Ketika hidayah datang menyentuh hati, namun masalalu yang kelam terus menghalangi kaki untuk melangkah kembali ke jalan suci.
Kisah Zee, seorang pelacur kota yang ingin Hijrah namun menemui banyak rintangan dan tantangan. Apakah hidayah Allah mampu membawanya kembali? Atau dia akan menyerah pada keadaan?
Baca kisah lengkapnya di sini😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan_Neen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 Kemarahan Azizah
Suara musik berdentum sangat kuat hingga membuat gendang telinga sakit. Namun orang-orang disana seolah tak peduli dan terus bergoyang meluapkan h*srat dan kesenangannya.
Dari arah pintu masuk, terlihat seorang wanita dengan memakai kaus biru terang dan cardigan putih tulang, celana kulot abu-abu serta rambut panjang kemerahan yang nampak berantakan.
Wajahnya pucat tanpa sapuan make up sedikitpun, ditambah mata sembab dan terlihat merah di ujung hidungnya.
“Mana Mamih?” tanyanya saat berada di depan bar.
“Zee, baru kelihatan lu,” sapa Anton.
“Nggak usah banyak bac*t. Dimana Mamih?” tanyanya tegas.
Anton tak berucap lagi dan hanya menunjuk ke sebuah arah.
Azizah yang mengerti pun segera berjalan ke sana dan menemui sang mucikari.
Di lorong belakang diskotik, dibalik meja DJ yang terus memutar musik dengan suara keras, Azizah berjalan melewati deretan kamar-kamar hina yang penuh suara sesat.
Tak habis pikirnya, dia pernah menikmati dunia kelam itu dan merasa bergidik mengingat hal tersebut kembali.
Namun pikirannya dipenuhi oleh Rini yang tengah berjuang, diantara hidup dan mati di atas meja operasi.
Dia terus berjalan mengabaikan suara erangan dan des*han di setiap kamar yang dilewatinya, hingga tibalah dia diujung lorong.
Tepat sebelum pintu yang mengarah ke area belakang club, ada sebuah tangga menuju ke atas, dimana ruangan Mirna berada. Sejenak, Azizah menghirup nafas dalam, sebelum akhirnya dia melangkahkan kakinya kembali untuk naik ke sana.
Bilik kamar ganti para wanita malam, yang dipenuhi dengan asap rokok serta bau alkohol yang menyengat, membuat Azizah mengernyitkan kening.
Beberapa nampak keluar dan berpapasan dengan wanita itu.
“Zee, baru kelihatan lu,” sapa salah satunya.
Namun, Azizah tak menggubris. Bahkan menoleh untuk sekedar melihat lawan biacaranya pun tidak.
Dia terus berjalan hingga ruangan yang berada di paling ujung. Sebuah pintu kayu dengan dua orang penjaga bertubuh besar, berdiri di kedua sisinya.
“Gue mau ketemu Mamih,” ucap Azizah.
Wajahnya terlihat serius dengan nafas yang memburu. Kedua penjaga tak lantas membuka pintu dan mendapat tatapan tajam dari Azizah.
“Lu budeg? Gue mau ketemu Mamih!” seru Azizah lagi dengan suara lebih keras.
“Bos lagi nggak ada di dalem. Balik lagi ntar,” jawab si pengawal.
Azizah menyunggingkan senyumnya, “Lu kira gue beg*.” Dia dengan kuat mendorong pintu itu hingga terbuka.
Nampak dua orang tengah bercumbu di atas sofa, dengan si pria yang tengah berlutut dan beraksi dengan mulut dan lidahnya, diantara kedua paha seorang wanita.
Sebuah tepuk tangan membuat keduanya terkejut dan menyudahi aktifitas panas itu. Si wanita langsung menurunkan pakaiannya yang sempat naik, sementara si pria mengelap bibirnya yang basah dengan punggung tangan.
“Bagus... Bagus... Disaat ada yang sekarat, Mamih di sini malah ng*we ama berondong. Tega, Mih,” ucap Azizah.
“Dasar penjaga g*blok!” maki Mirna pada kedua pengawalnya.
“Maaf, bos. Dia langsung dorong pintunya gitu aja. Kita jadi nggak sempet nyegah,” ucap si penjaga.
“Kamu keluar dulu ya, Sayang. Aku ada urusan bentar,” ucap Mirna dengan suara manja yang membuat Azizah ingin muntah.
Pria itu pun menurut dan berjalan keluar melewati Azizah. Sekilas dia menoleh ke arah wanita itu dan langsung mendapat tatapan tajam darinya.
“Ngapain lu di sini? Bukannya lu bestie-nya si Rini,” tanya Mirna sembari menyulut sebatang rokok.
“Otak mamih beneran isinya duit sana kont*l doang ya? Luar biasa. Kejem, Mih. Kejem,” sarkas Azizah.
“Udah bolos terus, dateng-dateng malah marah. Mau kamu apa sih, Zee,” sahut Mirna santai.
“Kenapa Mamih biarin Rini ngelayanin Tomi?” tanya Azizah.
Bersambung ▶️▶️▶️
Jangan lupa like, comment dan rate novel aku ya 😄, kasih dukungan banyak-banyak ke sini 🙏
dan menerima masa lalu nya yang kelam....🤲🤲🤲🤦🏻♀️
semoga di pesantren biar tambah adem...
semangat ya
dah habis ajah nih... pdhl cuma tarik napas ajah dah habis....🤦🏻♀️...
tak kirra² masih ada bab lagi😌😌😌
dah habis ajah nih... pdhl cuma tarik napas ajah dah habis....🤦🏻♀️...
tak kirra² masih ada bab lagi😌😌😌
Semangat yaw/Kiss/
padahal 1 tarikan napas aja langsung habis...🤦🏻♀️...
ini gimana konsep nya...😌😌
teman/ sahabat yang tulus akan menerima apa ada nya....
walaupun cobaan silih berganti..
sebagai teman/sahabat memberi semangat dan mensuport Azizah..
pada saat down malah menjauh bukan memberi semangat untuk menjalani semua cobaan...😞
gak bisa kata²..🤭
biar kuat iman dan mental nya...
pelangi/ punbkebahagian nya masih jauh di gapai...
jadi nikmatin ujian dan cobaan nya yg di berikan othor😂😂😂....
orang lain pada mandang sebelah mata...
gak di sisi positif nya......
istiqomah lebih sulit dari pada jarkoni😂😂😂😂
(iso ngaKAR ora iso nglaKONI)
walau pun itu nyata nya fakta...
walau pun itu nyata nya fakta...
semoga istiqomah...
dan kuat iman nya🤲🤲🤲
dah nyaman malah ending nya kesandung lagi....🧐🧐🧐🧐...
ending nya masa lalu lagi🤦🏻♀️🤦🏻♀️🤦🏻♀️🤦🏻♀️