NovelToon NovelToon
Bride Of The Fate

Bride Of The Fate

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Duda / CEO / Beda Usia / Mengubah Takdir / Romansa
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: Rustina Mulyawati

Anya Safira adalah gadis berusia 20 tahun. Ia bekerja sebagai petugas kebersihan di sebuah hotel. Suatu hari Anya tengah membersihkan kamar hotel yang sudah ditinggalkan oleh tamu. Namun, Seketika seorang pria masuk dan menutup pintu serta menguncinya. Pria itu mabuk dan tidak sadar kalau ia salah masuk kamar.

Melihat tubuh seksi Anya pria tersebut tidak tahan dan segera mendorong tubuh Anya ke atas ranjang. Pria itu pun naik dengan hasrat yang tidak tertahankan. Anya yang ketakutan hendak berteriak. Namun, pria itu segera membekap mulut Anya sambil berbisik.

"Jangan berteriak. Aku akan memberimu satu miliyar asal kau layani aku, " bisiknya.

Anya yang memang sedang membutuhkan uang, tidak pikir panjang dan menerima tawarannya. Dan disitulah awal dari semuanya.

Anya tidak tahu, kalau pria itu adalah tuan Elvaro. Duda kaya raya seorang Presdir perusahaan ternama YS.

Lalu, apakah yang akan terjadi selanjutnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rustina Mulyawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30. Bima Kamu Dimana?

 Syella baru saja pulang dari sekolah. Ia menyelidiki rumah yang tidak terlihat adanya sosok Bima. Karena penasaran ia bertanya kepada pelayan di rumah tentang keberadaan Bima.

 "Kak Bima udah pulang, belum? " tanya Syella karena sedikit merasa khawatir kepadanya.

 "Belum, Non. Saya belum melihat tuan muda lagi sejak pagi tadi pergi keluar."

 "Oh iyah. Makasih, " balas Syella sambil pergi melihat ke kamarnya dan ternyata memang tidak ada. Lantas, Syella mencari ke halaman belakang rumah. Ia juga melihat ke ruang gym dan ke kolam renang. Bima tidak terlihat di manapun. Ia mencari ke setiap sudut rumah tapi hasilnya nihil. Bima benar-benar tidak di rumah. Syella jadi semakin risau dan gelisah. Takut sesuatu terjadi pada Bima.

 Syella bertemu dengan Anya di ruang tengah. Dan langsung mendatanginya dengan mimik wajah panik juga gelisah.

 "Kak? Kakak lihat Kak Bima, gak? " tanya Syella.

 "Bima? Nggak sih. Dari pagi sampai sekarang Kakak belum bertemu sama dia. Kenapa? "

 Anya bertanya karena penasaran dengan kegelisahan Syella yang begitu kentara.

 "Kak Bima hari ini kelihatan aneh. Dia tidak seperti biasanya. Pagi tadi dia terlihat sangat murung. Aku juga tidak tahu kenapa? Dia sempat mencegah ku untuk pergi ke sekolah. Tapi aku ada ujian hari ini. Dan ternyata, Kak Bima menyusul ku ke sekolah. Tapi di sekolah dia tidak mengatakan apapun. Pokoknya Kak Bima terlihat sangat aneh. Aku khawatir dia kenapa-napa, " jelas Syella.

 "Pasti ada alasan kenapa Bima bisa seperti itu."

"Oh iyah, sebelumnya aku ngasih surat ke Kak Bima malam tadi. Surat itu dari teman ku, Kak. Aku minta dia untuk membalas suratnya. Tapi dia malah bertingkah aneh, " sambung Syella.

 Sejenak Anya berpikir. Setelah mendengar penjelasan Syella ia juga mulai panik dan khawatir. Karena Bima itu walaupun anaknya sering terang-terangan tetapi ia sangat tidak bisa ditebak.

 "Kakak coba telepon dia, yah? " ujar Anya segera mengambil ponselnya di kamar diikuti oleh Syella dari belakang.

  Anya mencoba menelpon Bima, tapi tidak di jawab. Anya tidak menyerah dan ia terus mencoba menghubungi Bima beberapa kali. Tetapi hasilnya tetap sama.

 Elvaro baru selesai mandi dan mendapati Anya dengan Syella yang terlihat panik.

 "Ada apa? " tanyanya.

 "Pak, tolong anda hubungi Bima sekarang juga, " jawab Anya dengan tergesa-gesa.

 "Kenapa? " Elvaro masih bertanya-tanya.

 "Udah. Cepetan telepon dia! " sergah Anya.

 Elvaro pun hanya menurut dan segera mengambil ponselnya yang terletak diatas meja hias dan segera menghubungi Bima. Panggilan pertama tidak ada jawaban.

 "Dia tidak mengangkat telepon nya, " ujar Elvaro begitu santai.

 "Coba lagi! " sahut Anya.

 "Yaudah."

 Elvaro hanya bisa mengalah dan menurut. Walaupun ia tidak tahu apa yang sedang terjadi saat ini.

 Tapi untungnya panggilan kedua itu di jawab oleh Bima, walau sedikit lama untuk menjawabnya.

 [Hallo? ]

 Setelah mengetahui Elvaro mendapatkan jawaban dari Bima Anya langsung merebut ponsel itu dari tangan Elvaro.

 "Bima? Kamu dimana sekarang? " tanya Anya berusaha untuk tetap tenang.

 [Apa ini? Ku kira Ayah ternyata bukan. ]

 Anya tahu dari suara Bima terdengar kalau dia sedang sedih dan ada masalah.

 "Bima? Mari kita bertemu. Saya ada sesuatu yang mau dikatakan. " Anya mencari alasan supaya Bima mau mengatakan keberadaan nya sekarang.

 [Memangnya apa yang mau kamu katakan? Bukankah kita tidak ada urusan sama sekali. ]

 "Bima ayolah. Ini sangat mendesak, " Anya masih berusaha.

 Elvaro kini mulai menyadari ada sesuatu yang terjadi. Walau entah apa itu, tapi ia mulai ikut panik melihat Anya sebegitu berusaha untuk menemukan keberadaan Bima sekarang.

 Elvaro segera mengambil kembali ponselnya dan mengeraskan suara hpnya supaya semua orang bisa mendengar.

 "Bima ini Ayah. Ayah mau ketemu sama kamu. Kamu ada dimana? " tanya Elvaro kemudian.

 Terdengar suara tawa kecil dari sebrang telepon. Namun suara tawa itu terdengar aneh dan membuat semua orang jadi makin khawatir.

 [Ayah? Aku rasa aku tidak bisa lari dari masa laluku. Entah bagaimana, aku bisa melupakannya dan hidup baik-baik saja seperti tidak pernah terjadi apapun. Wahhh... angin disini sangat kuat. Aku bisa melihat seluruh kota dari sini. Aku bahkan bisa merasakan kehadirannya di dekatku. Ayah, apa selama ini aku salah untuk berusaha hidup dengan baik? Aku jadi takut dengan diriku sendiri. ]

 Semua orang mendengarkan dengan seksama. Anya mulai berpikir tempat apa yang Bima bicarakan. Dan tentang apa yang ia maksud.

 "Ayah akan kesana. Tunggu Ayah! Kamu jangan kemana-mana, " balas Elvaro.

 Tut...

Bima mengakhiri panggilan itu tanpa menjawab apapun.

"Tempat yang berangin dan melihat seluruh kota. Apa dia sedang berada di sebuah atap gedung? " terka Anya.

 "Sepertinya begitu. Saya mungkin tahu, dia ada dimana sekarang, " sahut Elvaro.

 "Kalau begitu tunggu apa lagi? Ayo, kita kesana! " seru Anya.

"Aku ikut! " ucap Syella.

 "Nggak, kamu di rumah saja, yah? Nanti kalau ada orang yang bertanya Kakak pergi kemana. Bilang saja, kalau Kakak sedang jalan sama Pak Elvaro. Jangan membuat semua orang khawatir, paham? " ujar Anya sambil memegang kedua bahu adiknya.

 "Iyah, Kak. Aku paham kok! "

 Elvaro dan Anya pun bergegas pergi untuk mencari Bima. Elvaro sedikit mengetahui tentang masalah Bima satu tahun yang lalu. Tiga bulan lamanya, Bima terpuruk dan mengunci diri di kamar. Padahal semua sudah berlalu dan baik-baik saja. Entah apa yang terjadi, Bima malah kembali mengungkit masa lalunya. Jika tidak asap tidak mungkin ada api, pikir Elvaro saat ini. Ia begitu fokus saat mengendarai mobilnya. Dan sedikit mengebut karena ia khawatir pada Bima. Jika terlambat sedikit saja, Elvaro takut ia akan menyesal seumur hidupnya.

 Sementara itu, angin berhembus begitu kencang menerpa wajah pucat Bima. Tatapan Bima begitu kosong melihat jauh ke depan. Di sinilah Bima terakhir kali melihat Raras.

 Satu tahun yang lalu.

  "Bima, kamu tahu apa yang membuatku bertahan sejauh ini? " tanya Raras sambil memeluk erat tangan Bima.

  "Tentu saja, aku tahu. Karena aku, kan? Karena aku ini sumber kehidupan buat kamu," balas Bima sambil mencubit pelan hidung mancungnya.

 Raras tertawa. "Itu benar! Berkat kamu, hidupku jauh lebih baik. Bersama kamu aku tidak takut apapun. Berjanji lah kamu tidak akan pernah meninggalkanku, " ujar Raras ingin Bima melakukan janji kelingking.

 "Aku janji! " Bima tanpa ragu meraih janji kelingking Raras.

 Saat ini mereka sedang duduk menikmati angin kencang di atap sekolah. Di sana adalah tempat ternyaman mereka. Hingga suatu hari Bima melihat adegan yang sangat membuatnya marah. Bima pikir Raras sedang berselingkuh di atap bersama pria lain. Padahal saat itu, Raras sedang dilecehkan. Ia di cekoki obat yang membuat tubuhnya lemas tidak berdaya. Tetapi hal itu justru membuat Bima salah paham. Dan mulai membencinya. Hari demi hari sikapnya menjadi dingin terhadap Raras.

 Raras mencoba menjelaskan semuanya kepada Bima. Tetapi Bima memilih untuk tidak mempercayai nya dan ia hanya percaya pada apa yang dilihatnya hari itu. Raras merasa hancur. Hidupnya seakan telah berakhir. Satu-satunya orang yang sangat ia andalkan telah meninggalkannya hanya karena sebuah ke salah pahaman.

 Raras duduk di atap sekolah sendirian. Menatap jauh ke depan. Ia sempat mengirim pesan kepada Bima.

 [Bima. Aku tidak menyalahkan mu untuk semua yang terjadi. Aku tahu kamu sangat marah padaku. Tapi aku akan mengatakan sekali lagi. Aku tidak mengkhianati mu. Aku dijebak. Tapi, aku tahu kamu tidak percaya padaku. Dan itu adalah sesuatu yang paling aku takutkan. Aku merasa semua ini sudah berakhir. Terima kasih untuk semua kenangan indah kita. Selamat tinggal Bima. Aku akan selalu mencintai mu. ]

 Raras pun memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan melompat dari atas gedung sekolah. Padahal dihari Raras mengirim pesan terakhirnya itu, Bima tidak sengaja menemukan kebenarannya dan sedang menghabisi para pelaku yang melecehkannya. Tapi setelah melihat pesan itu, Bima sangat ketakutan mencari keberadaannya. Tapi, sayang kabar kematiannya menyebar lebih awal. Bima sangat hancur dan kejadian itu adalah sebuah penyesalan terbesar dalam hidupnya. Ia menyesal karena tidak mempercayainya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!