NovelToon NovelToon
Dibalik Istana Naga

Dibalik Istana Naga

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Romansa / Fantasi Wanita / Harem / Balas Dendam / Enemy to Lovers
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Black _Pen2024

Untuk membalaskan dendam keluarganya, Swan Xin menanggalkan pedangnya dan mengenakan jubah sutra. Menjadi selir di Istana Naga yang mematikan, misinya jelas: hancurkan mereka yang telah membantai klannya. Namun, di antara tiga pangeran yang berebut takhta, Pangeran Bungsu yang dingin, San Long, terus menghalangi jalannya. Ketika konspirasi kuno meledak menjadi kudeta berdarah, Swan Xin, putri Jendral Xin, yang tewas karena fitnah keji, harus memilih antara amarah masa lalu atau masa depan kekaisaran. Ia menyadari musuh terbesarnya mungkin adalah satu-satunya sekutu yang bisa menyelamatkan mereka semua.
Langkah mana yang akan Swan Xin pilih?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black _Pen2024, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9 Kehangatan Harem Yang Dingin...

Prajurit itu tidak bergeming. Kehadirannya sepadat bayangan pilar batu di sebelahnya, dan sama sunyinya. Swan Xin menahan napas, tangannya membeku sesenti dari gagang pintu.

Delapan tahun penempaan telah mempertajam instingnya menjadi setajam pedang; dan saat ini, setiap helai rambut di tengkuknya berdiri tegak, mengirimkan sinyal bahaya yang jernih dan dingin.

Ini bukan Prajurit Bayangan yang mengantarnya dari markas. Yang ini… berbeda. Dia tidak berusaha menyembunyikan kehadirannya. Justru sebaliknya. Dia ingin dilihat.

Seorang pelayan yang lebih tua—kepala pelayan paviliunnya, Bibi Lan—keluar dari pintu samping dengan nampan kosong. Dia berhenti mendadak saat melihat sosok di sudut atap itu. Nampan perak di tangannya bergetar, menimbulkan bunyi denting pelan yang memecah keheningan.

“Si-siapa Anda?” tanyanya gemetar, matanya membelalak ketakutan.

Prajurit itu tidak menjawab, bahkan tidak menoleh. Matanya tetap terpaku pada Swan.

“Dia bersamaku,” kata Swan tenang, suaranya memotong ketakutan Bibi Lan. “Dia pengawalku.”

Bibi Lan menatap Swan dengan bingung. “Pengawal? Tapi, Nona… para kasim tidak mengatakan apa-apa soal ini.”

“Beberapa hal tidak perlu dikatakan oleh para kasim,” jawab Swan singkat. Ia mendorong pintu paviliunnya hingga terbuka, tidak ingin melanjutkan diskusi di tempat terbuka.

Saat ia melangkah masuk, ia melirik kembali ke arah prajurit itu. Sosoknya masih diam di sana. Sebuah pertanyaan terus berputar di kepalanya. Siapa? Siapa yang cukup peduli atau cukup ingin mengawasinya untuk menempatkan seekor anjing penjaga di depan pintunya? Komandan Lei? Kaisar? Atau salah satu dari tiga pangeran itu?

Sebelum malam tiba, seorang kasim muda datang dengan tergopoh-gopoh, membawa gulungan perkamen yang diikat pita sutra berwarna ungu.

“Sebuah kehormatan untuk Nona Xin,” katanya sambil membungkuk dalam-dalam. “Undangan perjamuan malam ini dari Yang Mulia Permaisuri Utama.”

Swan menerima gulungan itu. Tentu saja. Ular-ular itu tidak membuang waktu.

“Sampaikan terima kasihku,” ucap Swan. “Aku akan hadir.”

Saat Swan melangkah keluar dari paviliunnya satu jam kemudian, mengenakan jubah berwarna biru malam yang lebih sederhana, prajurit bertopeng itu masih ada di sana. Dia tidak mengikutinya, tetapi Swan bisa merasakan tatapannya yang menusuk di punggungnya sampai ia berbelok di ujung koridor.

Aula perjamuan kecil itu bermandikan cahaya lentera dan aroma masakan yang kaya rempah. Hanya ada empat orang yang duduk mengelilingi meja bundar yang terbuat dari kayu eboni: Permaisuri Utama, Selir Agung, Pangeran Kedua Zheng Long, dan kini, Swan Xin. Suasananya intim, yang justru membuatnya seratus kali lebih berbahaya daripada perjamuan besar.

“Selamat datang, Selir Xin,” sapa Permaisuri Utama dengan senyum anggun. Jubahnya yang berwarna emas pucat membuatnya tampak bersinar. “Kami dengar Anda sangat istimewa, makanya kami ingin mengenal Anda secara pribadi.”

“Anda terlalu memuji, Yang Mulia Permaisuri,” jawab Swan, menundukkan kepalanya dengan hormat. “Hamba hanyalah debu di hadapan matahari dan bulan.”

Selir Agung, ibu Pangeran Sulung yang tadi ditemuinya, tertawa kecil. Tawa yang nadanya setajam pecahan kaca.

“Debu yang dibawa oleh angin dari Guru Besar Wen, ya?” sindirnya. “Pasti angin yang sangat kuat. Aku tidak tahu Guru Besar punya keluarga yang tersisa di perbatasan.”

“Dunia ini luas, Selir Agung,” balas Swan lembut, menatap lurus pada wanita yang lebih tua itu. “Banyak hal yang tidak kita ketahui, bahkan tentang orang-orang terdekat kita.”

“Oh, ya?” Selir Agung mengangkat alisnya yang dicabut rapi. “Kalo begitu, ceritakan pada kami. Gimana rasanya hidup di luar tembok istana ini? Pasti sangat… sederhana.”

“Memang sangat sederhana, Selir Agung,” kata Swan dengan senyum polos. “Kami bangun saat ayam jantan berkokok dan tidur saat bintang muncul. Tidak ada intrik, tidak ada rahasia. Sangat membosankan, aku jamin.”

Pangeran Kedua, Zheng Long, yang sedari tadi hanya diam mengamati, akhirnya angkat bicara. Suaranya tenang dan jernih.

“Saya dengar Guru Besar Wen sangat ahli dalam filosofi perang dari zaman kuno. Beliau pernah berkata, ‘Ketenangan adalah medan perang terbesar bagi pikiran’. Pasti Anda belajar banyak dari beliau.”

Ini jebakan. Sebuah tes intelektual yang dibungkus pujian.

Swan tertawa kecil, tawa yang dibuat terdengar malu-malu. “Wah, Kakek tidak pernah mengajarkan hal-hal rumit seperti itu padaku, Yang Mulia. Beliau bilang kepalaku sudah terlalu penuh dengan resep kue jahe dan cara menyulam bunga peoni. Katanya, urusan perang biar para pria saja yang pusing.”

Zheng Long tersenyum tipis. Senyumnya tidak menunjukkan kekecewaan, melainkan ketertarikan yang lebih dalam. Seolah jawaban Swan yang bodoh justru lebih menarik daripada jawaban yang cerdas. “Sayang sekali. Padahal strategi yang baik bisa diterapkan di mana saja, bahkan di papan catur… atau di taman bunga.”

Swan merasakan hawa dingin menjalari tulang punggungnya. Pangeran Sulung, Jiang Long, adalah serigala yang memamerkan giginya, mudah ditebak dan dikendalikan oleh egonya. Pangeran yang satu ini… dia adalah ular berbisa yang menunggu dengan sabar di rerumputan tinggi. Dia jauh, jauh lebih berbahaya.

“Ibunda, sepertinya kita salah menilai tamu kita,” kata Zheng Long kepada Permaisuri. “Kecantikannya ternyata jauh melampaui kecerdasannya.”

“Kau ini,” tegur Permaisuri dengan senyum manis, namun matanya menatap tajam pada Swan. “Justru itu yang membuatnya menarik, bukan?”

Perjamuan berlanjut dengan obrolan ringan yang terasa seperti berjalan di atas hamparan pedang tersembunyi. Swan berhasil menangkis setiap pertanyaan dan sindiran dengan kepolosan yang dibuat-buat, membuat dirinya tampak cantik, sedikit naif, dan sama sekali tidak berbahaya. Persis seperti yang ia rencanakan.

Ketika ia akhirnya diizinkan untuk pamit, Swan merasa energinya terkuras habis. Pertarungan verbal ini lebih melelahkan daripada latihan pedang seharian penuh.

Ia kembali ke Paviliun Bunga Peoni. Prajurit bertopeng itu masih di posnya, tak bergerak. Swan hanya melewatinya tanpa sepatah kata pun. Ia butuh istirahat. Ia butuh melepaskan persona Mei Lin ini.

Setelah menanggalkan jubah dan perhiasannya, ia duduk di depan cermin, hanya mengenakan gaun tidur tipis. Wajah di cermin itu tampak asing. Lelah, tapi matanya menyala waspada. Ia memijat pelipisnya, mencoba menenangkan pikirannya yang berpacu.

Tiba-tiba, terdengar ketukan pelan di pintunya. Bukan Bibi Lan, ketukannya terlalu ragu-ragu.

“Siapa?” tanya Swan, tubuhnya langsung menegang.

“Hamba pelayan dari Dapur Obat Kekaisaran, Nona,” jawab sebuah suara wanita yang tidak dikenalnya. “Ada kiriman untuk Anda.”

Swan mengerutkan kening. Kiriman? Ia tidak memesan apa pun. Ia membuka pintu sedikit, hanya cukup untuk melihat seorang pelayan muda yang tampak gugup berdiri di sana, membawa sebuah nampan kecil. Di atas nampan itu ada sebuah botol porselen putih kecil.

“Aku gak minta obat apa-apa,” kata Swan curiga.

“Ini bukan dari Dapur Obat, Nona,” bisik pelayan itu, matanya melirik ke koridor yang sepi. “Ini dari… dari Yang Mulia Pangeran Bungsu.”

Jantung Swan serasa berhenti berdetak sesaat. San Long?

“Apa ini?” tanyanya dingin, matanya tertuju pada botol kecil itu.

Pelayan itu menelan ludah. “Sebotol obat tidur yang sangat kuat, Nona. Dibuat dari bahan-bahan terbaik.”

Swan menatap pelayan itu, lalu kembali ke botol di tangannya. Untuk apa pangeran dingin itu mengiriminya obat tidur? Apakah ini sebuah ancaman? Peringatan?

“Hanya itu?” desak Swan. “Dia tidak mengatakan apa-apa lagi?”

“Ada, Nona.” Pelayan itu tampak semakin takut. “Yang Mulia Pangeran Bungsu menitipkan sebuah pesan untuk disampaikan kepada Anda.”

“Apa pesannya?”

Pelayan itu membungkuk lebih rendah, suaranya nyaris tak terdengar.

“Beliau berpesan: (Istana Naga merusak kecantikan).” sampai si pelayan tersebut.

1
Yunita Widiastuti
tahta...oh ...tahta..
Yunita Widiastuti
🌹💪💪💪
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: gift. maaf typo
total 2 replies
Ita Xiaomi
Cara aman menghilangkan bukti.
Eskael Evol
luar biasa
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: Terima kasih kakak bintang limanya. jangan bosan baca karya karya author yang ongoing ya...🌹🥳🙏😄
total 1 replies
Eskael Evol
cerita nya sangat bagus
trmkash thor good job👍❤
Ulla Hullasoh
terlalu ingin tau xin jd membahayakan orang lain
Jeffie Firmansyah
awal cerita yg mantap 💪
Wiji Lestari
penasaran💪
Wiji Lestari
💪💪
Eskael Evol
keren trmksh thor👍❤
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: 🙏🙏🥳Terima kasih kakak. semua dukungan kakak sungguh berharga buat author. Terima kasih🙏
total 1 replies
Eskael Evol
keren cerita nya smg ttp seru hingga ahir👍
Eskael Evol
bisa nggak ya nama² pemeran pakai nama biasa aja biar gak ribet dan bingung, sayang cerita bagus tapi malas baca nya
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: maaf. akan saya perhatikan selanjutnya. Terima kasih untuk masukannya. 🙏🙏
total 1 replies
Ulla Hullasoh
karya yang bagus Thor.....🥰
Ulla Hullasoh
akhirnya selamat...sampe tarik nafas 👍
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: Terima kasih kak. udah mampir di cerita author. semoga suka. boleh klik napen author untuk pilih novel author yang lain. berbagai genre juga.
jangan lupa subscribe, like, komen, gift, vote dan klik bintang limanya. Terima kasih dukungan para pembaca setia sangat berharga buat author. lope lope sejagat... 🥳🌹😍🙏
total 1 replies
Ita Xiaomi
Demi kelangsungan hidup Kasim Li😁
Arix Zhufa
ku kira MC cewek nya kuat...ternyata
Arix Zhufa
cerita awal nya bagus tp setelah baca sampe bab ini alur nya bertele tele
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: Terima kasih masukannya. Akan saya perhatikan kembali. 🙏🌹
total 1 replies
Arix Zhufa
sampe di bab ini MC cewek nya keren
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: semangat bacanya ya kak. thx all.🌹🥳🙏
total 1 replies
Arix Zhufa
bab 2 aja udh keren
Arix Zhufa
mampir thor
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: Terima kasih kakak. semoga suka ya. masih banyak kisah author yang lain. bisa klik aja napen author dan pilih kisah kisah author yang mana yang suka boleh dibaca. Jangan lupa subscribe, like, komen, gift, vote dan klik bintang limanya thx u. lope lope sejagat😍🥳🌹🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!