NovelToon NovelToon
ALVANA

ALVANA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: aufalifa

"Aku insecure sama kamu. kamu itu sempurna banget sampai-sampai aku bingung gimana caranya supaya bisa jadi imam yang baik buat kamu."
~Alvanza Utama Raja

🍃🍃🍃

Ketika air dan minyak dipersatukan, hasilnya pasti menolak keduanya bersatu. Seperti Alvan dan Ana, jika keduanya dipersatukan, hasilnya pasti berbeda dan tidak sesuai harapan. Karena yang satu awam dan yang satu tengah mendalami agamanya.

Namun, masih ada air sabun yang menyatukan air dan minyak untuk bisa disatukan. Begitu juga dengan Alvan dan Ana, jika Allah menghendaki keduanya bersatu, orang lain bisa apa?

🍃🍃🍃

"Jika kamu bersyukur mendapatkan Ana, berarti Ana yang harus sabar menghadapi kamu. Sebab, Allah menyatukan dua insan yang berbeda dan saling melengkapi."
~Aranaima Salsabilla

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aufalifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

telat sehari

Hari-hari berjalan seperti biasa. Setiap pagi Ana melayani suami dengan sepenuh hati. Membangunkannya, menyiapkan air untuk suaminya dan menyiapkan pakaian yang akan Alvan pakai saat kerja nanti.

Sekarang, Ana disibukkan dengan alat-alat dapur. Menyiapkan nasi goreng komplit yang merupakan makanan favorit suaminya. Heran, segala macam sayuran yang seharusnya ia masak, malah ia campur jadi satu dengan nasi. Entah rasanya seperti apa tetapi Alvan begitu menyukainya.

Gerakan Ana yang membuat telur mata sapi terhenti tatkala melihat tangan kekar Alvan yang memeluknya dari belakang dan melingkarkan tangannya  ke perut Ana.

"Istri capek istirahat dulu, ya." Ujar Alvan dengan mendudukkan Ana ke meja dekat kompor. Seenteng itu dan semudah itu Alvan menggendong Ana.

Ketika Ana hendak turun, Alvan mencegahnya. "Kamu turun, habis kamu sama paksu." Anaknya

Ana menghembuskan nafas kepasrahannya. Sedangkan Alvan langsung mengambil alih spatula yang di pegang Ana.

"Habis ini dikasih apa yang? Kecap? Sambal? Tepung?" Tanya Alvan pada Ana

"Mana ada adonan tepung di nasi goreng." Protesnya Memaksa diri untuk turun dan mengerjakan memasaknya sampai tuntas

Alvan yang melihatnya langsung tersenyum. "Kamu melanggar, kamu mau habis ditangan paksu?"

Ana tak menggubris. Ia langsung menaruh nasi goreng itu ke piring dan ia letakkan dia tas meja. Segera menyiapkan kopi susu untuk suaminya itu sebelum berangkat kerja.

Lain dengan Alvan yang ikut riwuh di dapur. Ia membuat segelas susu untuk Ana. Satu porsi nasi goreng dan segelas susu tersedia diatas meja.

"Sini sayang."

Melihat ada segelas susu dan kopi ada didepan suami, Ana menggelengkan kepala. "Kalau minta susu bilang A'. Kopinya biar nggak mubadzir." Protesnya

"Oke, Aa' minta susu." Alvan beranjak mendekat ke arah Ana

Satu pukulan kecil melayang ke dada bidang Alvan. "Aa' mesum!"

Tak peduli akan ocehan Ana, Alvan langsung menggandeng tangan Ana. Mendudukkan Ana ke atas pahanya, membuat Ana bingung. Alvan menyuapkan satu sendok nasi goreng ke arah Ana. "Kalau nggak gini, kamu nggak mungkin sarapan."

"Ana pasti sa-"

"Makan nggak boleh ngomong." Potongnya kembali menyuapkan nasi goreng ke mulut Ana, hingga satu porsi habis di makan berdua.

"Aa' ini ud-"

"Minum susunya sampai habis, sayang." Ujar Alvan memaksa Ana untuk menghabiskan susunya

Disusul Alvan yang langsung menghabiskan segelas kopi yang disiapkan Ana. Setelahnya Alvan langsung mencuci bekas sarapannya.

Ana tak bisa melakukan apapun kecuali mengikuti semua perintah suami. Ia hanya diam mematung menunggu Alvan selesai mencuci piring.

"Aa' mau berangkat sekarang?"

Entah kenapa dengan hari ini, perlakuan Alvan seolah tengah memanjakan dirinya tanpa diminta. Alvan langsung menggendongnya menuju ruang tengah, memperlihatkan kartun Upin dan Ipin. Menyiapkan beberapa camilan dan minuman untuk Ana.

"Waktunya kamu bersantai-santai, sayang. Hari ini aku pulang cepat. Kamu nggak boleh kemana-mana, nggak boleh pegang alat kebersihan. Kalau bosan baca majalah atau main ponsel aja, okey. Jam sepuluh siang nanti Aa' pulang." Perintah Alvan kali ini tak mau menerima bantahan

"Tumben pulang cepat, kenapa A'?"

"Kita akan pergi nanti."

"Kemana?" Tanya Ana antusias. Khayalan dimana ia dan Alvan akan menghabiskan waktu bersama

"Rumah sakit."

"Siapa yang sakit A'?

"Kamu."

"Aku? Perasaan aku nggak sakit kok A'."

"Perut kamu, sayang." Balas Alvan lembut

"Aku nggak ngerasa sakit A'." Protes Ana

"Jadwal menstruasi kamu telat satu hari, sayang. Hari ini kita akan periksa langsung ke dokter kandungan. Siapa tahu benar ada kecebong di rahim kamu." Jelasnya

"Tap-"

"Aa' nggak nerima bantahan."

🍃🍃🍃

Tepat seperti yang diucapkan suaminya tadi. Suaminya itu pulang tepat di jam sepuluh. Ana yang semula rebahan sambil nonton tv sekarang benar-benar terlelap ke alam mimpi. Jadilah tv yang menonton Ana.

Melihat istrinya tidur di sofa, Alvan bergerak untuk membangunkannya. "Sayang, ayo bangun." Ujarnya dengan menepuk pelan pipi Ana

"Eung....." Erangnya dengan mengulurkan tangannya ke atas

Alvan yang tak tega, memilih untuk menggendongnya saja sampai ke kamar. Melewati tangga demi tangga hingga masuk kedalam kamar.

Merebahkan pelan tubuh Ana dan membangunkannya pelan karena Alvan akan membawanya ke dokter kandungan. Dengan Ana yang telat jadwal menstruasi, membuat Alvan kegirangan.

"Sayang...." Ujar Alvan masih tetap berusaha membangunkan istri cantiknya itu. Tapi, tak ada tanda-tanda Ana akan bangun

Alvan bergerak untuk mencium pipi Ana sedikit lama sampai akhirnya Alvan menggigit pipi Ana gemas. Membuat sang empu spontan menampar wajah Alvan.

"Ssshhh! Sakit loh yang..." Pekik Alvan

"Ssshhh! Pipi Ana lebih sakit loh, A'." Pekik Ana menirukan nada bicara suaminya

"Iya udah, maaf yaa....." Ujar Alvan lembut sembari mengelus bekas gigitannya

Ana senyum merespon, ia segera dusun berhadapan dengan suaminya. "Nggak usah ke dokter ya, A'?" Tanya Ana penuh permohonan

"Kenapa, hm?"

"Ya Ana telat masih sehari, kalau nanti diperiksa dan ternyata Ana nggak hamil, kan malu sendiri sama ibu dokternya."

Dengan terpaksa Alvan mengiyakan permintaan istrinya. Namun, sedetik kemudian, Alvan tersenyum manis karena mengharap sesuatu. Ana yang faham pun ngikut aja.

"Kalau enam jam gagal, gimana kalau coba dua belas jam?" Tanya Alvan dengan menarik turunkan alisnya

Ana tentunya malu. "Aa' mulai mesum!"

🍃🍃🍃

Ana mendapat panggilan dari kantor polisi mengenai Kanaya yang dinyatakan meninggal setelah melahirkan. Pihak polisi meminta Ana atau Alvan untuk datang ke kantor polisi karena mendapat wasiat dari almarhumah.

Karena panik, Ana langsung keluar tanpa pamit pada sang suami. Ana terburu-buru untuk datang ke kantor polisi.

Sesampainya disana, Ana langsung diminta untuk membawa anak yang baru dilahirkan Kanaya. Sedangkan Kanaya sedang dilakukan proses pemakaman. Ana ingin menemui almarhumah tapi pihak polisi melarang siapapun untuk ikut campur.

"Almarhumah berwasiat kepada kami bahwa anaknya nanti akan diasuh pak Alvan dan ibu Ana." Ujar polisi itu memberi tahu

"Apakah tidak ada pihak keluarganya?"

"Dari awal almarhumah masuk penjara, tidak ada pihak keluarga yang datang."

Ana menatap bayi laki-laki di gendongannya. Begitu mirip dengan Kanaya. Kulitnya begitu putih bersih. Ana sangat menjamin jika besarnya nanti akan menjadi lelaki yang sangat tampan.

"Apakah Erik sudah mengetahui hal ini?" Tanya Ana

Polisi itu mengangguk. "Saudara Erik sudah tahu hal ini tetapi, kami tidak bisa memberikan anak itu karena saudara Erik akan kami asingkan ke Jayapura." Jelasnya yang bisa Ana mengerti

"Boleh saya meminta data anak ini?" Polisi itu mengangguk, menyodorkan beberapa berkas pada Ana. Selain itu, polisi juga memberikan buku coklat pada Ana.

"Dulu, almarhumah meminta saya untuk membelikan buku dan pulpen. Mungkin isi dalam buku itu adalah isi hati almarhumah yang belum sempat tersampaikan."

Setelah mengurusi beberapa hal penting, Ana langsung pamit pulang dan akan ia beritahu suaminya. Ya Allah, semoga dengan perantara bayi ini lekas engkau beri anugerah untukku bisa memliki anak. Batinnya dengan berdoa

Didalam perjalanan pulang, Ana meminta suaminya itu untuk membelikan perlengkapan untuk bayi laki-laki. Meski awalnya Alvan hendak bertanya untuk apa, tetapi Ana terus memaksa suaminya itu untuk membelikannya.

🍃🍃🍃

Alvan dibuat banyak pikiran oleh kerjaan kantor. Namun, tak semua pekerjaan itu yang Alvan pikirkan. Permintaan Ana yang meminta untuk dibelikan perlengkapan bayi laki-laki membuat Alvan bertanya-tanya dalam hati.

"Kenapa, bro?" Tanya Noval

"Istri minta dibelikan perlengkapan bayi laki-laki."

"Terus, kenapa lo galau? Harusnya Lo bersyukur karena lo akan jadi bapak." Sahut Arden heran

"Masalahnya istri gue belum hamil. Semalam aja masih uji coba kedua." Ceplosnya enteng

"Udahlah, positif thinking aja kalau istri Lo pengen ada persiapan sebelum kenyataan."

Tak mau ambil pusing, Alvan pun menuruti saran sahabatnya itu. Ia langsung menatap kearah iPad dan memesan perlengkapan bayi untuk laki-laki dan untuk perempuan. Tanpa peduli jika harus menguras sedikit dikantong. Istri senang suami tenang.

"Gila lo! Satu toko diborong semua." Ujar Noval dengan hebohnya

"Istri senang suami tenang." Balas Alvan terlihat begitu sumringah. Membuat kedua sahabatnya itu mencibir.

"Ayolah, gue mau jadi istri lo, Al." Ujar Noval yang langsung mendapat jitakan dari Arden. Sedangkan Alvan langsung keluar dari ruang kerja.

Lelaki yang mendapat julukan boss muda itu langsung menancap gas untuk pulang ke rumah. Ia ingin tahu alasan istrinya minta perlengkapan bayi laki-laki.

Sesampainya dirumah, Alvan samar-samar mendengar tangisan bayi. Dengan segera Alvan mencari sumber suara dan langsung mendapati sosok istrinya yang tengah menggendong bayi.

"Sayang." Panggil Alvan pelan. Ia sangat terkejut dengan bayi yang ada didalam gendongan istrinya.

Ana menoleh sembari tersenyum manis. Senyuman yang memberi arti bahwa dirinya sangat senang dihari ini. Ia harap, suaminya itu juga ikut senang dalam hadirnya putra Kanaya dan Erik.

"Anak siapa ini, yang?" Tak henti-hentinya Alvan menciumi bayi yang ada di dalam gendongan Ana, memainkan pipinya gemas.

"Ini anaknya Kanaya, setelah melahirkan Kanaya dinyatakan meninggal. Dan pihak polisi menyerahkan bayi ini pada kita sebagai bentuk wasiat almarhumah sebelum meninggal." Ana begitu senang dengan datangnya bayi yang dipercaya untuknya bisa merawat hingga besar

"Oh." Alvan kembali ke ekspresi datarnya, lelaki itu langsung merebahkan diri ke kasur yang empuk. Memejamkan mata menghilangkan rasa penatnya, kenyataan melihat bayi itu rasa capek yang Alvan rasakan malah semakin bertambah.

"Aa' nggak suka ya?" Begitu hati-hati Ana bertanya, takut jika suaminya itu menolak bayi yang ada dalam gendongannya.

"Kenapa harus kita yang merawat? Kenapa nggak dititip ke pantai asuhan?" Kentara sekali jika Alvan menolak hadirnya putra Kanaya dalam hidupnya.

Ana berjalan mendekati Alvan. "Berarti kita adalah orang yang dipercaya, A'. Siapa tahu dengan perantara bayi ini, kita semakin dipercaya Allah untuk dikaruniai anak."

Bayi ditangannya sudah terlelap. Ana langsung memindahkan bayi itu ketempat yang baru saja Alvan belikan khusus untuk bayi. Setelahnya, ia berjalan mendekati Alvan.

"Namanya Rey Alfaska Erkan. Panggilannya Rey, Kanaya pintar sekali membuat nama yang setampan itu." Niat hati Ana memberi tahu nama bayi itu pada Alvan.

"Hm." Balas Alvan lalu setelahnya memeluk sang istri. Menyembunyikan wajahnya ke perut Ana yang masih belum ada isinya.

Mendengar bayi Rey menangis, Ana langsung bangkit. Tetapi Alvan menahan dirinya untuk tidak kemana-mana. Alvan justru semakin mengeratkan pelukannya.

"Aa', lepas bentar itu Rey nya nangis." Ana berusaha melepas tangan kekar suaminya yang melingkar di pinggangnya. Namun nihil, tangannya tak sekuat Alvan memeluk pinggangnya.

"Jangan dimanja, sayang. Biarin aja, nanti juga berhenti sendiri." Alvan semakin mengeratkan pelukannya. Dari sini, siapa dong yang manja?

"Rey masih bayi, A'. Masih butuh Ana."

"Aa' mau kamu, sayang. Jangan duain Aa' dong." Rengek Alvan manja

Ana menghembuskan nafas kasarnya. "Ini masih satu dibilang jangan duain. Entar kalau anaknya delapan masih bilang jangan delapan nin dong."

Dengan sangat terpaksa Alvan melepas pelukannya. Membiarkan istrinya itu menenangkan Rey sampai Rey kembali terlelap.

"Sebentar lagi perawat dia datang. Aa' nggak mau kamu kecapean ngurusin rumah sama ngurusin dia."

"Tap-"

"Kamu menolak Aa' bertindak."

🍃🍃🍃 Seorang perempuan paruh baya yang kemungkinan sudah berumur empat puluh tahunan datang ke rumah karena memang suruhan Alvan. Selain itu Alvan juga mendatangkan dua perempuan paruh baya untuk dijadikannya asisten rumah tangga.

"Aa' mereka sem-"

"Kali ini kamu nggak boleh ngebantah keputusan Aa'. Kasihkan dia kemereka sekarang." Perintah Alvan tak ingin menerima bantahan

Dengan sedikit terpaksa, Ana memberikan Rey ke salah satu pembantu. Setelahnya Alvan langsung membawa Ana kekamar. Alvan membawa Ana duduk berhadapan dengannya.

"Aa' mau ngapain?"

"Aa' mau ajak kamu rundingan."

"Ngerundingin apa A'?"

"Kapan uji coba ronde ke tiga? Tanya Alvan, Ana menghembuskan nafas kasarnya. Ternyata cuma hal itu?

"Ana ngikut apa kata Aa'."

"Kenapa nggak kamu yang minta? Aa' lebih seneng lho kalau kamu yang minta duluan." Godanya membuat Ana memalingkan wajahnya karena malu

"Malu A'."

Alvan tertawa. Ia langsung menarik Ana kedalam dekapannya. Menciumi puncak kepala Ana yang menurutnya sangat memabukkan pernafasannya.

1
Bukhori
lanjut👍
Elisabeth Ratna Susanti
like plus subscribe 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!