"Jasku ini sangat mahal! Bagaimana bisa kamu menyentuhnya sesuka hatimu? Apa orangtuamu tidak mengajarimu sopan santun?" bentak seorang pria.
"Namaku Quinn! Aku berusia 6 tahun. Tolong, berikan aku pekerjaan! Aku akan bekerja dengan baik!" Quinn, bocah berusia 6 tahun itu melebarkan senyumnya.
"Apa? Ha-ha-ha! Memangnya kau bisa apa, Bocah?"
"Menemukan bug di perusahaanmu mungkin?" tawar Quenn.
"Apa? Kau seorang hacker? Apa kau sedang bermain, Nak?" Suara gelak tawa dari pria itu terdengar lantang. "Baiklah. Namaku Luca. Berapa uang yang kau inginkan?"
Sebuah pertemuan yang tidak sengaja. Membuka tabir rahasia yang telah tersimpan selama 7 tahun lamanya. Bagaimana kisah Quinn si gadis kecil menggemaskan itu? Lantas siapa ibu dari Quinn? Juga seperti apa kontribusi dari Quinn untuk Luca?
Simak kisah ini hanya di Putri CEO tersembunyi!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sisca Nasty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terima Kasih
"Kau memesan makanan terlalu banyak, Tuan Luca." Tiffany memandang semua pesanan makanan yang sudah dibeli oleh Joni.
"Aku membelikannya untuk Quinn. Bukankah anak kecil perlu makan banyak? Mereka harus mendapatkan vitamin dan nutrisi yang baik untuk tumbuh kembangnya," jawab Luca.
Tiffany beralih pada Quinn yang sedang menikmati makanannya. Gadis kecil itu menikmati makan malamnya dengan lahap. Tiffany merasa bahwa hari ini cukup buat Quinn menjalani kehidupan yang sulit.
"Sudahlah. Mungkin cukup untuk malam ini saja. Aku akan biarkan Quinn menikmati makan malam yang menurutnya enak. Lagipula tidak setiap hari kami membeli makanan yang mahal seperti ini." Tiffany membatin dalam hati.
"Mommy, apa kau tidak makan? Kenapa?" Pertanyaan Quinn menyentak Tiffany dalam lamunan.
Tiffany tersenyum. "Iya. Mommy makan. Kau makanlah yang banyak."
"Ya, aku akan makan yang banyak!" Quinn tersenyum. Lalu ia melanjutkan makan malamnya kembali.
Setelah makan malam, mungkin karena terlalu kenyang Quinn tidur terlalu cepat. Hebatnya, Quinn tertidur ketika ia sedang berbicara dengan Luca.
"Tuan Luca, dia tertidur." Joni berbicara sambil menunjuk Quinn yang sudah tidur di pangkuan Luca.
Kedua mata Luca kini tertuju pada Quinn yang memang sudah memejamkan mata. Sikap Luca selanjutnya membuat Joni kembali mencubit tangannya. Laki-laki itu merasa sakit. Itu artinya Joni sedang tidak bermimpi.
"Mengapa Tuan Luca menjadi seperti ini? Jantungku! Benar-benar terkejut! Seorang laki-laki berdarah dingin. Sejak kemarin, Tuan Luca memang tampak berbeda. Ah sudahlah! Jangan terlalu diambil pusing. Mungkin saja itu karena bocah ini menjadi aset berharga Tuan Luca. Maka dari itu Tuan Luca memperlakukannya dengan istimewa." Joni menepis semua perasaan aneh yang bergelayut di hatinya.
Namun, belum sempat hati Joni benar-benar tenang, justru kini ditambah dengan Luca yang membelai kepala Quinn. Bahkan Luca melakukannya dengan lembut dan hati-hati! Joni menguecek matanya. Ia mencoba untuk dapat melihat dengan jelas.
"Ya Tuhan! Semakin lama jantungku bisa jadi kena serangan jantung!" Joni membatin seraya mengusap dada.
"Sssttt!" Luca menaruh satu jari telunjuk di bibirnya. Sambil laki-laki itu mendesis, Joni mengangkat kepalanya supaya bisa melihat siapa orang yang disuruh diam oleh Luca.
"Dia tertidur?" tanya Tiffany.
Rupanya Luca memberikan isyarat pada Tiffany agar wanita itu tidak bersuara. Dengan hati-hati, Luca menggendong tubuh Quinn. Melihat Luca sudah menggendong Quinn, Tiffany langsung berjalan menuju ke kamar Quinn.
Setelah sampai di kamar Quinn, Luca pun membaringkan Quinn dengan hati-hati di ranjangnya. Pemandangan itu tak luput dari mata Tiffany yang mengawasi keduanya dengan intens.
"Bagaimana bisa mereka berdua bisa sedekat itu? Mengapa laki-laki itu seolah memiliki tempat yang berbeda untuk Quinn? Putriku itu memang gadis kecil yang ceria. Tapi, sejujurnya Quinn sangat pandai menilai seseorang. Sudah berapa kali laki-laki itu membantu Quinn?" Tiffany membatin dalam hati.
Luca lagi-lagi memandang wajah Quinn dengan seksama. Lalu laki-laki itu menyelimuti tubuh Quinn dengan selimut tebalnya. Entah sudah berapa kali Luca mengusap wajah Quinn. Laki-laki itu sampai betah untuk menatap bocah yang selalu dipanggilnya bocah tengik itu.
"Sebenarnya, wajahnya sedikit familiar. Di mana aku pernah melihatnya ya?" Luca bertanya dalam hati. Entah mengapa Luca pernah melihat sosok Quinn.
"Tuan," panggil Tiffany.
"Hem." Panggilan Tiffany membuyarkan lamunan Luca. Laki-laki itu akhirnya bangkit berdiri dan kemudian berjalan pergi meninggalkan Quinn yang sedang tertidur.
Kini dua orang itu sudah keluar dari kamar Quinn. Luca terus berjalan menuju ke teras rumah kontrakan Tiffany. Suasana canggung secara mendadak tercipta.
"Anda akan pulang?" tanya Tiffany.
"Ya, aku harus pulang. Ini sudah malam dan Quinn sudah tidur," jawab Luca.
Keduanya saling berdiam diri. Namun, tanpa sengaja mata mereka beradu pandang. Membuat Tiffany dan Luca semakin merasa canggung.
"Em, mau minum kopi?" Tiba-tiba Tiffany menawarkan secangkir kopi.
Akankah Luca menerima undangan minum kopi dari Tiffany?
Emakmu kudu diksh paham Quinn babehmu udh jujur sampe malu loh 🤣🤣🤣🙈🙈🙈