Enam bulan pernikahan yang terlihat bahagia ternyata tak menjamin kebahagiaan itu abadi. Anya merasa sudah memenangkan hati Adipati sepenuhnya, namun satu kiriman video menghancurkan semua kepercayaannya. Tanpa memberi ruang penjelasan, Anya memilih pergi... menghilang dari dunia Adipati, membawa serta rahasia besar dalam kandungannya.
Lima tahun berlalu. Anya kini hidup sebagai single mom di desa kecil, membesarkan putranya dan menjalankan usaha kue sederhana. Namun takdir membawanya kembali ke kota, menghadapi masa lalu yang belum selesai. Dalam sebuah acara penghargaan bergengsi, dia kembali bertemu Adipati—pria yang masih menyimpan luka dan tanya.
Adipati tak pernah menikah lagi, dan pertemuan itu membuatnya yakin: Anya adalah bagian dari hidup yang ingin ia perjuangkan kembali. Namun Anya tak ingin kembali terjebak dalam luka lama, apalagi jika Adipati masih menyimpan rahasia yang belum terjawab.
Akankah cinta mereka menemukan jalannya kembali? Atau justru masa lalu kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juwita Simangunsong, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Hari ini aku mendapatkan panggilan meeting disalah satu perusahaan yang ingin bekerjasama dengan perusahaan ku. Aku memang pernah mengajukan kerjasama dengan perusahaan ini tapi aku ditolak, entah apa yang membuat mereka kembali mengirimkan informasi bahwa aku harus datang.
Aku juga harus datang sendiri tidak boleh diwakilkan. Tanpa ragu aku pergi ke perusahaan yang mengirimkan aku informasi itu dengan membawa proposal kerjasama yang sudah susah payah aku buat.
Aku menunggu di sebuah ruangan dan aku disambut dengan begitu hangat oleh staf dan juga manager perusahaan itu. Aku duduk sambil sesekali meneguk minuman yang disediakan dihadapan ku. Sebuah coklat kacang almond kesukaan ku. Aku takut mengambil coklat almond itu karena siapa yang tahu kalau aku menyukai nya.
Aku menyentuh coklat almond itu tapi aku mengembalikan nya lagi ketempat nya " Ambil dan makanlah itu tidak berbahaya." suaranya tidak asing ternyata suara itu suaranya mas Pati.
" Mas Pati?" kata ku terkejut mendengar suara itu sambil aku melihat wajahnya dan mata kami bertemu dengan sorot mata mas Pati senang.
" Iya Anya ini aku. Senang bisa bertemu dengan kamu kembali." mas Pati tersenyum penuh kehangatan.
" Kamu kok disini? Apa kamu juga mau kerjasama dengan perusahaan ini?" kata ku gugup, jujur aku masih sangat mencintai mas Pati. Pertemuan ini betul betul membuat aku semakin canggung. Pertemuan seperti ini harusnya aku hindari.
" Ini memang salah satu perusahaan ku , Anya."
" Jadi kamu sengaja membuat aturan agar aku sendiri yang membawa proposal ini mas?"
" Kamu memang dari dulu pintar Anya."
" Untuk apa mas?"
" Untuk kita bisa ngobrol." jawab mas Pati santai.
" Apa? Untuk ngobrol? Jadi ini hanya kedok? Kerjasama nya tidak jadi?" suara ku meninggi seakan tidak terima dengan kejadian ini.
" Jangan marah Anya. Siapa bilang tidak jadi?" senyumnya kembali terbit.
" Tapi , kamu bilang hanya untuk ngobrol?"
" Iya untuk ngobrol dan membicarakan kerjasama kedepan nya."
" Maksudnya?" aku benar-benar tidak mengerti maksud mas Pati.
" Aku akan setuju kerjasama dengan perusahaan kamu. Dengan catatan selama proyek ini berjalan, kamu harus ngantor di perusahaan pusat."
" Maksudnya perusahaan mas, yang dulu aku jadi asisten pribadi kamu?" kata ku tidak percaya.
" Iya benar."
" Untuk apa mas? Aku bisa kok bolak balik ke kantor pusat tanpa harus ngantor di situ." tolak ku agar tidak ngantor di perusahaan pusat mas Pati.
" Ya itu terserah kamu. Kalau kamu mau kamu besok bawa proposal ini dan aku akan tanda tangan kontrak kerja sama dengan perusahaan kamu. Lalu kamu ngantor di perusahaan ku."
" Tapi mas ..."
" Terserah semua keputusan ada ditangan kamu. Aku tunggu kamu besok di kantor pusat." mas Pati pergi dari ruangan dan meninggalkan aku sendiri.
Akhirnya aku pun pergi meninggalkan ruangan itu dan sepanjang jalan menuju pulang otak ku terus berpikir apakah aku harus menerima permintaan mas Pati. Sepertinya aku perlu bicara dengan Papa terlebih dahulu.
Setelah berdiskusi dengan Papa , akhirnya Papa menyuruh ku untuk mengikuti kemauan mas Pati, untuk berkantor di perusahaannya. Walaupun seperti tidak masuk akal tapi demi memajukan perusahaan keluarga ku , aku terpaksa harus dilakukan itu.
***
Pagi jam delapan aku sudah sampai di kantor pusat mas Pati. Benar saja mas Pati langsung menandatangani kontrak kerja sama itu dan dia langsung menyuruh ku duduk di meja yang ada di ruangannya yang sudah diberi pembatas kaca agar mas Pati bisa melihat ku dari meja tempat dia duduk saat ini.
" Selamat datang Anya, selamat bergabung disini. Aku sudah menyediakan ruangan yang bisa kamu pakai untuk menerima tamu dari perusahaan kamu. Kamu bisa lebih leluasa untuk berinteraksi dengan kolega bisnis mu." kata mas Pati yang sempat menyapa ku diruangan ku.
Aku hanya diam tanpa memberikan respon apapun pada mas Pati. Seperti nya mas Pati tidak ambil pusing dengan sikap ku. Akhirnya aku kembali bekerja dan mulai memeriksa email yang masuk.
Aku tahu mas Pati memperhatikan aku dari ruangannya yang hanya berbatas dengan kaca dengan ruangan ku. Sesekali pandangan kami bertemu dan aku langsung membuang pandangan, aku tidak mau sampai mas Pati mengira bahwa aku masih mencintainya. Walaupun sebenarnya aku memang masih sangat mencintainya terlebih aku sudah melahirkan Alvino anak mas Pati.
Mas Pati tidak tahu kalau aku melahirkan anak dari pernikahan kami. Aku sengaja menyembunyikan Alvino dari mas Pati, karena aku pikir itu demi kebaikan Alvino.
Dia tersenyum ketika melihat ku kesal mengingat aku harus pindah ke ruangan ini kembali, ruangan yang sudah lebih dari lima tahun aku tinggalkan karena mas Pati lebih memilih Bram.
Hari ini aku sangat lelah dan aku menjadi sangat ngantuk, sampai aku tertidur di sofa ruang kerja ku.
Mas Pati yang melihat kejadian itu tersenyum penuh kemenangan karena melihat aku yang kelelahan.
***
Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore , aku harus pulang karena Alvino sudah menunggu ku. Di luar dugaan ternyata Andre sahabat ku sudah menunggu ku dilobi kantor.
Dari kejauhan ada sorot mata yang tajam memperhatikan aku. Sorot mata itu kepunyaan mas Pati.
" Anya , maaf aku harus jemput kamu karena ini perintah." kata Andre sahabat ku itu sambil memberikan hormat.
" Perintah?" tanyaku bingung.
" Iya , perintah dari tuan muda Alvino." kata Andre tersenyum dan aku membalas senyumannya.
" Ooh anak itu selalu begitu , selalu ada saja alasan agar aku tidak pulang sendiri." aku menggeleng geleng kepala mengingat bocah kecil bernama Alvino itu. Anak dari buah cinta ku bersama mas Pati.
" Ya katanya dia sangat marah dengan bos baru mu, karena kamu harus berkantor jauh dari rumah. Dia bilang juga akan memberi peringatan pada bos baru mu itu agar tidak semena-mena terhadap ibunya." kata Andre menirukan ucapan Alvino anak ku itu.
" Ahh Alvino terlalu berlebihan." ucapku sambil melangkah ke pintu keluar.
" Tapi, aku juga penasaran siapa sih bos baru mu itu? Aku juga mau lihat." ucap Andre sambil melihat sekeliling ruangan.
" Andre sudahlah ayo kita pulang. Aku mau bertemu dengan Alvino." ajak ku pada Andre.
" Beneran kamu tidak mau kasih tahu aku siapa bos mu sekarang?" Andre masih penasaran.
" Nanti lain kali aku kasih tahu." kata ku dan langsung menarik tangan Andre untuk keluar dari ruangan lobi itu, karena aku melihat sosok mas Pati yang sedang berjalan kearah kami.
Mas Pati melewati kami dengan wajah datar, aku tidak tahu apa yang sekarang ada di dalam hati mas Pati. Aku tidak tahu apa mas Pati akan marah dengan aku karena Andre menjemput aku atau ... Ah sudahlah aku tidak perduli, karena saat ini aku dan mas Pati sudah tidak lagi ada hubungan sejak kejadian enam tahun lalu. Lagi pula dia tidak mencintai aku dan sampai kapan pun aku tidak terima dengan penghianatan mas Pati bersama Bram.