Kehadiran sosok wanita cantik yang memasuki sebuah rumah mewah, tiba-tiba berubah menjadi teror yang sangat mengerikan bagi penghuninya dan beberapa pria yang tiba-tiba saja mati mengenaskan.
Sosok wanita cantik itu datang dengan membawa dendam kesumat pada pria tampan yang menghuni rumah mewah tersebut.
Siapakah sosok tersebut, ikuti kisah selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sadis
Surti meninggalkan Wirawan yang masih terbaring lemah diatas ranjang dan didalam gudang yang ia sulap menjadi kamar.
Pria itu harus rela berdesakan dengan barang lainnya. Ia tidak menyangka jika sang istri akan memperlakukannya dengan sangat kejam.
"pria itu menyuap makannya dengan hati lara. Setiap suapannya dibarengi rasa sakit yang saat ini menyiksanya.
Tiba-tiba saja sendok yang dipegangnya terlepas dan melayang diudara.
Pria itu membolakan matanya dengan ekspresi yang sangat terkejut. Tak hanya sampai disitu, sendok itu melayang dan menuju kepiring, lalu menyendok nasi dengan jumlah cukup banyak dan memaksa menyuapkannya pada Wirawan yang saat ini berusaha menolak, tetapi mulutnya seolah terbuka paksa.
Ia kelanakan dan membuat sepiring nasi penuh masuk ke dalam lambungnya, dan satu teko air yang tergeletak diatas meja berukuran kecil juga tak luput mmeberikan siksaan padanya.
Pria itu dipaksa membuka mulut dan meminum airnya dengan sangat sadis hingga menghaniskan satu teko.
Wirawan merasa perutnya sangat begah dan tiba-tiba ia sadarkan diri karena kelebihan kadar air yang disarankan, hingga membuat paru-parunya terendam.
****
Surti berjalan menyusuri koridor rumah sakit dan menaiki lift. Hatinya kecewa pada Mahardika yang menyembunyikan kondisi puterinya, bahkan ditelantarkan dirumah sakit.
"kurang ajar sekali Mahardika. Bukankah dahulu ia yang mengejar Sutini, lalu mengapa ia campakkan begitu saja? Dasar pria tidak berguna!" makinya dengan kesal.
Saat berada didepan lift, ia meneian tombol masuk, lalu menuju ke lantai dua tempat dimana puterinya dirawat.
Setelah tiba disana, ia menuju ke ruang bangsal tempat dimana Sutini dirawat. Namun langkahnya terhenti saat pihak kepolisian menghadangnya.
"Maaf Bu! Akan bertemu dengan siapa?" tanya pihak kepolisian yang mengawasi Sutini secara bergantian.
"Saya ingin bertemu puteri saya Sutini, emangnya ada apa, Pak?" ucapnya dengan nada penasaran dan sedikit gugup.sebab berhadapan dengan polisi.
"Oh, kalau begitu, ibu ini orangtuanya, ya. Kebetulan sekali. Saya ingin bertanya banyak dengan ibu." pet7ga Polisi itu mempersilahkan Surti untuk mengikuti mereka ke dalam mobil yang terparkir dideoan halaman rumah sakit
Tentu saja hal ini membuat Surti merasa bingung. "Memangnya saya salah, apa?" tanyanya dengan wajah penuh rasa penasaran dan juga cemas.
"Nanti ibu jelaskan saja dirumah sakit." Polisi itu menggiring Surti, dan membuat sang wanita tidak dapat berkutik.
Setibanya diruang kantor penyidikan, terlihat dua orang sedang menunggu Surti yang terlihat sangat ketakutan. Ia duduk dikursi kosong dengan hati yang penuh debaran.
"Kemana saja ibu pergi selama ini?" tanya penyidik pada Surti yang terlihat gugup.
"S-saya liburan bersama dengan suami," jawabnya dengan nada terbata.
"Sejak tanggal berapa?"
Surti mengambil ponselnya, dan memperlihatkan jejak pemesanan tiket pesawat pada para petugas tersebut.
Salah satu diantaranya mengamati tanggal pemesanan keberangkatan dan juga tiket kembali pulang yang mana tidak singkron dengan kematian Darto, dan dua lainnya.
Para petugas saling pandang, dan melihat tidak ada tanda-tanda keterlibatan. "Apakah Sutini memiliki riwayat penyakit?" tanya petugas itu lagi.
"Anak saya sehat, tidak berpenyakit seperti Dayanti," ucapnya keceplosan.
"Siapa Dayanti?" tanya penyidik cepat.
"Oh, bukan siapa-siapa, sepupunya," ralat Surti.
"Anak ibu mengalami stroke, dan ibu tidak merswatnya, justru liburan," ia semakin dicecar oleh pertanyaan yang sangat serius.
"Hah? Anak saya itu sehat-sehat saja. Dan saya tau dia dirumah sakit juga setelah berada disini, sebab ponselnya tidak dapat hubungi!" Surti terlihat kesal, karena dianggap tidak dapat menjadi ibu yang baik.
"Tapi anak ibu mengalami stroke dan kami ingin penjelasan. Sebab ada sidik jari dibeberapa korban pembunuhan" penyidik menjelaskan.
Surti tercengang. "A-apa? Anak saya terlibat pembunuhan? Bagaimana bisa?" ia sangat frustasi mendengar semuanya.
"Kami akan membebaskan ibu, jika jujur. "Apakah benar jika Sutini tidak memiliki riwayat penyakit aneh?"
"Tidak ada, Pak! Sumpah! Kalau Tanya saja sama suaminya, kenapa tanya saya!" wanita terlihat sangat tak senang.
"Baiklah, kami membebaskan ibu." ucap para petugas pada Surti, dan wanita itu bernafas lega.
*****
Surti tiba dibangsal tempat dimana Sutini dirawat. Ia melihat puterinya dirawat dengan kondisi yang mengkhawatirkan. "Tin, kenapa kamu bisa sampai begini? Siapa yang melakukannya?" tanya wanita itu dengan rasa penasaran.
Sutini hanya menggelengkan kepalanya dan tidak dapat menjawab pertanyaan sang ibunda.
Menghadapi kenyataan jika puteri dan nuga suaminya harus terbaring dengan kondisi yang mengenaskan.
Bahkan Sutini sudah sangat bau sekali, dan tidak dapat dibiarkan seperti ini. "Ibu akan membawamu pulang ke rumah. Enak saja Mahardika, kamu stroke gak pernah dijenguk!" ia terlihat geram dengan sang menantu yang tidak memperhatikan puterinya.
Dengan segala pertimbangan yang ada, akhirnya Sutini diperbolehkan pulang, namun harus dalam pengawasan petugas Polisi yang tetap berjaga didepan rumah mereka.
Sutini tiba dikediaman Mahardika. Pria itu tersentak kaget saat melihat Surti ikut serta bersamanya.
Saat melihat sang mertua datang, ia kelabakan, dan bersikap gugup. "Kamu ini, ya! Istri sedang sakit parah gak pernah dijengukin, dan dibiarkan sendirian dirumah sakit! Suami macam apa kamu ini?!"
Mahardika yang saat ini wajahnya penuh luka memandang sang ibu mertua sekilas dengan tatapan datar.
"Ibu gak lihat, aku juga sedang sekarat?" ia memperlihatkan wajah dan beberapa area tubuhnya yang penuh luka memar dan lecet.
"Emangnya apa yang sedang terjadi? Mengapa baru ditinggal bentar saja sudah banyak masalah? Bahkan ayah mertuamu juga mengalami sesuatu yang lebih parah!" omel Surti dengan kesal.
"Entahlah, apa oni semua ada kaitannya dengan Dayanti?" ucap Mahardika lirih.
Surti membeliakkan kedua matanya. "Mengapa kamu menyebut nama wanita itu? Apakah kamu menyukainya?!" wanita itu menatap tajam.
Mahardika tersentak kaget. "Tidak! Bagaimana mungkin aku menyukai wanita buruk rupa tersebut!" kilahnya dengan cepat.
Surti mendengus kesal, lalu mendorong tubuh sang menantu yang menghalangi jalannya. "Awas saja, Kau! Dan wanita itu tak kan pernah kembali lagi, sebab ia sudah lari dengan pria lain!" ucap Surti sembari mendorong kursi roda memasuki rumah berukuran cukup besar tersebut.
Mahardika terdiam dan tak dapat berkutik.
"Sutini tidur dikamar bawah saja, sebab tidak mungkin ke lantai dua." wanita itu menuju kamar yang ada disisi kiri.
Dengan cepat Mahardika menghalangi niat Surti dengan merentangkan kedua tangannya.
"Tunggu, jangan dikamar ini!" cegahnya.
Surti mengerutkan kedua alisnya. "Kenapa? Apa yang kau sembunyikan?" tanya wanita itu dengan penuh selidik.
"Em, tidak ada, hanya saja ini kamar tidak dapat ditempati," Mahardika terus mencari alasan.
Surti yang tidak terima dengan alasan menantunya semakin penasaran. Ia melangkah dengan cepat dan membuka paksa pintu kamar.
Saat pintu terbuka, aroma bangkai menyeruak dari dalam dan membuat ia merasa mual.
apa jangan-jangan kematian Dayanti itu ulah paman nya yaa ❓❓
ohh pasti yg bikin yanti jelek ya dia itu
hadehhh dasar