Kaira Lestari anak berusia 19 tahun yang dulunya seorang anak kecil yang selalu manja dan bahagia,namun kepergian sang Ibu membuatnya hancur berantakan.Ayahnya menikah lagi dengan seorang janda yang membawa satu anak perempuan yang hampir satu usia dengan nya. Hidup nya di siksa habis habisan,selain Luka batin,luka dan lebam selalu memenuhi tubuh nya. Akankah ada hari bahagia atau senyum lagi muncul di bibir gadis itu?
Bukan urusanku.
“ Jangan pernah bermain main denganku, keluargaku adalah urusanku bukan urusanmu. Jangan sampai aku membawa masalah ini ke jalur hukum “ ujar Bima dengan mata tajam ke arah Fatan yang duduk di depannya.
Fatan hanya terdiam dan tenang mendengar ucapan pria paruh baya itu. Tadi dia dipanggil oleh seorang siswa untuk datang ke kantor guru. Dan ternyata orang tua dari Kaira lah yang ingin bertemu dengannya.
“Katakan di mana kamu menyembunyikan putriku “
Fathan terkekeh kecil.” Apakah kaira benar benar puteri anda?”
Bima mengerutkan keningnya.
“Setelah aku lihat perlakuan kalian kepadanya di rumah sakit, apakah layak Anda disebut sebagai orang tua?”
Bima mendekatkan wajahnya ke arah Fatan dengan tatapan yang tajam “ aku ulangi sekali lagi, jangan main-main denganku dan juga keluarga aku! Putriku adalah urusanku bukan urusanmu, kamu bukan siapa siapa di keluarga aku dan aku tidak mengenalmu “lalu pria itu menjauhkan wajahnya.”
Aku melakukan itu semua demi kebaikan, dan kamu tidak tahu apa-apa tentang keluarga aku”
“ Aku memang bukan siapa-siapa bagi Anda om, tapi melihat Kaira disiksa seperti itu rasa kemanusiaan ku masih ada. Aku tidak tega melihat seorang perempuan disiksa oleh ayahnya lebih anaknya yang lain “
“Sekali lagi ku katakan jangan urusi urusan ku”bentak Bima dengan menarik kerah baju Fathan.
”dimana Kaira?”
Fathan menghela nafas. Dia tau dia salah karena terlalu ikut campur dengan keluarga gadis itu,tapi entah mengapa hatinya tidak tega jika Kaira mendapatkan perlakuan seperti yang dia lihat di rumah sakit.
“ Aku akan memberitahu di mana Kaira sekarang, tapi om harus janji bahwa om tidak akan melakukan kekerasan lagi kepadanya, ingat om, Kaira sudah hidup dengan satu ginjal. Dia tidak bisa bekerja terlalu keras dan tidak bisa mempunyai pikiran yang banyak “
“ sekali lagi kukatakan kepadamu kau orang asing, bukan siapa siapa di keluarga aku. Jadi jangan memperingati ku. Dan kamu juga tidak punya hak dan putriku “
“Aku akan mengantar Kaira nanti ke rumah kalian om..”
“Aku butuh sekarang! Bukan nanti”
.
Kaira menyisir rambutnya di depan cermin. Senyum terus muncul di bibir gadis itu. Entah mengapa, akhir-akhir ini dia merasa hatinya bahagia, mungkin karena dia baru merasakan ada seseorang yang peduli dengan nya dan beberapa hari ini dia tidak mengalami penyiksaan dari orang orang terdekat.
“ Aku masak ah, nanti kalau Fatan pulang biar dia tinggal makan “ gadis itu berdiri dari duduknya lalu keluar dari dalam kamar melangkahkan kakinya menuju dapur. Hari ini bi siti tidak datang, nanti malam baru wanita paruh baya itu bisa datang untuk menemaninya tidur di apartemen. Hari ini wanita paruh baya itu harus menghabiskan waktunya dengan anak anaknya supaya nanti malam dia bisa meninggalkan anak anaknya di rumah.
“ Aku masak apa ya?” ucap Kaira setelah membuka kulkas dan melihat beberapa bahan makanan di sana. Lalu kembali senyum muncul di bibir gadis itu “ aku masak ayam semur aja deh “
“Lo lagi apa?”
“Astaga…”Kaira terkejut lalu dengan spontan ayam yang ada di styrofoam yang di baluti plastik crab jatuh ke lantai.
“Astaga Fathan,lo rupanya..”ucap Kaira sembari menyentuh jantungnya.
Fathan mengambil ayam mentah yang jatuh itu dan meletakkannya di meja makan.
Kaira melihat ke arah jam dinding dan kembali melihat ke arah Fathan.”kalian udah pulang sekolah?”
Fathan menggeleng.”belum..”
“Kok lo di sini?”
Fathan menatap Kaira dengan tersenyum tipis.”Ra,lo bahagia nggak tinggal di sini?”
“Kok lo nanya gitu?”
“Jawab aja dulu ra..”
Kaira tersenyum dan mulai mengangguk kan kepalanya.matanya mulai melihat se isi apartemen.”iya,gue bahagia banget Fathan,ini kali pertamanya gue merasa tenang..”
Fathan menghela nafas.”makasih Ra udah bahagia di sini, Gue juga bahagia kalau lo tinggal di sini mau sampe kapan pun. Tapi gue enggak bisa melakukan hal itu, lo bukan hak gue, dan gue enggak berhak dengan kehidupan yang lo jalanin “
“ maksudnya?”
“ maksudnya, ayo kita pulang!”
Kaira melihat ke arah sumber suara yang ada di belakang Fathan.