Menjadi seorang dokter bedah ilegal di dalam sebuah organisasi penjualan organ milik mafia berbahaya, membuat AVALONA CARRIE menjadi incaran perburuan polisi. Dan polisi yang ditugaskan untuk menangani kasus itu adalah DEVON REVELTON. Pertemuan mereka dalam sebuah insiden penangkapan membuat hubungan mereka menjadi di luar perkiraan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zarin.violetta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membawa Paksa
Ketika mobil yang dikendarai Ava sudah melesat jauh dari kota, tiba-tiba sorot lampu dari belakang menyilaukan menerobos kaca spion.
Sebuah mobil melesat dengan kecepatan gila, menyusul mobil mereka. Dan itu adalah mobil Devon.
Sopir mobil, menggerutu dalam bahasa Italia dan mempercepat laju.
"Shiitt! Siapa itu??" seru Marco dari kursi penumpang depan.
Tapi Devon tak kenal takut. Dia mendekat, hampir menyentuh bemper.
“Dia pria yang ada di butik tadi!” ucap Luca.
Dalam sekejap, Devon melesat, memotong laju mobil dengan gerakan yang brutal dan nekat, lalu membelokkan mobilnya secara horizontal di depan kap mobil, memblokir jalan sepenuhnya.
Sopir mengutuk dan menginjak rem dalam-dalam.
Ciiiiiiit!!
Ban berdecit keras di atas aspal. Mobil terguncang hebat sebelum akhirnya berhenti hanya beberapa sentimeter dari mobil Devon dan tubuh sang pengendara yang sekarang sudah keluar dari mobil.
"Tetap di dalam!" geram Luca pada Ava sambil meraih pistolnya dari balik jaket.
Marco pun sudah mengambil pistolnya.
Kedua bodyguard itu keluar dengan wajah marah menghampiri Devon. “Kau cari masalah, hah?”
Ava melihat ke balik jendela mobio dan merasa jantungnya berhenti berdetak. ‘Tidak. Bukan sekarang. Jangan di sini, Devon! Aku harus menemukan Alex terlebih dulu!’
"Pergi dari sini, Bodoh!" teriak Marco, mengacungkan pistolnya.
Devon tidak menjawab. Tubuhnya bergerak sebelum Marco mengatakan sesuatu lagi. Dia menendang tangan Marco yang memegang pistol, membuat senjata itu terlempar dan jatuh ke samping jalan.
Marco menggeram dan menerjang, tapi Devon sudah berputar, siku kanannya menghunjam keras ke sisi leher pria besar itu.
Marco terhuyung, tercekik.
Luca menembak.
DOR!
Devon berhasil menghindari peluru. Sebelum Luca bisa menembak untuk kedua kalinya, kaki Devon menyapu kaki sang bodyguard dengan kekuatan penuh.
Luca jatuh terjengkang. Devon menghampiri, dan dengan satu pukulan yang tepat dan keras ke rahang, Luca tak bergerak lagi.
Marco, yang masih terengah-engah, berusaha bangkit. Devon mengambil pistol yang tergeletak, dan dengan gagangnya, dia menghantamkannya ke belakang kepala Marco.
Pria itu pun roboh, tak sadarkan diri di atas aspal yang dingin.
Devon membuang pistol itu, matanya tidak pernah lepas dari Ava. Dia melangkah mendekati mobil, lalu membuka pintu mobil dengan kasar.
"Ava! Keluar! Sekarang!" teriaknya, suaranya parau. Tangannya yang kuat meraih lengan Ava.
Tapi Ava menarik lengannya kembali. "Tidak! Pergi kau!"
Wajah Devon berkerut, bingung. "Apa? Ava, ini aku! Devon! Aku di sini untuk menyelamatkanmu!"
"Aku tidak butuh diselamatkan! Aku tak mengenalmu! Pergi!" teriak Ava, mendorong tangannya.
Devon memandangnya seolah-olah dia telah gila. “Apa maksudmu? Vittorio akan berbuat buruk padamu! Dia akan menghancurkamu! Aku berjanji akan melindungimu waktu itu. Kita harus—“
"Pergi!" potong Ava, matanya begitu tajam menatap Devon.
“Pergi? Itu tak mungkin!” Devon menarik Ava, meskipun wanita itu melawan dan memukuli tubuhnya.
Devon tak akan membiarkan Ava dibawa lagi oleh Don Vittorio dan dia akan mencari tahu kenapa Ava tak mengenalnya.
Devon memanggul tubuh Ava yang masih memberontak dan ingin dilepaskan. “Lepaskan aku!” teriak Ava.
“Kau tawananku, Ava! Kau lupa? Oke, akan kuingatkan nanti!” gumam Devon sambil membawa Ava ke mobilnya.
Devon mendudukkan Ava di bangku depan. Namun wanita itu masih saja berusaha kabur. Devon mengambil borgol di dasbor mobil dan memborgol tangan Ava.
“Diamlah!” geram Devon sambil menatap mata Ava yang menatapnya kesal.
“Apa yang kau lakukan?” Ava tersengal-sengal. “Kau mau menangkapku?”
“Ya, kau akan menjadi tawananku mulai sekarang. Percayalah, lebih enak menjadi tawananku daripada tua bangka itu.” Lalu Devon segera kembali ke belakang kemudi.
masih penasaran siapa yg membocorkan operasi Devon di markas Don Vittorio dulu ya 🤔🤔