SEQUEL ANAK MAFIA TERLALU MENYUKAIKU!
Di usia 19 tahun, Rosetta Lorenzo melakukan kesalahan fatal sehingga membuat nama Lorenzo jatuh ke tangan orang lain setelah dijebak oleh kekasihnya sendiri bernama Elijah Blackwood. Ditambah Rosetta harus kehilangan kakeknya demi menyelamatkan Rosetta dari kukungan Elijah setelah berhasil mencuci otak gadis itu dan membuat sebuah virus komputer berbahaya yang dijual belikan ke para kelompok bawah tanah.
Demi memulihkan kembali nama keluarganya, Rosetta harus menanggalkan nama Lorenzo.
Setelah bertahun-tahun berkeliling penjuru Amerika, Rosetta yang berpikir bisa pulang ke keluarganya justru meregang nyawa di tangan mantan kekasihnya, Elijah.
Saat ia berpikir benar-benar berakhir, ketika membuka mata Rosetta justru menemukan dirinya kembali menjadi bocah tujuh tahun.
Kali ini apakah Rosetta akan melakukan kesalahan yang sama ketika takdir justru membawanya kembali bertemu dengan Elijah? Bagaimana Rosetta membalaskan dendamnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yhunie Arthi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26. FASILITAS
Mulut mungil itu tidak berhenti mengunyah seraya memandangi jalanan, bertanya-tanya kemana Jacob akan membawanya sore-sore seperti ini.
"Uncle kau tidak ingin menjualku, kan?" canda Rosetta.
"Memang ada yang mau membeli bocah tukang makan sepertimu?" balas Jacob.
"Tentu saja, lihatlah betapa manisnya aku," jawab Rosetta dengan senyum lebarnya.
"Aku heran, darimana percaya dirimu ini berasal. Setahuku ayah dan ibumu orang yang diam, apa benar kau anak mereka dan bukannya ditemukan di dalam sarang lebah?" ejek Jacob.
"Uncle pikir aku sekecil apa? Dan jika benar aku lebah, akan kusengat Uncle duluan lalu akan kuambil dompetnya," ujar Rosetta dengan memasang raut wajah licik.
"Indeed, Little Devil," ucap Jacob, tidak terkejut lagi dengan ucapan penuh kriminal sang keponakan.
Rosetta hanya tertawa dan melanjutkan menikmati cemilannya, kemudian bertanya, "Kita akan kemana sebenarnya, Uncle Jack?"
"Menjualmu untuk menggantikan uangku yang kau rampok untuk beli cemilan kemarin," jawab Jacob.
"Cih," respon Rosetta yang sebal karena pamannya sejak tadi tidak mau menjawab kemana ia akan membawa Rosetta pergi.
Jacob hanya tersenyum lebar, tahu kalau keponakannya ini penasaran kemana Jacob akan membawa Rosetta setelah izin dengan Lili akan mengajak Rosetta bermain sebentar. Beruntung Roderick sedang bersama ayahnya untuk membeli buku-buku yang bocah itu inginkan, jadi tidak perlu beralasan agar Roderick tidak diajak sebab Jacob memang harus membawa Rosetta seorang diri ke suatu tempat.
Perjalanan tidak jauh dari Rumah mereka rupanya, hanya memakan waktu lima belas menit menggunakan mobil.
"Kita sudah sampai," ucap Jacob yang memarkir mobilnya di depan sebuah bangunan yang berada di daerah perbukitan.
Rosetta keluar dari mobil, terkesima melihat rumah besar yang jelas kalau itu adalah mansion seperti rumah Rosetta.
"Uncle Jack, kau tidak benar-benar ingin menjualku ke orang kaya, kan?" tanya Rosetta yang masih memandangi bangunan di depannya.
Jacob tertawa mendengar pertanyaan acuh tak acuh Rosetta barusan. Lalu menggiring gadis kecil itu menuju ke dalam mansion tersebut.
Rosetta hanya mengikuti sang paman, masih bertanya-tanya ini tempat tinggal siapa dan kenapa Rosetta dibawa ke sini. Bisa ia lihat di dalam ada beberapa pelayan yang dikenalkan oleh Jacob bernama Jessy, Kate, dan Ben. Mereka bertiga yang mengurus dan menjaga mansion ini selama yang empunya tidak ada.
"Ah, sudah datang rupanya, Rose."
Netra biru Rosetta melebar ketika ia melihat tiga sosok yang dikenal baik olehnya. Semakin membuatnya bingung kenapa mereka ada di sini.
"Lihatlah wajah terkejutnya," ujar Jacob tersenyum puas saat melihat raut bingung dan kaget dari Rosetta.
"Kenapa kalian ada di sini, Uncle Dante, Arthur, bahkan Lucas?" tanya Rosetta.
"Memangnya kenapa? Ini rumah kita juga," jawab Dante tersenyum lebar, sama halnya dengan Jacob yang terhibur dengan keterkejutan Rosetta.
"Rumah?" Rosetta tidak mengerti.
"Ah, dia belum tahu. Mansion ini rumah lama yang ditempati oleh kami sebelum pindah ke rumah di sana," kali ini Arthur yang menjawab.
"Benarkah?!" Rosetta langsung berlarian melihat sekeliling rumah. Ini pertama kalinya ia datang ke tempat ini. Rosetta memang tahu kalau keluarganya memiliki beberapa rumah, tapi tidak pernah sekali pun berkunjung ke salah satu rumah-rumah itu, bahkan di masa yang telah Rosetta lalui itu.
Mereka semua tersenyum puas melihat antusias Rosetta yang berlari ke sana sini untuk melihat setiap sudut rumah. Jelas kalau rumah ini walau tidak ditinggali tapi tetap diurus dengan baik setiap harinya.
"Terus kenapa kita ke sini?" tanya Rosetta.
Dante bangkit berdiri dari duduknya dan berjalan menuju ke lantai dua.
Lucas dan Arthur mengajak Rosetta untuk mengikuti Dante, tersenyum penasaran air muka seperti apa yang akan ditampilkan adiknya ini jika tahu dengan apa yang mereka siapkan untuk Rosetta.
Netra Rosetta melebar ketika Dante membuka pintu sebuah ruangan, menampilkan meja yang telah di setting dengan komputer terbaru. Di tengah tersedia tiga layar melengkung, kiri serta kanan layar memiliki komputer besar. Tak hanya itu, berbagai peralatan komputer lainnnya juga tersedia, beserta laptop keluaran model terbaru yang memang digunakan untuk bidang programmer. Gadis itu berjalan ke arah meja-meja tersebut, menyentuh setiap bendanya. Ia tertawa kecil bahkan ketika melihat kursinya pun yang terbaik.
"Ini semua milikmu. Kau bisa melakukan yang harus kau lakukan sesukamu. Tidak hanya itu, rumah ini juga bisa kau gunakan sebagai tempat kerjamu," beritahu Dante.
Rosetta menatap Dante, Jacob, Lucas, dan Arthur. Ia kemudian membalikkan tubuhnya memunggungi mereka, mengusap matanya yang telah basah karena tidak menyangka kalau mereka akan melakukan semua ini bahkan tanpa meragukan Rosetta sedikit pun. Bahkan sampai memfasilitasi Rosetta dengan perlengkapan luar biasa.
Lucas tersenyum saat tahu apa yang dirasakan adiknya. Jujur ia dan Arthur yang tidak sengaja mendengar percakapan Rosetta dengan Dante mengenai sang adik yang kembali dari masa depan, masih tidak percaya akan fenomena itu. Terlebih hidup Rosetta yang tragis sampai akhir, sudah cukup membuat Lucas akan selalu menyalahkan dirinya karena tidak dapat melindungi adiknya dengan baik di masa itu, walau Lucas tidak mengingatnya. Karena jika Lucas sanggup melindungi adiknya, tidak mungkin Rosetta menjalani semua itu sendirian. Membayangkan Rosetta pergi dari keluarga saja sudah seperti meremas kuat dada Lucas, apalagi membayangkan adiknya ini kehilangan nyawa di tempat yang tidak ia ketahui. Tidak, Lucas tidak berani membayangkan itu. Ia tidak akan membiarkan itu terjadi.
"Kau menangis? Heh, jelek sekali," ejek Arthur seraya menepuk-nepuk pucuk kepala Rosetta.
"Diam, kau menghancurkan suasana terharuku," ujar Rosetta.
Arthur tertawa namun tidak lama tawa udah menghilang. Apa yang diceritakan oleh Rosetta kepada Dante, mengingatkan pria itu akan mimpinya yang selalu berulang dalam beberapa bulan ini. Mimpi dimana ia selalu melihat adiknya dalam bahaya, bahkan melihat bagaimana menggilanya seluruh anggota keluarga selama bertahun-tahun untuk menemukan Rosetta yang tiba-tiba menghilang entah kemana. Gadis itu menjadi seperti hantu yang tidak pernah dapat ditemukan, tidak peduli sebanyak apa kedua ayah Arthur dan Rosetta menurunkan orang ke seluruh negeri untuk menemukan gadis itu.
"Kali ini jangan pernah lari lagi dari keluarga, Rose. Jika kau berani melakukannya, aku akan merantai dan mengurungmu. Apa pun yang terjadi kau harus bilang kepada kami semua," kata Arthur dengan nada nyaris memerintah. Air muka pria itu berubah serius, tidak ada lagi candaan yang terlihat. Ia tidak ingin Rosetta seperti di mimpinya.
"Baik," jawab Rosetta yang tahu kalah kakak sepupunya ini serius.
"Jessy, Kate, dan Ben, orang kepercayaanku, mereka yang akan membantu dan akan tutup mulut apa pun yang mereka dengar dan lihat di rumah ini. Jadi jangan khawatir," beritahu Dante.
"Kita akan memulai dari sini apa yang harus dilakukan untuk menghentikan semua tragedi itu. Lebih cepat persiapan lebih mudah juga menangkalnya ketika datang," kata Jacob.
Rosetta terdiam. Ia melipat tangan di dada, lalu memegang ujung dagunya saat otak itu mulai kembali berpikir. Apa yang ia lewatkan, apa yang terjadi setiap runtutannya. Hal pertama apa yang harus gadis itu perbuat sebagai langkah awal.
"Untuk saat ini akan lebih baik mencari tahu siapa saja orang-orang yang terlihat oleh James. Karena dari seingatku, banyak orang yang berkhianat mulai dari aliansi sampai di dalam perusahaan utama. Kejadian penyerangan kemarin salah satunya, ada orang dalam yang terlibat. Jika orang itu belum bisa ditangkap, berbagai serangan dan kejadian buruk akan terus terjadi," kata Rosetta.
"Lili juga sudah mengatakan kemungkinan itu, dan hebatnya sampai saat ini masih belum bisa ditemukan siapa pengkhianat itu," beritahu Dante, karena ia juga masih mengusut masalah kemarin. "Dan buruknya juga, Lili belum mendapati siapa yang melakukan serangan skala besar itu. Dia mengatakan kalau sistem penyerangan yang dipakai, satu tingkat lebih canggih darinya," sambung Dante.
"Kurasa aku tahu siapa, tapi jika ingin menangkap mereka, kota harus punya persiapan yang tidak sembarangan. Kemungkinan mereka sindikat yang menggunakanku dulu untuk membuat virus Ice Death," jawab Rosetta, tidak senang dengan kabar kalau ternyata para iblis itu telah membuat kontak lebih awal dibandingkan ia yang kira selama ini.
Mereka semua mengerutkan dahi, berbagai emosi terpancar di wajah mereka ketika mendengar kembali kisah Rosetta yang jatuh dalam perangkap sindikat itu.
"Yang pasti temukan dulu semua pengkhianat, dengan begitu akan membuat gerakan organisasi itu cacat," ujar Rosetta.
"Itu tugasku dan Jacob. Kalian bertiga, untuk daat ini jangan lakukan apa pun. Jangan sampai ada yang tahu tentang masalah ini. Sebisa mungkin semua orang harus melihat kalian sebagai anak-anak biasa," perintah Dante.
"Baik," jawab Rosetta, Lucas, dan Arthur bersamaan.
Ya, kini mereka akan mulai bergerak untuk mencegah tragedi kembali terjadi. Karena bukan hanya Lorenzo yang akan jatuh jika mereka gagal, tapi juga perusahaan-perusahaan besar di Benua Amerika. Mereka berada di jalan yang sama, dan semua ini bukan lain demi keluarga mereka sendiri. Mereka bukan superhero yang dapat menyelamatkan semua orang, tapi setidaknya mereka tidak ingin sampai kehilangan salah sath dari keluarga mereka.
Terus semangat berkarya 💪👍
sekarang paham siapa orh yg meluk Rose pas dia di tembak pasti Panther, dan mimpi Arthur ada lah peringatan mungkin untuk hati², gemana ya perasaan Rion saat dia tau tentang Rose di masa depan dan dia orang yg paling tau terakhir dan pas Rose bilang bahwa Arthur ga akan bisa menangkap Rose saat jadi polisi wajar karna di masa itu Rosetta jadi Ubi cilembu
kak kan di part yg Rose kena tembak ada kalimat " ada seseorang yg menangis dengan penyesalan " kalo ga salah apa itu Arthur 🤔
lagiiiiii
lagiii
up
up
up