Anand dan Shan, dua sepupu yang tumbuh bersama, tak pernah membayangkan bahwa hidup mereka akan berubah begitu drastis.
Anand dikhianati oleh kekasihnya—wanita yang selama ini ia cintai ternyata memilih menikah dengan ayahnya sendiri. Luka yang mendalam membuatnya menutup hati dan kehilangan arah.
Di sisi lain, Shan harus menelan kenyataan pahit saat mengetahui kekasihnya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Pengkhianatan itu membuatnya kehilangan kepercayaan pada cinta.
Dalam kehancuran yang sama, Anand memutuskan untuk menikahi Shan.
Lantas apakah yang akan terjadi jika pernikahan tanpa cinta dilakukan? Akankah luka dapat disembuhkan dengan mereka menikah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izzmi yuwandira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 10
Pagi itu, Anand terbangun lebih awal dari biasanya. Ia terbangun dengan kepala yang masih terasa berat dan tubuh yang lelah. Meskipun tidurnya cukup panjang, rasa kantuknya tidak hilang sepenuhnya. Setelah beberapa detik merenung di tempat tidur, ia akhirnya memutuskan untuk bangun dan menuju kamar mandi.
Namun, saat berjalan menuju kamar mandi, pikirannya justru melayang pada kejadian semalam. Ia ingat bagaimana dirinya kembali larut malam, disambut dengan pertanyaan yang terus-menerus dari Mona tentang Mikha. Ia masih merasa tidak nyaman dengan situasi itu. Ketegangan yang mulai terbentuk, meski ia tidak ingin menghadapinya.
Sesaat setelah mandi, Anand duduk di meja makan, menyantap sarapan yang disiapkan oleh ibunya. Ranika duduk di sampingnya, tampak santai meski ada kekhawatiran yang tersirat di matanya. Virzha hanya tersenyum sambil membaca koran, namun pandangannya terkadang mengarah pada Anand, seakan ingin tahu apa yang terjadi di benak anaknya.
"Anand, kamu merasa lebih baik sekarang?" tanya Ranika lembut, mengalihkan perhatian anaknya dari makanan.
Anand hanya mengangguk tanpa banyak bicara. Ia tidak merasa nyaman dengan pembicaraan tentang Mikha, namun ia tahu bahwa tidak ada cara untuk menghindarinya. Ia teringat bagaimana Mona terus-menerus mencurigainya malam tadi.
"Aku baik-baik aja, Ma. Ada banyak yang harus dikerjakan di rumah sakit. Kadang-kadang aku merasa lelah dan harus kembali larut malam," jawab Anand dengan nada tenang, berusaha menghindari pembicaraan lebih lanjut.
Namun, meski sudah mencoba menenangkan dirinya, perasaan cemas tentang Mikha masih mengganggu. Bagaimana kabarnya? Apakah ia baik-baik saja? kemana gadis itu pergi? Pikiran-pikiran ini terus menghantuinya, membuatnya gelisah.
Di tempat lain, Mikha bangun dari tidur yang sangat singkat. Matanya bengkak karena menangis semalam, dan perutnya masih terasa sakit. Ia menyentuh perutnya pelan, berusaha menenangkan diri. Rasanya seolah seluruh dunia berjalan begitu cepat tanpa memberinya kesempatan untuk bernapas.
Dia tahu, dirinya sudah sangat jauh terperosok dalam dunia yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Dunia yang penuh dengan luka dan penyesalan. Ia merasa terperangkap, dan kini, ia tidak tahu lagi harus kemana. Ia duduk di tepi tempat tiduran, menatap kosong ke luar jendela. Semua yang terjadi seakan sudah tidak ada lagi jalan keluar. Setiap detik yang berlalu membuatnya semakin merasa terasing.
Mikha kembali merasakan mual, tubuhnya semakin lemah, dan rasa sakit itu semakin menggigit. Namun, ia menepis semua perasaan itu. Ia harus bangkit. Ia harus menghadapi kenyataan, walaupun sangat sulit untuk dilakukan.
Hidangan telah dipersiapkan diatas meja makan namun Pikirannya masih terus terbayang pada Mikha, pada semuanya yang terjadi. Ia merasa seperti ada bagian dirinya yang hilang, dan ia tidak tahu bagaimana cara untuk menemukannya kembali. Keinginannya untuk mencari Mikha semakin besar, namun ia juga sadar bahwa ada banyak hal yang harus diselesaikan. Dunia di sekitarnya pun terus bergerak tanpa henti.
Sementara itu, Mikha akhirnya keluar dari rumahnya, berjalan dengan langkah gontai menuju kafe yang biasa ia kunjungi untuk mencari ketenangan. Dia mencoba menenangkan pikirannya, meski hatinya masih bergejolak. Ketika ia tiba, seorang pelayan muda menyapanya dengan ramah.
"Selamat pagi, Mikha. Apa yang bisa saya bantu?" tanya pelayan itu, memberi senyuman kecil.
Mikha mengangguk lemah, meski senyumnya nyaris tak tampak. "Sebuah teh panas saja, terima kasih," jawabnya pelan.
Pelayan itu segera berlalu, meninggalkan Mikha dengan pikirannya yang kacau. Ia mencoba fokus pada detik-detik yang berlalu, berharap dapat menemukan sedikit ketenangan di tengah kegelisahan hatinya.
Namun, dalam kedalaman kesunyian kafe itu, ia tidak bisa menahan diri. Air matanya kembali mengalir, perlahan menetes ke meja. Meskipun ia mencoba untuk tidak mengingatnya, bayang-bayang pria itu, dan segala perasaan yang mengikutinya, terus menghantuinya tanpa ampun.
***
Virzha sebenarnya mencintai istrinya cuman krn dibawah pengaruh ibu nya Ranika jadi kayak gitu, Anand juga cintanya terlalu besar buat Mikha dan effort nya dia gak main main, sedangkan Mikha? neneknya meninggal gara-gara si Mona dan Ranika, dia nggak cinta tapi demi neneknya dia cuman pengen balas dendam🥺🥺
eps 1 udh menguras tenaga sekale