NovelToon NovelToon
Jangan Salahkan Aku Mencintainya

Jangan Salahkan Aku Mencintainya

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Pelakor / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Penyesalan Suami
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: ANGGUR

Hans dan Lily telah menikah selama 2 tahun. Mereka tinggal bersama ibu Meti dan Mawar. Ibu Meti adalah ibu dari Hans, dan Mawar adalah adik perempuan Hans yang cantik dan pintar. Mawar dan ibunya menumpang di rumah Lily yang besar, Lily adalah wanita mandiri, kaya, cerdas, pebisnis yang handal. Sedangkan Mawar mendapat beasiswa, dan kuliah di salah satu perguruan tinggi di kota Bandung, jurusan kedokteran. Mawar mempunyai sahabat sejak SMP yang bernama Dewi, mereka sama-sama kuliah di bagian kedokteran. Dewi anak orang terpandang dan kaya. Namun Dewi tidak sepandai Mawar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ANGGUR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

34

Dua minggu berlalu, Lily dan Toni semakin akrab. Toni sering mengunjungi Lily di tokonya dan di rumahnya. Toni ingin sekali menyatakan perasaannya pada Lily, namun Toni takut Lily akan menjauhinya. Selama ini Lily selalu menganggap Toni sebagai sahabat dekatnya sama seperti Rosa. Hari itu adalah hari libur, Lily dan Rosa serta Toni berjanji akan pergi ke sebuah danau karna Lily maupun Rosa sangat menyukai tempat yang tenang dan danau adalah tempat yang cocok untuk mencari dan merasakan ketenangan batin. Toni dan Rosa datang ke rumah Lily untuk menjemput Lily.

Rosa: "Apakah kamu sudah siap, Li?" tanyanya sambil memperhatikan penampilan Lily yang anggun.

Lily: "Iya, dong. Ayo, kita pergi." ajaknya dengan hati yang bahagia.

Toni: "Untuk pertama kalinya aku ikut dengan kalian di danau." ucapnya dengan wajah cemberut. "Apa sih enaknya di danau? Apa yang bisa dilihat di sana?" tanyanya dengan sedikit kesal.

Rosa: "Kamu ini, Ton. Menggerutu terus, sih. Kamu tidak usah ikut, deh." sahutnya dengan kesal. Toni menatap wajah Rosa yang mulai terlihat kesal padanya, Toni tersenyum lebar lalu memegang tangan Rosa.

Toni: "Aku hanya bercanda, Sa. Jangan anggap serius, dong." sahutnya dengan suara pelan.

Rosa: "Jangan pegang-pegang. Kamu membuat mood aku berantakan." sahutnya dengan kesal sambil menarik tangannya dari genggaman tangan Toni.

Toni: "Iya, maaf. Ayo, kita pergi." ajaknya dengan semangat, Lily hanya tersenyum tipis melihat kedua sahabatnya yang terkadang tidak akur itu. Rosa dan Toni bagaikan kucing dan tikus yang sering berbeda pendapat, namun baik Toni maupun Rosa tetap berusaha menjalin pertemanan yang baik. Toni dan Rosa tetap kompak, sedangkan Lily terkadang hanya menjadi penonton setia mereka disaat mereka beradu pendapat. Lily, Toni dan Rosa sama-sama masuk ke dalam mobil, Toni sebagai supir buat Lily dan Rosa.

Toni: "Temani aku di depan, dong." ucapnya sambil menatap ke arah Rosa dan Lily secara bergantian.

Lily: "Aku yang akan duduk di depan. Aku akan menemanimu, Ton." sahutnya.

Toni: "Terima kasih, sayang." ucapnya dengan tidak sadar. Lily dan Rosa kaget, kedua wanita cantik itu menatap ke arah Toni secara bersamaan.

Lily: "Kamu bilang apa, Ton? Sayang?" tanyanya sambil menatap wajah Toni dengan tatapan tajam.

Toni: "Maaf, Li. Aku keceplosan." sahutnya dengan rasa tidak nyaman. Rosa hanya tersenyum tipis melihat wajah Toni yang gugup. Toni kembali melanjutkan perjalanan, dia melaju dengan mobilnya.

"Tiiit... Tiiit." ponsel Rosa berdering, dia menatap ke arah layar ponselnya dengan seksama dan melihat nama Hans. Seingatnya, Rosa memang pernah memberikan nomor ponselnya kepada Hans saat dia memberi saran agar Dewi di bawa ke rehabilitasi.

Rosa: "Iya, hallo." sapanya dengan suara yang pelan. "Ada apa, Hans?" tanyanya dengan rasa penasaran. Lily dan Hans sama-sama terdiam saat mendengar Rosa menyebut nama Hans.

Hans: "Aku ingin meminta nomor temanmu, Sa. Seorang dokter di pusat rehabilitasi." sahutnya.

Rosa: "Iya, Hans. Namanya dokter Nita, nanti aku kirim nomornya, ya." sahutnya.

Hans: "Terima kasih, Sa." sahutnya sambil mengakhiri pembicaraannya bersama Rosa.

Rosa: "Kalau dipikir-pikir, Dewi kasihan juga, ya, Li." ucapnya sambil menatap ke arah Lily.

Lily: "Memangnya, ada apa dengan Dewi?" tanyanya dengan rasa ingin tahu. Lily tidak mengetahui kondisi Dewi yang kecanduan minuman beralkohol dan mempunyai fantasi seks yang liar.

Rosa: "Dia kecanduan minuman beralkohol, Li. Aku menyarankan pada Hans, agar membawanya ke panti rehabilitasi." ucapnya lagi.

Lily: "Apa? Kecanduan ? Sejak kapan, Sa? Bagaimana kamu bisa tahu?" tanyanya dengan bertubi-tubi.

Toni: "Banyak amat pertanyaan kamu, Li." ucapnya sambil menoleh ke arah Lily.

Rosa: "Hans mengatakan semuanya padaku, Li. Dia sangat tertekan pada Dewi." sahutnya. Lily mencoba memahami perkataan sahabatnya itu, Lily tidak menyangka jika Dewi mengalami kecanduan alkohol yang cukup parah. Toni yang sedang fokus menyetir, menoleh ke arah Lily yang sedang tertegun memikirkan Dewi dan Hans.

Toni: "Kamu tidak boleh memikirkan Hans dan Dewi lagi, Li. Jangan tambah beban pikiranmu, dong." ucapnya dengan penuh perhatian. "Kita bertiga mau menenangkan pikiran, kan? Kenapa kalian membahas Dewi dan Hans, sih?" tanyanya dengan wajah yang sedikit kesal. Rosa dan Lily terdiam cukup lama, mereka berpikir perkataan Toni memang benar. Tujuan mereka ke danau adalah untuk menenangkan hati dan pikiran. Setelah menempuh perjalanan sekitar 45 menit, Rosa, Lily dan Toni akhirnya tiba di depan pintu masuk danau. Mereka masing-masing keluar dari dalam mobil, lalu menatap ke sekeliling mereka. Udara yang sejuk, angin sepoi-sepoi, dan cuaca yang cukup mendukung di danau itu membuat Rosa, Lily, dan Toni terlihat bahagia.

Lily: "Aku suka banget dengan danaunya, Sa. Udaranya sejuk, pemandangannya sangat indah." ucapnya dengan hati yang bahagia.

Rosa: "Iya, Li. Aku juga suka dengan danau ini." sahutnya. "Ayo, kita masuk ke dalam." ajaknya dengan penuh semangat. Mereka bertiga mulai melangkah masuk ke dalam area danau yang tenang itu. Toni menoleh ke kiri dan ke kanan, lalu dia menatap ke sekelilingnya. Toni melihat air danau yang berwarna biru kehijauan, dan air yang tenang.

Rosa: "Kita duduk di sebelah sana saja, ya. Tempatnya bagus, banyak rumput." ucapnya sambil menunjuk ke arah rerumputan yang hijau dan terdapat sebuah pohon yang cukup besar.

Lily: "Iya, Sa." sahutnya sambil tersenyum tipis. Ketiga sahabat itu kembali melangkah dengan cepat ke arah tepi danau yang penuh dengan rerumputan. Setibanya mereka di tempat itu, Lily mengeluarkan sebuah tikar dari dalam tas yang berada dalam genggamannya. Toni dan Rosa mengeluarkan alat yang lain.

Rosa: "Ayo, kita duduk." ajaknya sambil tersenyum lebar.

Toni: "Aku lapar, nih." ucapnya dengan pelan sambil memegangi perutnya.

Lily: "Di dalam tas besar itu ada roti dan buah. Kamu makan saja dulu." ucapnya sambil menunjuk ke arah tas berukuran sedang yang terletak di depannya.

Toni: "Kalau hanya makan roti, aku tidak kenyang, Li." ucapnya dengan wajah cemberut.

Rosa: "Makan itu saja dulu, Ton. Nanti kita sama-sama cari restaurant di dekat sini." ucapnya dengan penuh keyakinan.

Toni: "Iya, deh." sahutnya dengan wajah cemberut. "Apakah danau di sini aman, Sa?" tanyanya sambil mengunyah roti yang ada dalam mulutnya.

Rosa: "Maksud kamu, Ton?" tanyanya dengan rasa penasaran.

Toni: "Apakah di dalam danau tidak ada buaya?" tanyanya dengan rasa takut. "Biasanya yang diam-diam itu menghanyutkan. Air yang tenang belum tentu aman." ucapnya lagi.

Lily: "Ihh, ada-ada saja kamu ini ,Ton." sahutnya dengan suara yang keras. Rosa tahu jika Lily takut pada buaya.

***

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!