Kisah seorang Janda Kaya masih muda yang di tinggal suaminya meningal karena Serangan Jantung bernama Moza Arisha Yasmeen, tapi sebelum suaminya meninggal memberi amanat supaya Ginjalnya untuk di donorkan kepada seorang mantan sopir setia keluarga besar suaminya. Moza terpaksa harus kuliah lagi demi menjalankan sebuah misi. Pertemuan Moza dan Arzan Adama Avi yang tak disengaja membuat Moza jatuh cinta untuk yang ke dua kalinya.
Perhatian dilarang keras plagiat karya orang lain, ini merupakan asli karya Chevia sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chevia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30
Siang itu Luna sedang berada di sebuah jalan raya sambil menenggak air mineral dingin untuk melepas dahaganya. Hampir 2 jam sudah dirinya mencari warung atau pedagang kaki lima yang berjualan Lotek Solo. Kemudian dirinya lanjut kembali mencari demi keinginan ngidam majikannya itu. Saat hendak menyalakan mesin motornya, Luna melihat ban sepeda motornya kempes.
Dari jarak lumayan dekat terlihat seseorang memarkirkan mobilnya. Kemudian orang itu menghampiri Luna.
"Luna? kau sedang apa?" tanya orang itu yang ternyata adalah dokter Frans.
"Eh, dokter Frans." kata Luna sambil memeriksa kembali sepeda motornya.
"Bannya kempes? mungkin kena paku di jalan tadi." ucap Luna mencoba menjelaskan.
"Tumben kamu pakai motor? dan kenapa Moza tidak ikut?" tanya dokter Frans.
"Luna lagi mencari pedagang Lotek Solo, Dok. Ka Moza ngidam ingin makan Lotek Solo." jawab Luna.
"Ooh kalau Lotek Solo saya tau. Gimana kalau saya antar?" tawar dokter Frans kepada Luna.
Luna berdiam sejenak, dirinya berfikir apa mau menerima tawaran dokter frans atau tidak.
"Memangnya dokter Frans tidak dinas ke rumah sakit?" tanya Luna.
"Tidak, hari ini saya sedang libur. Bagaimana Luna? mau saya antar? itu di sana ada tukang tambal ban. Nanti di tambal dulu ban sepeda motornya. Sambil menunggu, saya antar ke tempat jualan Lotek Solo" ucap dokter Frans sambil melangkah menuju motor Luna.
"Biar saya saja yang mendorongnya, Dok" seru Luna sambil memegang motornya.
Tangan dokter Frans dan Luna tak sengaja saling bersentuhan, sepersekian detik tangan dokter Farid memegang punggung tangan Luna. Luna yang segera sadar mengangkat tanggannya pelan.
"Aih, maaf Luna." kata dokter Farid kemudian dirinya dengan cepat memegang stang motor dan segera mendorongnya menuju tukang tambal ban yang taj jauh dari lokasi mereka berada.
"Terimakasih, maaf kalau saya sudah merepotkan dokter Frans." ucap Luna sambil menggaruk tengkuknya.
"Kamu tunggu di sini saja ya. Atau kalau tidak, ini" dokter Frans menyodorkan kunci mobilnya kepada Luna. "Kamu bawa mobilnya dan tunggu di sana" sambung dokter Frans, kemudian dirinya segera berlalu mendorong motor Luna menuju tukang tambal ban.
Luna mematung sejenak, kemudian dirinya menggelengkan kepalanya pelan.
"Ternyata anda adalah sosok pria yang baik, dokter Frans"
Kemudian Luna segera masuk ke mobil menyusul dokter Frans.
***
Setelah itu dokter Frans dan Luna pergi menuju warung Lotek Solo dan setelah sampai dirinya memesan 2 porsi di makan di tempat dan 2 bungkus di bawa pulang.
"Kita makan dulu ya Lun, kamu pasti lapar. Coba kamu telfon Moza dulu, beritahu dia kalau kamu baru menemukan warung Lotek Solo." ucap dokter Farid sambil duduk.
Luna segera menelfon Moza, dan beruntung Moza masih sabar menunggu sampai luna kembali nanti.
"Ternyata Ka Moza masih mau menunggu, Dok. Baiklah karena saya lapar saya akan temani dokter Frans untuk makan." Luna pun tanpa ragu duduk menghadap dokter Frans.
Dokter Frans tersenyum mendengar ucapan yang baru saja Luna katakan. Sebenarnya dirinya baru saja makan sekitar 30 menit yang lalu sebelum dirinya bertemu dengan Luna. Dirinya mengetahui kalau Luna sedang kelaparan. Mungkin karena Luna sudah keliling kesana kemari sampai dirinya menahan lapar.
Pesanan mereka berdua pun sudah di hidangkan, dengan 2 botol air mineral sebagai pelengkap untuk minumannya.
"Waah, keliatannya enak nih." ucap Luna sambil meraih sendok di hadapannya.
"Warung Lotek di sini sudah berjualan lama di sini. Mungkin sudah 10tahun lebih. Rasanya pun masih sama." jawab dokter Frans.
"Oiya, Dok. Kenapa pesan air mineral? kan lebih seger es teh atau es jeruk gitu dok" tanya Luna sambil mengunyah pelan.
"Saya tahu bahwa makan di warung itu memang lebih enak dengan segelas teh atau minuman jeruk dingin. Tapi makan dengan minum air putih, asupan airmu bisa lebih terjaga. Kamu pun akan bisa mencegah dehidrasi dan segala kondisi tak mengenakkan yang disebabkannya." terang dokter Frans.
Luna terdiam sejenak di dalam hatinya bergumam
"Wah ternyata dokter Frans perhatian banget, andai kalau nanti ternyata dokter Frans adalah Calon Imamku. Bahagianya bisa di atur pola hidup sehat."
Luna kemudian sadar apa yang barusan dirinya katakan "Astagfirullah, mikir apa aku ini" kemudian dirinya segera melanjutkan suapan terahirnya.
"Ini beneran enak banget, jadi dokter Frans sering ke sini ya?" tanya Luna yang kemudian meraih botol air mineral di hadapannya.
"Ya tidak terlalu sering, sebulan mungkin bisa 5x ke sini." jawab dokter Frans.
"Alhamdulillah, kenyang." kemudian Luna berdiri hendak membayar pesanannya. Tapi ibu pemilik warung menjawab kalau Pria yang di sebelahnya sudah membayarnya.
"Dokter Frans, kenapa sudah di bayar semuanya? biar saya saja, Dok." ucap Luna sambil membuka tas selempangnya.
"Udah, nggak papa. Setelah ini saya antar ke tukang tanbal ban ya." jawab dokter Farid sambil beranjak dari tempat duduknya.
Luna pun mengambil bungkusan pesanannya. Beberapa menit kemudian Luna sudah sampai dan mengambil motornya. Kemudian dokter Frans pamit, karena jalan menuju kerumahnya berbeda arah dengan Luna.
***
Sesampainya di rumah kediaman Moza, Luna segera membawa pesanan Moza. Dan menceritakan tentang dirinya yang bertemu dokter Frans.
"Waah kebetulan sekali ya, Lun. Untung Frans tau, Loteknya enak banget sama persis waktu dulu pas saya makan sewaktu di dekat setasiun balapan.
"Iya, Nyonya. Dan semua ini dokter Frans yang mentraktir kita, tadi sambil menunggu saya juga di ajak makan oleh dokter Frans. Dokter Frans orangnya benar-benar menjalani pola hidup sehat. Saya sampai kagum." ucap Luna yang tanpa sadar dirnya begitu terlihat benar-benar mengagumi sosok dokter Frans.
"Ekhem, jadi kamu mau pilih siapa nih? Farid si pria dingin, Akhsan si brondong ganteng, atau Frans si dokter perhat dan ramah?" ledek Moza sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Tidak, mana mungkin mereka mau dengan Luna." cicit Luna pelan.
"Tapi kalau salah satu di antara mereka beneran ada yang suka sama kamu gimana, Lun? soalnya aku melihat Akhsan juga sepertinya tertarik denganmu"
"Luna nggak mau sama Akhsan, kalau sama Tuan Farid apa lagi nanti yang ada jadi kaku kedinginan dan untuk dokter Frans jelas ngga mungkin. Tapi untuk sekedar nge-fans sama dokter Frans boleh la ya." kemudian Luna cengengesan sambil menggaruk tengkuknya nyang tidak gatal.
"Ooh, jadi kamu naksir sama Frans? gimana kalau aku comblangin?!" ucap Moza dengang mimik wajah serius.
"Hahaha, mana mungkin dokter Frans mau dengan Luna. Kan Luna dari keluarga biasa saja"
"Tapi setahu saya dulu, papa sama mama frans tidak pernah membeda-bedakan kasta seseorang" jawab Moza dengan ekspresi yang semakin serius.
"Emmh serius, Nyonya?!" ucap Luna sambil menatap kedua bola mata Moza, mencari kebenaran di ucapan majikannya itu.
"Iya, aku serius. Oiya, Luna. Ada yang mau saya bicarakan, ini tentang dirimu. Nanti kalau anak saya sudah lahir. Saya akan mempekerjakan kamu kembali di kantor. Karena saya tidak mau kemampuan kamu di sia-siakan." kata Moza sambil menepuk pelan bahu Luna.
Luna seketika tampak murung, kemudian dengan segera dirinya menjawab dengan penuh yakin bahwa dirinya akan tetap menjadi asistan Moza.
"Maaf kan saya, Nyonya. Jika anda berkenan, izinkan saya bersama nyonya sampai nanti setelah nyonya menikah dengan Arzan" jawab Luna pelan.
Moza berpikir sejenak, dan dirinya membenarkan kata Luna barusan. Karena jujur Moza sangat menyayangi Luna, dan sudah menganggap Luna seperti adiknya.
"Baiklah, Luna. Saya rasa ada benarnya juga ucapan kamu barusan. Saya hanya ingin kamu menggunakan kemampuanmu. Kamu itu cerdas, dan tidak seharusnya kamu berada di sini sebagai asisten pribadi saya. Saya ingin kamu menjadi salah satu orang penting dan orang kepercayaan di FF Group." kemudian Moza meninggalkan Luna menuju kamarnya.
.
.
.
.
Hari ini update 2 Bab dulu ya.
Terimakasih buat dukungan Like dan komentar dari pembaca sekalian ☺️