Dua remaja tsundere yang beranjak dewasa, memiliki cerita hidup yang kelam masing masing dan dipertemukan oleh takdir.
Dengan status sosial yang bagaikan langit dan bumi, melewati lika liku percintaan di sekolah yang bergejolak.. akankah mereka berakhir bahagia?
Selamat menikmati kisah mereka !!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ElizabethMelyna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Little Sunshine
Pagi hari ini, anak anak yang belum sekolah.. Datang lebih awal untuk di titipkan..
Kegiatan Daycare hari ini adalah yang paling disukai anak anak, dimana setiap hari Jumat ada program Playground together.
Beberapa kelas di merge untuk bermain bersama di playground, hal ini dapat meningkatkan sosialisasi anak dan mendapatkan teman baru dari kelas yang berbeda.
Kebetulan hari ini kelas Anna dan Silvi mendapatkan jadwal untuk bermain bersama.
" David.. Hati hati.. Jangan lepas pegangan nya ya. " Sahut Anna mengawasi anak anak bermain.
Kemudian Silvi datang membawa sekotak macaron di tangan nya.
" Nih.. Ada yang memberi mu cemilan manis lagi. " Kata Silvi sambil memberikan kotak kue itu.
" Hmm.. Dari siapa.. " Kata Anna penasaran.
" Dari salah satu orang tua di kelas ku. Seperti nya dia menyukai mu. " Tebak Silvi bercanda.
" Jangan ngawur. " Kata Anna.
" Dia duda.. Tidak ada salahnya kan. " Kata Silvi menggoda Anna.
" Aku sedang tidak punya minat untuk menjalin hubungan, jadi kalau ada yang titip seperti ini lagi.. Katakan saja kalau ini dilarang oleh manajemen. " Saran Anna mengantisipasi.
" Kalau dia ingin minta nomor mu? "
" Katakan aku sudah menikah. " Jawab Anna berbohong tanpa ragu dan membuat mereka berdua pun tertawa.
" Katakan padaku.. Sejujurnya kamu sudah punya pacar kan? " Tiba tiba Silvi penasaran.
" Sudah kubilang, aku sedang tidak minat dalam hubungan. " Jawab Anna
" Benarkah? Sejak kamu bergabung disini.. Sudah ada sekitar 1 2 3... 6 orang yang mengincarmu, tetapi reaksi mu tetap sama. Kukira kamu benar benar menutup hati karena sudah punya pacar. " Gumam silvi menyimpulkan sendiri.
" Aku hanya.... Belum bisa melupakan seseorang. Bukan berarti harus berpacaran kan. " Jawab Anna tiba tiba terlihat sendu.
Anna pun menghindari pembicaraan ini lebih dalam dan pergi menghampiri anak asuh nya yang sedang bermain pasir.
Di tempat lain
Malam itu terlihat mobil mercy hitam milik Liam sedang menuju ke suatu tempat di pinggiran kota.
Sebuah bangunan besar 3 lantai tampak di depan mata.
Seketika pintu gerbang terbuka seperti sudah hafal dengan mobil yang Liam kendarai.
Suasana disana tampak hening dan juga tenang, ada sebuah papan nama besar yang terpampang disana.
YAYASAN RUMAH ORANG TUA EMERENSIANA (Nama alamarhum ibu Liam)
Tanpa banyak bicara dan flexing, salah satu hal yang di capai oleh Liam adalah tempat ini.
Tempat atau bangunan yang sengaja ia buat untuk memberi harapan dan kehidupan lebih baik untuk para orang tua yang khusus nya terlantar.
Walaupun baru 5 tahun berdiri, semenjak Liam lulus kuliah dan kembali dari Canada.. Namun bangunan ini sudah menampung lebih dari 100 orang lansia di dalam nya.
Liam adalah donatur utama Yayasan yang ia dedikasi kan untuk ibu nya yang sudah lama pergi meninggalkannya.
Ia menutup setiap akses pemberitaan di media, karena bagi nya semua ini bukan hal yang perlu jadi konsumsi publik.
Lexi pun mengetahui hal ini, dan seringkali sebagai Anonim memberikan sumbangan atau dukungan entah berupa obat obatan atau makanan.
Karena Liam akan mencegah nya, bila mengetahui Lexi ikut membantu nya.
" Liam.. Kamu datang nak? Ibu masak kan makanan dulu untuk mu. " Sahut salah seorang pelayan yang mengabdikan diri sebagai tenaga kerja disana.
" Tidak bu. Aku sudah makan. Duduklah. " Kata Liam menarik kursi di samping nya.
" Ambil ini. Dokter ku meresepkan obat vertigo untuk anda. Minumlah dengan rutin agar sakit kepala anda mereda. " Kata Liam yang meski dingin serampangan dan nakal.. Tapi punya sisi perhatian.
" Bagaimana kamu tahu kalau vertigo ku kambuh.. Maaf jadi merepotkan mu. Jangan memperlakukan ku se spesial ini. Kamu memberiku kehidupan baru disini, aku sudah sangat bersyukur. " Jawab ibu paruh baya itu sambil menepuk bahu Liam.
" Tidak repot sama sekali. Tenang saja. Aku pergi dulu kalau begitu. " Jawab Liam yang menempuh 45 menit perjalanan hanya untuk memberikan obat secara langsung pada wanita itu.
" Liam.. Apa kamu masih belum menemui nya? " Suara ibu itu berubah menjadi sendu.
Dia adalah bu Naomi (ibu Anna)
" Aku masih sangat sibuk, tidak sempat menemui nya. " Jawab Liam seperti tak acuh.
Flashback ke 5 tahun lalu, sebulan setelah Liam menyelesaikan kuliah dan kembali pulang.. Ia mencari tahu kondisi bu Naomi yang ternyata hidup terlunta lunta.
Dari satu rumah ke rumah lain, ia melakukan pekerjaan sebagai pembantu serabutan.
Bahkan sering tidur di jalanan sambil berharap bisa menemukan putri nya, yaitu Anna.
Karna sejak kejadian terakhir kali Anna marah kecewa serta meninggalkan nya.. Bu Naomi kembali ke jalan yang benar dan memutuskan untuk pergi melepaskan pekerjaan nya sebagai pelayan sekaligus gundik di rumah keluarga Amanda.
Meskipun resiko nya, ia harus kehilangan segalanya bahkan tidak sanggup membayar sewa rumah lagi.
Liam lah orang yang pertama kali mengulurkan tangan padanya, dan memberi bu Naomi kehidupan baru di tempat ini.
Bisa di bilang, ibu Naomi adalah orang pertama yang menerima bantuan yayasan yang baru saja di dirikan Liam saat itu.
Kembali ke masa kini..
" Liam.. Sebenarnya aku berharap bisa bertemu dengan nya sebelum aku meninggal. " Kata Bu Naomi menghentikan langkah Liam.
" Selama ini aku tidak berani jujur tentang penyakit ku kepada mu.. "
" Apa maksud anda? " Tanya Liam terkejut.
" Ini adalah hukuman untuk ku. Aku takut kamu akan melakukan banyak pengorbanan lagi untuk membantu ku. Karena itu rahasiakan semua ini sampai ajal ku tiba. " Lanjut bu Naomi siap dengan takdirnya.
" Aku hanya ingin pergi dengan tenang, dan permintaan maafku di terima oleh nya. Itu saja. Aku tidak butuh lagi yang lain. " Bu Naomi pun menangis terisak di hadapan Liam.
Selama ini ia kesakitan dalam kesendirian dan tidak pernah mengeluh di depan orang lain, selain hanya beralasan sakit kepala biasa.. Padahal tumor otak nya sudah semakin membesar.
Semakin hari bahkan penglihatan nya semakin kabur.
" Aku mungkin belum bisa menemui nya.. Tapi bisa kupastikan, bahwa dia baik baik saja. Aku akan menjadwalkan pemeriksaan anda.. Tunggu kabar dari ku.. " Ucap Liam yang khawatir.
" Tidak !!! Sekali ini saja, turuti aku. Jangan paksa aku untuk berobat, karena semua itu akan sia sia. Biarkan aku bahagia dengan pilihan hidup ku saat ini.. Seperti kamu, yang memberi Anna ruang untuk mendapatkan kehidupan baru. Beri lah juga aku ruang untuk menerima hukuman ku. Dengan begitu rasa bersalah ku karena sudah menyakiti putri ku, akan sedikit terbayar. " Kata Bu Naomi yang mengetahui keadaan yang sebenarnya.
Seorang Liam Barack Abiyasa Baskara, bisa dengan mudah menemukan keberadaan Anna dimanapun dan kapanpun.. Bahkan bisa membawa nya kembali secara paksa kapan saja..
Tetapi lelaki itu lebih memilih menahan perasaan nya untuk memberikan ruang kepada Anna, mendapatkan kehidupan baru yang ia inginkan.
Liam menurunkan ego untuk pertama kalinya hanya karena seorang gadis bernama Anastasia.