Ia mengalami kematian konyol setelah mencaci maki sebuah novel sampah berjudul "Keajaiban Cinta Capella". Kemudian, ia menyadari bahwa dirinya menjelma menjadi Adhara, seorang tokoh sampingan dalam novel sampah itu.
Sayangnya, Adhara mengalami kematian konyol karena terlibat dalam kerusuhan.
Kerusuhan itu bermula dari Capella, si tokoh utama yang tak mau dijadikan permaisuri oleh kaisar.
Demi kelangsungan hidupnya, ia harus membuat Capella jatuh cinta dengan Kaisar Negeri Bintang. Kesulitan bertambah saat terjadi banyak perubahan alur cerita dari novel aslinya.
Mampukah ia mencegah kematiannya sebagai Adhara, pemeran pembantu dari dunia novel yang berjudul "Keajaiban Cinta Capella"?
"Mungkin ini hanya jalan agar kita bisa bertemu lagi, dan saling mencintai dengan cara yang lebih bahagia."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mira Akira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JEPIT RAMBUT AGENA 1
Rigel sudah sangat ceria pagi ini. Ia memaksa untuk mendengar cerita dari Adhara mengenai kasus kota Dubhe.
Adhara hanya mengatakan bahwa cerita itu seperti yang telah beredar. Namun Rigel dengan keras kepala, terus memaksa untuk mendengar cerita yang sebenarnya.
Yahh.. Kasus kota Dubhe berakhir dengan beberapa cerita yang menyebar. Namun kenyataan di baliknya hanya mereka yang terlibat di kota Dubhe yang tahu.
Pelaku di balik kasus kota Dubhe ialah arwah Mintaka yang meminta keadilan. Itulah yang ada dalam laporan.
Kekaisaran menyebar rumor bahwa jalan satu-satunya untuk mencegah jatuhnya korban lagi, yakni dengan meminta maaf pada Mintaka.
Menkalinan mendata orang-orang yang merasa pernah menyakiti atau menghina Mintaka, lalu mereka harus meminta maaf pada Mintaka dengan tulus.
Mereka juga harus berjanji untuk tak menyebut Mintaka penyihir lagi, maka Mintaka tak akan mendatangi mereka.
Selain itu, keputusan ini dibuat atas permohonan Menkalinan agar Mintaka tak disebut penyihir lagi.
Lagipula yang dicari orang-orang itu bukanlah fakta cerita, tetapi bahan untuk diceritakan. Karena itu, Adhara yakin keputusan ini sudah benar.
Terutama jika kenyataan bahwa ibu Mintaka yang terlibat dalam hal ini terungkap, maka Mintaka juga akan kena buruknya lagi.
Bagaimana dengan ibu Mintaka?
Saat mereka kembali ke pusat kota Negeri Bintang, tersebar kabar bahwa korban terakhir Mintaka ditemukan. Seorang gadis yang namanya tidak diketahui, ditemukan tewas di perbatasan kota Dubhe.
Adhara tak tahu apa yang terjadi pada ibu Mintaka. Mungkin saja ritual terlarang itu sudah memakannya, baik dari hati maupun raganya.
Jadi, mungkin ini jalan yang terbaik.
Kembali lagi pada Rigel yang ceria. Kini Rigel tengah menatap dua orang pria yang berdiri di belakang Adhara. Saat ini, Adhara tengah menyelesaikan sarapan paginya.
“Kenapa ada dua tikus putih di sini? Memelihara satu saja sudah sangat mengganggu pemandangan, kau malah diikuti satu tikus putih lagi,” sindir Rigel tak tanggung-tanggung.
Regor yang sudah terbiasa hanya diam, dan tak mengeluh. Namun Menkalinan yang baru mendengar komentar maut Rigel, mendadak tersenyum tak enak pada Rigel.
“Saya berterima kasih pada Nona Adhara yang menunjukkan pada saya jalan kebaikan. Saya juga telah sempat membuat Nona Adhara terluka, jadi saya akan menjamin keselamatan Nona Adhara.”
Adhara hanya melirik Menkalinan dengan jengkel. Apanya yang jalan kebaikan?
Kau pikir aku motivator?
Bahkan saat itu Adhara juga kehilangan suaranya. Dari segi mananya dia menunjukkan jalan kebaikan?
“Lagipula sejak kapan seorang Jenderal kekaisaran ini punya banyak waktu luang untuk menguntit seorang Penasihat Kekaisaran?” Rigel yang sudah selesai sarapan melanjutkan ceramahnya.
Mendengar jabatan barunya disebut, Adhara mendadak jadi sangat bangga. Ia memakan potongan buah semangka yang telah disiapkan Shaula di atas meja.
Aku jadi penasihat kekaisaran ha ha ha… Lihat penulis! Aku menunjukkan padamu besarnya pengaruh seorang pemeran pembantu seperti Adhara.
Adhara berhasil dinobatkan menjadi penasihat kekaisaran. Menggeser pejabat Auriga, ayah angkat Sargas, penasihat kekaisaran sebelumnya. Rasanya sangat puas jika kau mengalahkan lawan debatmu sendiri. Sekarang jabatannya lebih tinggi dari pejabat Auriga yang sombong itu.
“Salah satu tugas Jenderal ialah melindungi keluarga kekaisaran. Saya hanya melindungi calon permaisuri kaisar.”
Byurr…
“Uhuk.. Uhuk...”
Adhara menyemburkan semangka yang baru ia gigit dengan tidak elitnya. Bahkan ia tak perduli pada Rigel yang dengan sabar membersihkan mulut Adhara yang belepotan.
Regor yang sejak tadi diam, menyenggol Menkalinan. Memberi tatapan rahasia untuk mengatasi ke-emberan mulut Jenderal ini.
“Siapa yang kau sebut calon permaisuri hah? Adhara itu masih kecil, jangan bicarakan pernikahan di hadapannya. Jika ingin mengambil Adhara sebagai permaisuri, nanti ketika Adhara sudah berusia 20 tahun. Bagaimana jika Adhara belum siap dan sebagainya,” omel Rigel dengan emak-emak mode.
Adhara menatap ketiga pria di sekitarnya dengan tidak mengerti. Apa maksudnya dengan calon permaisuri kaisar? Pernikahan? Di sini tak ada Capella, jadi yang disebut mereka calon permaisuri kaisar itu dirinya?
Kok bisa?
Memangnya Aldebaran, kaisar Negeri Bintang bucin itu suka dengannya? Sesuai dengan alur novel “Keajaiban Cinta Capella”, orang yang dicintai Aldebaran itu ialah Capella. Bukan si pemeran pembantu seperti Adhara.
Lagipula jodoh Adhara juga sudah ditentukan dalam novel itu. Ia mulai menghitung perkiraan waktu dalam alur novel. Seharusnya tak lama lagi Adhara akan ditunangkan dengan seorang bangsawan. Tepatnya saat Adhara berusia 18 tahun. Berarti dalam beberapa bulan lagi, pria bangsawan kurang ajar itu akan datang.
Pokoknya, misi kedua ia sebagai Adhara ialah menggagalkan pertunangannya dengan orang itu.
“Jenderal, maaf tentang tanganmu. Kaisar mungkin hanya kesal karena Jenderal kekaisaran terlibat dalam kasus itu,” jelas Adhara untuk mengalihkan pembicaraan.
Luka di tangan Menkalinan terlihat sangat dalam. Seingat Adhara, ia melihat pedang Aldebaran menembus telapak tangan Menkalinan dengan mudahnya. Melihatnya saja sudah sangat menyakitkan, apalagi Menkalinan yang harus menerima serangan kaisar tiran macam Aldebaran.
“Ini salah saya sendiri, Nona.”
Adhara tersenyum sekilas, “Kau melepas rambut palsumu.”
Menkalinan mengusap rambutnya abu mudanya. Ia tersenyum, namun senyum itu tak mencapai matanya, “Setidaknya masih ada satu orang yang menyukai rambut saya.”
Rigel mencomot potongan semangka di atas meja, “Setidaknya apapun warna rambutmu, aku tetap tak menyukai pria dengan rambut sepertimu.”
Adhara memahami maksud Rigel. Di sekitar Adhara, ada tiga orang yang rambutnya berwarna abu muda, yakni Regor, Sargas, dan Menkalinan. Sargas jelas orang yang sangat Rigel benci. Kalau Regor dan Menkalinan, yahh… Rigel cuma suka menyindirnya saja.
Baru saja Adhara ingin menanggapi, ucapannya terhenti saat melihat Capella datang bersama pelayan pribadinya.
Dengan sopan Capella menyapa mereka, dan juga menyapa Adhara. Namun entah mengapa, Adhara merasa Capella seperti terpaksa menyapanya.
Pemeran utama ini masih marah padanya?
“Adhara, kau mau ikut ke pusat kota?”
Adhara tersentak saat Capella tiba-tiba mengajaknya.
Tumben…
“Untuk apa?”
Capella tersenyum tipis, “Bertemu teman-temanku.”
Sebenarnya, ini kesempatannya untuk membuat Capella setidaknya memikirkan Aldebaran. Adhara harus pura-pura memasang wajah ibu rumpi, dan membuka pembicaraan tentang permaisuri kaisar nantinya.
Lalu, ia akan berpura-pura menjodohkan adiknya ini dengan kaisar. Mengatakan bahwa mereka cocok, dan sebagainya. Intinya usaha.
Terkadang saat kamu dijodoh-jodohkan dan dibilang cocok dengan seseorang, kau akan segera memikirkannya kemudian.
Adhara sering membaca hal ini dari cerita-cerita romantis. Dimana ada teman yang bilang, “Eh, si x ini tampan banget, terus kamu juga cantik. Jadinya cocok kan.”
Dan yang disebut langsung memerah, dan memikirkan perkataan temannya.
Lihatlah penulis, bagaimana orang pro bekerja. Aku akan mengubah alur cerita novelmu yang hanya mengandal cinta sebagai modal.
“Oke. Aku akan mengganti gaunku sebentar,” Adhara menggigit sepotong semangka lagi. Setelah itu, ia berlari ke kamarnya secepat yang ia bisa.
***
Setelah menyingkirkan Regor dan Menkalinan yang sempat memaksa ingin ikut, Adhara akhirnya ke pusat kota bersama Capella.
Biasanya Adhara hanya berjalan kaki menuju pusat kota, tetapi Capella jelas berbeda dengannya. Jadi, mereka berdua menaiki kereta kuda untuk pergi ke pusat kota.
Adhara tak membawa Shaula bersamanya, begitu juga dengan Capella yang tak membawa pelayan pribadinya. Sehingga hanya mereka berdua di kereta kuda, dan suasana mendadak menjadi aneh.
Mungkin karena pertengkaran mereka waktu itu, jadi sekarang rasanya canggung. Adhara menghela napasnya sesekali, sedangkan Capella memperhatikan rambut Adhara dengan lekat.
Awalnya Adhara mengabaikannya, namun lama kelamaan terasa sedikit menganggu. Apa Capella melihat ada uban tumbuh di rambutnya? Atau apa Adhara ini punya kutu?
Adhara mendadak ingin menggaruk kepalanya.
“Ada apa?”
Capella dengan cepat menggelengkan kepalanya, “Adhara baru beli jepit rambut?”
Adhara segera meraba jepit rambut giok yang kebetulan ia pakai hari ini, “Oh, ini memang baru.”
Jepit rambut giok biru berlian ini memang baru. Adhara baru mendapatkannya dari kaisar. Ia tak sering memakai jepit rambut giok ini, karena terlalu mewah untuk dipakai sehari-hari.
Namun karena Adhara harus bertemu dengan gadis-gadis bangsawan lainnya, ia harus terlihat ‘setara’ dengan mereka. Setidaknya, jangan sampai mereka menyadari bahwa ia punya jiwa bar-bar.
Adhara mengerutkan keningnya melihat Capella yang semakin aneh. Capella terlihat seperti tak mempercayai ucapannya. Namun karena terbiasa dilatih kepribadiannya, Capella terlihat menahan perkataannya.
Ini sedikit aneh. Capella yang ini, terlihat sangat jauh berbeda dengan Capella dalam alur yang sebenarnya. Apa yang membuat gadis ini berubah?
Baru saja lamunan Adhara berjalan, kereta kuda telah mencapai tempat tujuan. Capella segera turun dengan ekspresi riang. Adhara melihat teman-teman Capella tengah menunggu di suatu tempat yang terlihat seperti kafe.
Kenapa sekarang ia jadi ragu untuk bertemu teman-teman Capella?
“Adhara.”
Capella yang sudah menuju teman-temannya menegur Adhara yang bengong. Pada akhirnya, Adhara turun dari kereta kuda. Menghampiri Capella yang dikerubungi oleh teman-temannya yang seperti lalat.
“Ini Adhara,” Capella memperkenalkan Adhara pada teman-temannya.
Salah seorang teman Capella tersenyum tipis pada Adhara, “Dia adikmu?”
Capella tersenyum palsu, “Adhara ini kakakku.”
Teman-teman Capella tertawa dengan anggun, menanggapi pernyataan Capella. Bahkan para gadis bangsawan ini menahan diri dalam tertawa.
Ia ingat saat di kehidupannya sebelumnya, ketika ia gibah dengan teman-teman SMA-nya, mereka tertawa seperti tak ada beban. Tetapi, melihat cara gibah di dunia novel ini rasanya seperti menahan kentut. Kalau ditahan sakit perut, dikeluarkan malu.
“Bukankah kita harus memilih pasangan sekarang?” cetus salah satu teman Capella dengan wajah bersemu merah.
“Kau benar. Tetapi, siapa yang mau denganku?” Capella memasang wajah sedihnya.
Teman-teman yang lain mengelus bahunya untuk menenangkan, “Tak mungkin orang secantik Capella tak punya pasangan. Kau pasti berbohong.”
Adhara meminum minuman sari buah yang dipesannya tadi dengan tenang. Ia merasa tak bisa mencampuri pembiacaraan mereka.
Ia mencoba menebak buah apa yang menjadi bahan utama minuman ini. Ada rasa manis dan asam yang menyegarkan. Lalu, ada aroma mint yang menenangkan.
Ngomong-ngomong ini berapa harganya ya?
“Bukannya kau dekat dengan Sargas Auriga?”
Adhara mendelik, "jangan bicarakan Sargas di sini, girl. Kau mau Negeri Bintang yang tenang dan damai ini hancur hanya karena Capella memilih Sargas?" ucap Adhara hanya dalam hati.
“Akhir-akhir ini Sargas agak berbeda. Mungkin dia menyukai gadis lain,” Capella masih memasang wajah sedihnya.
Capella memperhatikan Adhara yang masih nyaman dengan minumannya. Tak terganggu sedikit pun dengan pembicaraan mereka. Capella mengepalkan tangannya erat.
“Bagimana bisa Sargas Auriga tak menyukaimu? Memangnya ada gadis yang lebih cantik dari dirimu? Bahkan jika kau mau jadi permaisuri, kaisar pasti akan langsung memilihmu.”
Adhara mengangguk-anggukan kepalanya tak jelas. Jika menilai dari novel aslinya, yahh.. Memang seperti itu. Kaisar memang sangat menginginkan Capella, begitu juga Sargas..
Yah, standar cerita cinta segitiga memang digunakan oleh penulis novel “Keajaiban Cinta Capella” ini.
“Bicara tentang kaisar. Bukankah kaisar belum memilih permaisurinya?” seseorang membuka pembicaraan.
“Padahal waktu itu aku berharap kaisar memilihku. Tak apa jika aku hanya menjadi selirnya saja,” wajah salah seorang gadis menjadi berbunga-bunga.
Oh, rupanya Aldebaran tiang listrik itu terkenal juga ya!
“Kalau aku malah menyukai pengawal pribadinya,” celetuk seorang gadis lainnya yang membuat Adhara menggeleng-geleng.
Ayolah, jangan tertipu dengan Regor.
Pengawal itu, sifatnya lebih kekanakan dari wajahnya. Kemarin saja, mereka menangkap katak bersama. Regor terlebih dahulu meminta maaf dengan katak sebelum menangkapnya.
Eh, Regor usianya berapa ya?
“Ah, pengawal pribadi kaisar itu sepertinya beberapa hari ini mengikuti Adhara,” ucap Capella tiba-tiba.
Semua pandangan langsung mengarah pada Adhara yang masih menikmati minumannya dengan tenang.
Saat menyadari itu, Adhara langsung dengan pelan melepas sedotan yang masih menempel di mulutnya. Adhara segera mengusap bibirnya seanggun mungkin.
“Mengapa pengawal pribadi kaisar mengikutimu?” tanya salah seorang dari mereka pada Adhara.
“Em.. Itu hanya perjanjian antara aku dan kaisar. Aku berjanji untuk selalu dikawal oleh Reg… eh.. pengawal pribadi kaisar. Dan kaisar, mengizinkanku masuk ke pengadilan tinggi,” jawab Adhara seadanya.
Para gadis itu tanpa sadar melongo. Mereka menolak untuk percaya jika gadis ini telah masuk ke pengadilan tinggi. Bagaimana seorang gadis bisa masuk ke pengadilan tinggi?
Capella menyipitkan matanya, “Baru-baru ini Adhara diangkat menjadi Penasihat Kekaisaran. Bukankah Adhara hebat?”
Rahang para gadis itu terjatuh untuk kesekian kalinya. Apa yang istimewa dari gadis seperti Adhara? Kenapa dewi fortuna seperti tengah melingkari bahu Adhara?
“Apa yang kau lakukan, hingga kaisar mengangkatmu menjadi Penasihat Kekaisaran?”
Hei! Kau pikir aku membuka sesi Q&A, teman. Berhentilah bertanya!
Harusnya ia bermain jelangkung saja bersama Spica hari ini. Selain itu, ia bisa mengajak Regor dan Menkalinan menangkap katak lagi di danau.
Setelah itu, ia bisa berkunjung ke tempat kaisar untuk mendapatkan kue dan teh gratis.
Namun Adhara hanya bisa menghela napas, “Aku menyelesaikan sebuah kasus besar.”
Grepp…
Adhara tersentak saat Capella menarik jepit rambut giok Adhara dengan cepat. Tarikan itu cukup kuat bahkan sampai merusak tatanan rambut Adhara. Kulit kepala Adhara rasanya perih sekali karena beberapa helai tercabut bersama jepit rambut giok yang direnggut Capella.
“Kembalikan jepit rambutku,” pinta Adhara yang berusaha sabar.
Jika saja ia tak perduli dengan gelar putri bangsawannya. Ia akan membiarkan jiwa bar-bar + preman pasarnya keluar.
Walau pun Capella ini pemeran utama, tetapi, bukan berarti ia akan mengalah. Rambutnya yang ikut tercabut itu, Capella harus membayarnya!
Apalagi jepit rambut giok itu diberikan kaisar padanya.
Tidak ada angin, tidak ada hujan, malah tiba-tiba banjir. Capella bertingkah cukup menyebalkan hari ini.
“Mengapa Adhara bisa punya ini?” tanya Capella dengan nada menuduh.
“Itu hadiah dari seseorang.”
"Bohong!"
Adhara berhasil menarik jepit rambut giok berwarna biru berlian itu kembali. Selain itu, jepit rambut giok ini hadiah pertama dalam hidupnya. Itulah mengapa jepit rambut giok ini berharga untuknya.
“Jepit rambut giok ini ialah milik Permaisuri Kaisar Negeri Bintang sebelumnya. Mengapa kau bisa memilikinya?” Capella menatap Adhara dengan tajam.
***
yg matanya terluka kan aldebaran, smga bener tebakan aku😊