Bagaimana rasanya ketika suami yang Aurel selalu banggakan karena cintanya yang begitu besar kepadanya tiba-tiba pulang membawa seoarang wanita yang sedang hamil dan mengatakan akan melangsungkan pernikahan dengannya? Apakah setelah ia dimadu rumah yang ia jaga akan tetap utuh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aure Vale, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian Dua Puluh Tujuh
Aurel menatap layar yang menampilkan kedua bayi kembarnya, rasa sakit yang ia rasakan tadi menghilang dan digantikan rasa bahagia, dokter mengatakan jika itu wajar saja terjadi kepada seorang ibu yang sedang stress, dan juga terlalu banyak kerja atau mengangkat yang berat-berat.
"Lihat, keduanya bayinya sangat sehat dan aktif, saran saya diusia kandungan anda yang sekarang tolong jangan terlalu banyak memikirkan hal yang tidak perlu dipikirkan, semua itu akan membuat anda stress dan dirasakan juga oleh kedua bayi anda," ujar dokter itu memberi saran yang akan sangat berguna untuk Aurel kedepannya.
"Baik, terima kasih, dok," balas Aurel tersenyum kecil seraya mengelus lembut perut besarnya.
"Sudah tidak terasa sakit, kan?" tanya sangat dokter membantu Aurel untuk menutup perutnya lagi dengan baju yang sempat ia singkap untuk meng-USG bayi di dalamnya.
Aurel menggeleng, lalu perlahan bangun dari berbaringnya dengan bantuan dokter. Nyatanya beberapa waktu lalu dokter dan juga para perawat sempat panik ketika Aurel harus dilarikan ke ruang gawat darurat, dan mereka menghela napas lega begitu tahu jika itu hanya kontraksi kecil dan tidak terlalu berbahaya, kontraksi kecil sudah sering terjadi kepada ibu yang sedang hamil besar seperti Aurel, karena usia kandungannya sebentar lagi akan memasuki delapan bulan.
"Saya sudah boleh pulang kan dok?" tanya Aurel.
"Tolong tebus vitamin ini di apotek, anda membutuhkan vitamin kehamilan anda," ujar dokter memberikan resep vitamin yang harus Aurel tebus di depan.
"Baik, terima kasih, dok," ucap Aurel sebelum ia melangkah keluar dari dalam ruangan.
"Ya ampun, Rel, Gimana? kamu bikin panik aku tahu, gak?" cecar Yasmin begitu Aurel keluar dari dalam ruangan.
Aurel terkekeh pelan, "Maaf, tapi tadi perut aku beneran sakit banget, gerak dikit aja kerasa," sesal Aurel membuat heboh satu rumah.
"Tapi kamu gak apa-apa, kan?"
Aurel menggeleng, "cuman kontraksi kecil aja, kata dokter ini memang sering terjadi sama usia kehamilan yang sudah diatas tujuh bulan, mungkin karena aku stress juga jadi baby nya ngerasain apa yang ibunya rasain," jawab Aurel.
Mendengar itu Yasmin menghela napas lega, "kita langsung pulang aja ya, biar kamu bisa istirahat,"
"Aku harus ke administrasi dulu sama tebus obat," tolak Aurel.
"Mana kertasnya, biar aku aja yang tebus obatnya kamu tunggu disini sama bi Marni, untuk urusan administrasi, sudah aku urus,"
"Maaf merepotkanmu," ucap Aurel.
Yasmin mendengus sebal, "Jangan bertingkah seperti aku orang lain!" pesan Aurel sebelum pergi melangkah ke tempat penebusan obat.
"Bi, tolong temani Aurel sebentar, ya,"
"Aman, bu,"
Aurel menatap kepergian Yasmin dengan tatapan nanar, ia senang masih ada seseorang yang peduli padanya bahkan mau ia repotkan, hanya saja, ia tidak bisa membohongi perasaannya sendiri, seharusnya yang ada di posisi Yasmin itu Erven, suaminya, Aurel tidak tahu bagaimana rasanya dimanjakan oleh suaminya dalam keadaan dirinya hamil, karena selama empat bulan ini, Erven benar-benar tidak pernah datang untuk menemuinya dan tidak pernah sekali pun menanyakan keadaannya dan juga anak-anak yang sedang dikandungnya.
Dengan perasaan hampa Aurel duduk di bangku dengan tangannya yang tidak berhenti mengelus lembut perutnya.
"Ibu, butuh sesuatu?" tanya bi Mirna menghampiri majikannya yang hanya melamun dengan tatapan kosongnya, ia menjadi khawatir dengan majikannya ini yang akhir-akhir ini sering kali terlihat melamun, bahkan saat ia sedang makan di meja makan, semua ART nya juga sering memergoki Aurel yang mengelap air matanya diam-diam saat ia makan.
Tidak ada tanggapan dari Aurel, pendengarannya seperti tertutup. Bi Marni semakin khawatir, ia dengan ragu-ragu menepuk pelan bahu majikannya dan benar saja, Aurel tersentak begitu ada yang menepuk bahunya, ia menoleh dan mendapati bi Marni yang menatapnya khawatir.
"Iya, bi?"
"Akhir-akhir ini saya sering melihat Ibu melamun, saya jadi khawatir sama kondisi ibu ini, apalagi baru saja mengalami kontraksi karena stress," ucap bi Marni.
Aurel tersenyum, "bibi tenang aja, saya gak apa-apa kok, tidak ada yang perlu dikahwatirkan, saya baik-baik saja," balas Aurel.
"Yuk!"
Tiba-tiba Yasmin sudah muncul di sampingnya, kenapa Aurel tidak menyadari kedatangan Yasmin, tiba-tiba saja sudah berdiri di sampingnya dan mengulurkan tangannya untuk membantu Aurel berdiri.
Aurel menerima ukuran tangan Yasmin, lalu bangun dengan pelan-pelan sambil menahan bobot perutnya agar tidak terlalu berat.
"Perutnya udah gak sakit, kan?" tanya Yasmin yang melihat Aurel sedikit meringis saat akan melangkah, membuat ia menghentikan langkahnya untuk mengelus perut sahabatnya agar bayi-bayi di dalamnya kembali tenang dan tidak membuat ibunya kesakitan.
"Tidak apa-apa, udah yuk, lanjut jalan!" balas Aurel memaksakan tersenyum karena sejujurnya perutnya kembali keram, entah kali ini apa penyebabnya.
Namun baru saja Aurel akan melanjutkan langkahnya, tiba-tiba punggungnya tertabrak dari belakang, dirinya yang belum siap dengan benturan itu langsung terlembab ke depan dengan perutnya yang langsung membentur keras lantai rumah sakit.
Yasmin yang sempat menahan lengan Aurel tapi tabrakan yang terlalu kuat membuat ia tidak bisa menahan bobot tubuh sahabatnya menatap tidak percaya Aurel yang sudah tengkurap di lantai dengan kaki yang menekuk ke depan.
"AUREL," teriak Yasmin memenuhi lorong rumah sakit, ia langsung jongkok untuk membantu Aurel bangkit, bi Mirna pun tidak kalah paniknya, ia langsung membantu majikannya untuk duduk, dibantu Yasmin yang tangannya gemetar karena terkejut dan takut.
Teriakan Yasmin barusan membuat beberapa perhatian orang tertuju kepadanya, bahkan yang tadi menabrak punggung Aurel dari belakang pun langsung menghentikan kakinya yang sedang berlari dan menoleh kebelakang.
Setelah Aurel bisa duduk dengan kaki yang diluruskan ke depan, Yasmin mendongakkan kepalanya dan menatap seseorang yang mematung di depan sana.
Dengan emosinya yang tidak bisa ditahan lagi, Yasmin bangkit dan melangkah menghampiri orang itu dan 'plak' sebuah tamparan keras terdengar menggema di lorong rumah sakit, semakin ramailah orang-orang yang sedang berlalu-lalang menonton mereka, semua pandangan mata tertuju pada Yasmin dan pria yang sangat Yasmin kenali ini.
"Brengsek, kamu tidak sadar sudah membuat Aurel terjatuh, hah?" teriak Yasmin tepat di depan wajah pria itu.
"Aahhh," Yasmin sampai kesetanan dan mendorong sekuat tenaga pria di depannya yang malah diam dengan tatapan kosong.
'plak'
Lagi-lagi suara tamparan terdengar menggema, semua orang yang sedang menonton terkejut mendengar suara tamparan yang sangat ngilu itu. Beberapa dari mereka bahkan sampai tutup mata dan telinga saking kerasnya suara tamparan yang Yasmin berikan kepada pria yang ia sebut 'brengsek'.
bye bye aja lah