Memiliki watak yang berbeda dengan saudaranya yang lain, membuat Erina sulit diatur. Bahkan ia tidak mengindahkan permintaan orang tuanya untuk segera menikah. Ia lebih memilih tinggal di luar negeri dan sibuk dengan karirnya. Hingga pada suatu saat, ia tidak menyangka bisa berjumpa dengan seseorang yang dapat menaklukkan hatinya. Pertemuan mereka yang tidak disengaja mampu merubah kehidupan Erina. Meski awalnya ia tidak tertarik namun akhirnya ia yang tidak bisa menjauh darinya.
Laki-laki tersebut adalah seseorang yang juga sedang sibuk dengan dunianya sendiri. Namun setelah bertemu dengan Erina, ia mulai merubah pandangannya terhadap seorang wanita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mau kamu
Erina sudah berburuk sangka kepada suaminya. Ia pikir Rasyad benar-benar ketemuan sama cewek tadi siang. Ketakutannya hilang seketika saat tahu hal itu.
"Jadi kamu tidak mungkin cemburu kepada Roy, kan? "
"Ish apaan sih. Siapa yang cemburu? Udah ah, mau tidur ngantuk."
Erina langsung memposisikan dirinya di samping kanan mepet dengan dinding. tidak lupa ia meletakkan guling di tengah-tengah sebagai pembatas. Sebenarnya Rasyad kecewa dengan hal itu, namun ia memang harus lebih bersabar.
Sepertinya Erina melihat kekecewaan di wajah suaminya. Ia pun miring je kiri dan langsung angkat bicara.
"Mas, maaf ya. Aku hanya belum terbiasa. Nanti lama-lama pasti akan terbiasa. Jangan marah ya."
Rasyad yang tadinya terlentang, sekarang miring ke kanan menghadap istrinya.
"Aku tidak marah. Tidurlah." Ujar Rasyad dengan lembut. Ia tidak dapat menahan untuk tidak membelai rambut istrinya. Erina tersentak saat menerima belaian dari Rasyad. Badannya pun panas dingin.
"Cukup, Er. Dia cuma membelai rambutmu kok kamu sudah panas dingin. Gimana kalau yang lain-lain." Batinnya.
Kemudian Rasyad menarik selimut hanya untuk menutupi tubuh Erina.
"Kamu nggak mau pakai selimut, mas?"
"Tidak, aku gerah. Kamu saja."
"Oh, iya. "
Rasyad mematikan lampu kamar dan menyalakan lampu tidur. Suasananya menjadi semakin syahdu. Mereka mencoba untuk memejamkan mata.
Sementara itu di kamar Rasyad, kedua orang tuanya masih memantau CCTV dari handphone. Mereka dapat bernafas lega karena ternyata pengantin baru anteng di kamar berdua.
"Sudah ma, ayo kita tidur. Mereka juga pasti sudah tidur. Atau mungkin sudah....."
Papa menyatukan kedua jari telunjuknya.
"Haha iya Pa. Mudah-mudahan mereka berdua cepat ngasih kita cucu ya."
"Aamiin... "
Mama dan papa pun tidur karena sudah mengantuk. Lagipula besok pagi-pagi mereka akan berangkat.
Keesokan harinya.
Kali ini Rasyad bangun lebih dulu daripada Erina. Ia terbangun karena badannya sepeerti tertindih sesuatu. Ternyata istrinya memeluknya seperti guling. Sedangkan, guling pembatas sudah berada di bawah kaki mereka. Nafas Erina berhembus tepat di leher Rasyad. Hal tersebut tentu saja membuat nafas Rasyad bergemuruh. Bagaimana tidak, adik kecilnya di bawah sana sudah terbangun. Hal biasa yang terjadi saat di pagi hari. Apa lagi saat ini ia tengah mendapat rangsangan secara tidak sengaja dari istrinya.
"Sabar... ini akan segera berlalu. " Batinnya.
Rasyad pun membelai rambut istrinya mumpung orangnya masih tidur. Tidak hanya membelai, ia juga menciumnya. Wanginya sangat menyejukkan. Setelah itu Rasyad memperhatikan wajah istrinya yang begitu sempurna. Bulu mata yang lentik. Hidung kecil dan mancung. Alis yang cukup tebal namun beraturan. Bibir yang mungil dan berwarna merah muda. Pipi yang mulus dan cabi.
"Bibir ini. Ah, tidak-tidak. Jangan menyerang tanpa sepengetahuannya. Jangan menjadi pengecut, sad. Meski dia sudah halal bagimu, tapi kamu harus izin dulu."
Tiba-tiba alarm Erina berbunyi. Hal tersebut membuatnya terusik. Rasyad pun segera memejamkan mata. Erina membuka mata. Tangannya saat ini tengah meraba otot perut suaminya. Tanpa sadar ia menggerakkan tangannya. Hal tersebut tentu membuat Rasyad tersiksa. Lalu saat sadar, ia pun langsung menutup mulutnya.
"Oh tidak, untung dia belum bangun." Batinnya.
Pelan-pelan Erina menyingkirkan tangan dan kakinya. Namun tangan Rasyad keburu memeluknya. Ia pun menurunkan tangan Rasyad. Ia tidak tahu jika suaminya itu sedang pura-pura.
Erina pun membaca do'a bangun tidur, lalu duduk sambil meng afirmasi dirinya sendiri.
"Aku sehat, aku cantik, aku bahagia hari ini."
Tentu saja Rasyad mendengarnya. Terasa aneh baginya. Namun mungkin itu yang membuat istrinya itu selalu ceria.
Erina memperhatikan suaminya yang masih tidur.
"Mas... bangun. "
Erina bersuara tanpa menyentuh suaminya.
Rasyad masih belum berkutik.
Erina menyentuh pipi suaminya sambil mengusap lembut.
"Mas.... ayo bangun. Ini sudah shubuh. "
Usapan Erina membuat asik kecil semakin bangun. Rasyad pun pura-pura miring untuk menyembunyikannya. Erina melakukannya sekali lagi. Kali ini Rasyad langsung memegang tangan Erina.
"Iya aku akan bangun. Kamu ke kamar mandi duluan gih." Ujar Rasyad dengan suara khas bangun tidur.
"Baiklah."
Erina beranjak dari tempat tidur dan pergi ke kamar mandi. Sedangkan Rasyad ia langsung duduk saat mengetahui Erina sudah tidak ada.
"Huf.. sentuhannya sangat membahayakan." Lirihnya.
Rasyad segera memmakai kaos dan menunggu istrinya keluar dari kamar mandi. Setelah beberapa saat kemudian, Erina keluar dari kamar mandi.
"Mas, kita shalat jama'ah ya. Aku tunggu kamu."
"Okey."
Rasyad pun masuk ke kamar mandi. Erina sudah siap dengan mukenahnya menunggu sang imam. Ia juga menyiapkan sajadah untuk suaminya.
Lima menit kemudian, Rasyad keluar dari kamar mandi dengan rambutnya yang basah. Ia memakai kopiahnya, lalu berdiri di depan Erina.
Rasyad mulai memimpin shalat. Awalnya ia ragu karena tidak pernah menjadi imam dalam shalat. Namun kali ini ia harus mencobanya. Walau bagaimana pun hal itu akan menjadi kebiasaannya nanti. Saking gugupnya Rasyad, suaranya sempat bergetar. Namun akhirnya mereka dapat menyelesaikan shalat dengan khusuk.
"Assalamu'alaikum warahmatullah... "
Mereka berdzikir dan berdoa'a bersama. Setelah itu Erina mencium punggung tangan Rasyad. Hidung Erina terasa dingin menyentuh kulit tangan Rasyad. Rasyad ingin sekali mencium kening istrinya, namun ia ragu. Erina membuka mukenah dan melipatnya kembali.
"Mas, apa kita akan mengantar Mama dan Papa?"
"Sepertinya tidak perlu."
"Yang benar?"
"Iya, mereka yang bilang kok."
"Oh... "
Rasyad keluar dari kamar dan pergi ke dapur untuk mengambil air minum. Setelah berganti baju dan merapikan rambutnya, Erina pun keluar dari kamar menyusul suaminya. Rasyad sedang minum dan duduk di kursi makan. Melihat istrinya yang segar dan berseri-seri dengan baju daster selutut, membuat Rasyad tak berkedip melihatnya.
"Mas kamu mau teh, coklat, kopi, atau.... "
"Mau kamu. "
"Apa?"
"Eh tidak-tidak, itu mau susu. Ada susu, kan?"
"Iya ada. Susu vanila."
"Iya, itu saja."
"Baiklah."
"Rasyad, otakmu sudah tidak beres. " Batinnya sambil memukul kepalanya sendiri.
Sementara itu, Erina sedang memasak air untuk membuat susu. Tidak butuh waktu lama untuk menyelesaikannya. Ia membuat dia gelas susu untuknya dan untuk Rasyad.
"Ini, mas. Hati-hati masih panas."
"Terima kasih."
"Sama-sama."
Erina lanjut membersihkan apartemennya. Ia mengambil sapu dan kemoceng, lalu mulai membersihkan kamarnya. Tidak lama kemudian, terdengar suara ketukan pintu. Rasyad membukanya. Ternyata kedua orang tua Rasyad yang datang untuk pamit. Mereka menyerahkan kunci apartemen Rasyad.
"Ingat, jaga istrimu baik-baik. Dia tanggung jawabmu sekarang ." Ujar sang mana.
"Iya, ma."
"Mana istrimu?"
"Di kamar, lagi nyapu."
"Oh, ya sudah. Tidak usah dipanggil. Sampaikan salam dari kami."
"Iya ma. "
Rasyad pun mencium punggung tangan kedua orang tuanya.
Bersambung...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Semoga kalian berdua segera saling membuka hati, apalagi kedua ortu kalian dah memaksa kalian untuk tinggal bersama ?? Hayo kita semua dah siap nungguin kalian berdua belah duren 🤣🤣🤣🤩🤩🤩🙏