati diri sendiri.
Tok..tok..tok..
" Bismillahirrahmanirrahim.."
Marwah membuka pintu dan menutupnya kembali.
" Sela... "
Sepi.
" Mungkinkah tidak ada orang?" Gumamnya.
Memindai sekeliling dan tidak menemukan siapapun, Marwah memutuskan untuk keluar.
Namun, begitu dia berdiri di depan pintu dan hendak membukanya, pintu itu justru terdorong dari luar dan membuat kepalanya terantuk.
" Aduh.." Marwah mengusap jidatnya yang memerah.
Liam yang mendorong pintu terkejut. Melihat jika ada yang terluka karena ulahnya, Liam segera meminta maaf.
" Maaf, aku tidak melihatmu. Kamu tidak apa apa?" Ujarnya terdengar khawatir.
" Tidak apa apa, pak." Marwah menurunkan tangannya yang dia gunakan untuk mengusap keningnya yang terasa perih.
" Tapi, keningmu memerah."
" Saya serius. Ini tidak apa apa." Marwah mengulas senyum. Dan senyum gadis tomboy itu di sambut Liam dengah tatapan memuja.
" Oh..my... God...Dia cantik sekali. Pantasan lajang kaya raya itu memutuskan selingkuh."
Liam masih menganggap jika permintaan Barra tadi pagi adalah keinginan tuannya itu untuk membagi hati. Apalagi Liam sangat mengenal Priscilla, wanita cantik yang tidak lama lagi akan menjadi nona mudanya.
" Oiya, apa yang kamu lakukan di sini? Tunggu, siapa nama mu?"
" Saya Arsila Marwah, Pak. Saya di minta Mrs.Rachel ke lantai dua puluh."
" Menemui siapa?"
" Mrs. Rachel tidak bilang, pak."
" Lalu , kenapa kamu ke sini?"
Kening Marwah mengernyit." Bukankah di lantai dua puluh, hanya ruangan ini yang memiliki pintu? Jadi selain di sini, saya harus ke mana? Pasti Mrs. Rachel meminta saya menemui seseorang, hanya beliau lupa mengatakannya."
" Hmm..." Liam salah tingkah.
" Tidak ada orang di dalam, jadi saya memutuskan menunggu saja di luar."
" Benarkah, perasaan tadi ada. Apa dia kabur?" Gumam Liam sekenanya.
Liam masuk dan mencari keberadaan sang bos.
" Tuan, tuan Barra.."
...****************...
astagfirullah knpa jadi mendoakan yg engga2 /Facepalm/
mohon 2x up thor
aahh Thor critamu bikin ku Ter love2..
ku tunggu critanya Marwah Thor dh Ter bara2 n Ter marwah2 aq in thor/Drool//Kiss/
d tunggu kelanjutan nya akan ada kejutan kan KA
lanjut thor.....gak papa arhan kelihatan baik tapi bejat.... tadinya dukung arhan skrg pindah dukung arga..
bisa langsung menyusul puzzle 😃👍🏻👍🏻