INGRID: Crisantemo Blu💙
Di balik nama Constanzo, Ingrid menyimpan luka dan rahasia yang bahkan dirinya tak sepenuhnya pahami. Dikhianati, dibenci, dan hampir dilenyapkan, ia datang ke jantung kegelapan-bukan untuk bertahan, tapi untuk menghancurkan. Namun, di dunia yang penuh bayangan, siapa yang benar-benar kawan, dan siapa yang hanya menunggu saat yang tepat untuk menusuk dari bayang-bayang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon I. D. R. Wardan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 Chi?
"Bagaimana? Kau menyukai kota ini? Luar biasa, bukan?" tanya Navarro sambil menyetir mobilnya.
"Ya, kota ini bagus." Ingrid menjawab seadanya.
Navarro tersenyum tipis mendengar jawaban sang sepupu. Navarro tahu Ingrid jujur, tapi suasana hatinya membelenggunya untuk tidak mengekspresikan perasaannya yang sebenarnya.
Sebenarnya, kepindahan Ingrid bukan sepenuhnya keinginannya, namun keadaan memaksanya karena sebuah tragedi. Jadi Navarro paham adiknya ini belum bisa sepenuhnya menerima tempat tinggal barunya. Tapi, ia percaya seiring berjalannya waktu, Ingrid pasti bisa berdamai dengan keadaannya.
"Aku senang kau menyukai nya, ingin ke suatu tempat?" tawar Navarro.
"Apa ada toko buku atau perpustakaan di sini?"
"Baiklah, ke perpustakaan kota!" Navarro sudah tau tempat yang akan ia tuju, ia pun melakukan mobilnya kearah perpustakaan kota yang jaraknya tidak jauh dari jalan tempat mobil hitamnya kini berpijak.
•┈┈┈••✦ ♡ ✦••┈┈┈•
"Woww." Ingrid ternganga kagum, melihat berapa besarnya perpustakaan di kota tempat tinggal barunya.
"Luar biasa, bukan? Pasti lebih besar dari yang pernah ada di tempat kotamu. Perpustakaan ini adalah wajah dari Noforte."
"Ya, ini benar-benar luar biasa! Aku ingin berkeliling," ujar Ingrid dengan mata yang masih berbinar, menyaksikan deretan buku terpajang rapi di raknya. Aroma, khas lembaran kertas bagai aroma lilin terapi yang menenangkan.
"Pergilah, ada buku yang harus ku cari di sebelah sana, cari aku jika ada sesuatu."
"Ya, tenang saja, aku bukan anak kecil." Ingrid dan Navarro berpisah untuk mencari buku yang mereka inginkan.
Ingrid berkeliling perpustakaan dengan wajah sumringah. Meneliti setiap buku yang dilewati dengan cermat, menikmati buku-buku yang menyimpan miliaran kata di balik sampulnya.
Ingrid sangat menyukai membaca. Di rumahnya sebelumnya, ia bahkan mempunyai perpustakaan kecil yang dibuat khusus untuknya dari sang ayah. Ingrid biasanya tidak dalam genre atau jenis buku yang ia baca, ia membaca apapun yang terlihat menarik baginya. Tetapi, buku sejarah dan fantasi adalah favoritnya.
Mata Ingrid menangkap judul buku yang menarik perhatiannya. Sialnya, buku itu cukup tebal dan berada di rak paling atas, sehingga Ingrid kesulitan untuk menggapainya.
Ingrid melihat sekitar, siapa tahu ada yang bisa ia mintai bantuan. Namun nihil, hanya ada dia di antara rak-rak buku ini.
"Ck, di mana semua orang?" keluhnya.
Tidak sabar, Ingrid memutuskan untuk nekad menggapai buku itu sendiri. Ia berjinjit setinggi yang ia bisa dan meregangkan tangannya sepanjang mungkin.
"Sedikit lagi, sedikit lagi, ayolah, sedikit lagi, dapat!"
Usaha memang tak mengkhianati hasil, akhirnya ia berhasil menggapai buku bersampul warna biru gelap bergradasi hitam tersebut. Tinggal sedikit lagi buku itu keluar dari raknya, tiba-tiba saja bahunya merasa nyeri, membuatnya terkejut dan refleks melepaskan tangannya dari buku yang tebal tersebut.
Ingrid yang fokus dengan sakit pada sendi bahunya tidak menyadari hal berbahaya. Saat buku tebal itu sedikit lagi menyentuh kepalanya, dengan cepat sebuah tangan menangkap buku itu.
Ingrid yang merasakan seseorang berdiri di depannya lantas mendongak, seorang pria berjaket zip hoddie merah persis seperti miliknya, berdiri menjulang lebih tinggi darinya tengah memegang buku yang tadi coba ia ambil.
Iris birunya seketika bertemu dengan Iris berwarna senada dengan miliknya. Ingrid dapat melihat pahatan sempurna dari tuhan di wajah pria ini. Tidak satu kata yang bisa menggambarkan laki-laki ini selain— tampan.
Untuk kedua kalinya Ingrid dibuat terdiam terpukau pada apa yang dilihat oleh indra penglihatannya. Tatapan mata itu terasa asing, tapi entah mengapa juga familiar. Ada sesuatu dalam sorotannya yang membuat Ingrid merasakan kerinduan. Sebelum ia mengucapkan apapun, laki-laki itu sudah melangkah pergi, meninggalkannya dengan buku tadi yang berpindah ke tangannya.
Sebelum laki-laki itu semakin menjauh, Ingrid tersadar dari lamunannya dan buru-buru berseru.
"Terima kasih!" Ingrid sedikit berteriak agar laki-laki berhodie merah itu mendengarnya.
Tapi jangankan dijawab, menghentikan langkahnya, atau memberikan kode pun tidak. Laki-laki tampan itu terus berjalan seakan kehadiran Ingrid itu tak kasat mata.
"Laki-laki aneh." Padahal Ingrid hanya berniat baik ingin mengucapkan terima kasih. Tapi malah reaksi seperti itu yang ia dapatkan, itu cukup membuatnya jengkel.
Ingrid mengenyahkan pikirannya, dan kembali melanjutkan aktivitasnya untuk memilih-milih buku, memutuskan melupakan kejadian barusan.
Setelah berkeliling dan berada di perpustakaan itu cukup lama, akhirnya Ingrid mendapatkan beberapa buku untuk ia baca. Begitu pula Navarro, yang juga sudah mendapatkan buku yang dia cari. Mereka membeli Buku-buku itu, sebab memang di perpustakaan ini selain bisa membaca di tempat atau meminjamkannya, buku-buku itu juga bisa dibeli.
"Apa ada lagi yang kau inginkan?" tanya Varro pada Ingrid saat mereka sudah kembali duduk di mobil.
"Tidak ada, kita kembali saja, aku cukup lelah."
"Sesuai keinginanmu, Tuan Putri." Mereka berdua terkekeh geli.
...•┈┈┈••✦ ♡ ✦••┈┈┈•...
"Ingrid kau akan masuk sekolah yang dengan Navarro, kau akan masuk besok senin," papar Nora di sela-sela makan malam.
Ingrid mengangguk, "Terima kasih, bibi."
Ingrid akan menuruti apapun ucapan bibinya selagi itu di rasanya baik untuknya. Kini bibinya yang akan menjadi walinya setelah kepergian ayahnya.
"Tidak perlu berterima kasih, itu kewajiban bibi. Bilang pada bibi atau Navarro bila kau butuh sesuatu," balas Nora, Ingrid mengangguk patuh.
"Kita satu sekolah adik kecil, aku sangat senang!"
"Sudah kubilang, berhenti memanggilku begitu," dengus Ingrid.
"Memang kenyataannya seperti itu."
Navarro mengambil daun selada di depannya dan melemparkannya, yang tepat mengenai wajah Ingrid, dia tertawa keras.
"Kau! Apa yang—" Navarro kembali melempar selada ke wajah Ingrid. Ingrid melotot dan bangkit, siap mengejarnya. "Kemari aku akan memberimu pelajaran!!" murka Ingrid yang langsung mengejar Navarro mengelilingi meja makan.
Nora yang melihat tingkah keduanya menggelengkan kepala lelah.
"Apa? Apa? Coba tangkap aku jika bisa!" tantang Navarro.
"Lihat saja apa yang akan kulakukan padamu jika aku menangkapmu, kemari kau!!"
Navarro menjulurkan lidahnya ke arah Ingrid untuk memprovokasinya. "Ayo! tangkap aku adik kecil, ayo! ayo!"
Suara telfon berdering terdengar, itu adalah suara telfon milik Navarro.
"Eits, aku harus menjawab telfon, selamat malam semuanya."
"Hei!!! kita masih belum selesai!"
...•┈┈┈••✦ ♡ ✦••┈┈┈•...
"Halo," jawab Navarro dengan malas.
"Dia sudah makan malam? Dia baik-baik saja, bukan? Apa dia memiliki masalah? Dia—"
"Ya, ya, dia sudah makan malam, dia dalam keadaan baik, dia tidak memiliki masalah apapun, dia bahagia, dia tidak menangis, dia baik-baik saja di sini, jadi kau tenang saja. Kau tahu? jika kau terus meneleponku dan terus bertanya hal-hal kecil tidak masuk akal seperti ini maka aku akan memblokir nomormu. Tapi aku tidak bisa, karena kau pasti akan langsung melubangi kepalaku yang berharga ini," keluhnya, seraya mengelus kepalanya yang berharga, "temui saja dia."
"Aku tidak bisa." telepon ditutup secara sepihak.
"Dasar, padahal dia hanya tinggal menemui ingrid saja."
"Menemuiku? Siapa?" tanya Ingrid, yang tiba-tiba berada di belakang Navarro.
Navarro tersentak kaget kemudian berbalik begitu menetralkan mimik wajahnya. "Seseorang yang sangat ingin bertemu dengan dirimu."
Ingrid mengerutkan dahinya. "Siapa yang kau maksud?" Mata Ingrid menyipit penasaran.
"Kau akan tahu sebentar lagi."Navarro menepuk kepala Ingrid.
"Apa–aww!! Hei!" Navarro menarik rambut Ingrid yang dikuncir.
"Empat kosong." Navarro berlari cepat meninggalkan Ingrid.
"Hei!!!! Navarro!!
...•┈┈┈••✦ ♡ ✦••┈┈┈•...